Kompetensi Dalam Kemajemukan

Oleh : Ilham Sopu

Kemarin tanggal 10 - 11 Juli, mendapat undangan dari institut Leimena bekerja sama dengan kementrian luar negeri  mengadakan suatu kegiatan tentang literasi keberagaman, suatu kegiatan yang cukup besar karena sifatnya internasional yang banyak dihadiri oleh berbagai aktifis dari berbagai negara, seperti Amerika, dari berbagai negara dari eropa, asia dan Indonesia. Institut Leimena adalah suatu lembaga yang konsern dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang mengedepankan kebersamaan diantara pemeluk agama dalam memajukan dunia pendidikan. Berbagai pelatihan telah dilaksanakan secara berkala dengan berbagai tema keberagamaan dengan tujuan saling memahami diantara pemeluk agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia.

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memperkuat dialog dan kolaborasi multi-agama, mendorong masyarakat inklusif yang memajukan dan melindungi hak asasi manusia, mencapai pembangunan berkelanjutan dan mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh krisis multifaset dan multidimensi, baik secara regional maupun global. Dan konferensi ini lebih banyak menyoroti tentang peran penting pendidikan dan organisasi berbasis agama. Tema yang diusung oleh panitia dalam hal ini institut Leimena sangat relevan untuk kondisi Indonesia saat ini, yang sangat butuh pemahaman keagamaan terhadap elit bangsa dan generasi pelanjut masa depan bangsa, tentang bagaimana memenej Indonesia saat ini dan kedepan, Indonesia yang majemuk dan beraneka ragam, suku, bahasa, agama, dan budaya. 

Dengan berbagai kemajemukan yang dimiliki oleh Indonesia bukanlah hal yang mudah untuk menyatukannya. Dari awal para pendiri bangsa sudah meletakkan pondasi yang kokoh terhadap bangunan bangsa kedepan. Rumusan Pancasila adalah bangunan titik temu yang menjadi acuan dalam mengelola bangsa yang beragam dan ber-bhinneka ini. Dengan mengacu kepada Pancasila sebagai dasar negara, yang merupakan rumusan dari pendiri bangsa sangat cocok dengan kepribadian bangsa. Dengan dasar itulah program-program yang ditawarkan oleh institut Leimena adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk meningkatkan literasi pemahaman keagamaan yang menitikberatkan kepada kesamaan visi dalam mewujudkan persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Salah satu pemikiran dari Prof Amin Abdullah yang merupakan Senior Fellow institut Leimena, bahwa program literasi keagamaan lintas budaya yang dikedepankan institut Leimena adalah peningkatan diberbagai bidang kompetensi. Prof Amin memberikan tiga bidang kompetensi yang harus diterapkan untuk mencapai tujuan dari peningkatan literasi keberagamaan lintas budaya yaitu kompetensi pribadi, kompetensi komparatif dan kompetensi kolaborasi. 

Itulah kompetensi yang harus dimiliki dalam rangka pengembangan literasi keagamaan lintas budaya. Itulah yang diwanti-wanti oleh Prof Amin Abdullah dan menjadi landasan perjuangan institut Leimena dalam mengkampanyekan atau merekatkan diantara pemeluk agama di Indonesia untuk mencari titik temu dalam perjuangan pendidikan yang sama dan berkeadilan di Indonesia.

Kompetensi yang pertama yang harus dimiliki seseorang dalam pengembangan literasi keberagamaannya adalah kompetensi pribadi.  Kompetensi ini penting bagi seseorang atau bagi seorang guru agama dan mata pelajaran lain, untuk memahami dengan baik, ajaran agamanya, dengan pemahaman yang kaffah atau sempurna terhadap ajaran agamanya, atau pemahaman secara holistik bukan pemahaman yang parsial. Kalau dalam pendidikan keguruan kompetensi ini sama dengan kompetensi kepribadian, atau kualitas seorang guru itu akhlak atau moral dan  dapat menjadi contoh dimata para murid-muridnya.

Yang kedua kompetensi komparatif, seseorang atau seorang guru punya daya kompetensi komparatif yang kuat. Seseorang tidak hanya menguasai persoalan agamanya sendiri, tapi harus mengetahui dengan  baik ajaran agama orang lain. Pengetahuan tentang ajaran agama yang dianut itu sangat penting, tentunya pengetahuan yang mendalam, bukan pengetahuan hanya sekedar pengetahuan teks saja, tapi perlu pemahaman secara sempurna terkait ilmu keislaman sehingga dapat merasakan bahwa berislam adalah menuju jalan kedamaian. Dan pemahaman yang tentang agama yang kita anut juga ditindaklanjuti dengan pemahaman yang sama terhadap agama orang lain. Kekurangpahaman terhadap ajaran agama orang lain, itu akan membuat kita dengan mudah menjatuhkan vonis, bahwa agama orang lain itu sesat.

Disinilah urgennya dengan program-program yang dikedepankan oleh institut Leimena, dimana seluruh ajaran-ajaran agama menjadi kurikulum bagi seluruh peserta yang ikut dalam kegiatan institut Leimena. Sehingga wawasan bagi para alumni yang mengikuti program kegiatan LKLB itu menjadi terbuka pemikiran keagamaannya dan dapat memahami dengan baik pemahaman diluar agama yang dianutnya.

Dan kompetensi yang ketiga adalah kompetensi kolaborasi, kompetensi ini merupakan adalah kelanjutan dari kompetensi sebelumnya, kompetensi kolaborasi ini akan berjalan dengan baik bilamana kompetensi sebelumnya itu sudah tertanam dengan baik dalam diri seseorang, kolaborasi itu sangat penting untuk menjalin hubungan dengan baik diantara seluruh pemeluk agama. Para pemeluk agama harus punya jiwa keterbukaan terhadap agama orang lain, dan menghargai agama orang lain, sehingga jalinan kolaborasi diantara sesama pemeluk agama dapat berjalan dengan tanpa mengalami hambatan yang sifatnya primordial.

Itulah catatan kecil diantara banyak catatan yang tersampaikan dalam kegiatan konferensi internasional literasi keagamaan lintas budaya yang diinisiasi oleh institut Leimena bekerjasama dengan kementerian luar negeri.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada institut Leimena yang telah mengundang kami sebagai alumni LKLB institut Leimena, saya dan Subhan Saleh mewakili Sulawesi Barat dalam kegiatan konferensi ini. Semoga hasil dari konferensi ini bisa tersosialisasikan ke berbagai provinsi di Indonesia termasuk di Sulawesi Barat.

(Bumi Pambusuang, 18 Juli 2024)


Opini LAINNYA