Istilah moderasi beragama hingga saat ini sudah semakin banyak didengar oleh masyarakat berkat sosialisasi terus-menerus di berbagi kalangan. Hal ini dapat kita lihat dan baca melalui media online dan offline yang terus diberitakan. Pertanyaannya: Sudah sejauh mana moderasi beragama ini dipraktekkan sebagai sebuah cara hidup yang menunjukkan sikap moderat dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan kebhinekaan?
Kita dapat mengatakan bahwa secara konseptual istilah moderasi beragama sudah semakin luas diwartakan karena menjadi program primadona Kementerian Agama. Namun, secara praksis di lapangan rasanya belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan. Masih banyak sikap dan tindakan intoleransi yang terjadi di berbagai sudut kota di NKRI ini. Maka dapat dikatakan bahwa moderasi beragama belum dapat menghadirkan Taman Eden baru kini dan di sini. Tetapi meski demikian, kita tetap harus optimis bahwa kelak implementasi moderasi beragama pelan-pelan akan tercapai sehingga dapat menghadirkan Taman Eden baru.
Apa itu Taman Eden? Taman Eden adalah tempat yang digambarkan dalam Kitab Genesis sebagai tempat tinggal pertama bagi manusia yang diciptakan oleh Tuhan, yaitu Adam dan Hawa. Taman ini juga digambarkan sebagai tempat yang sangat indah dan subur dipenuhi dengan berbagai macam pohon buah yang lezat, serta empat sungai yang mengalir keluar dari taman tersebut. Di sana ada kebahagiaan dan ketenangan para penghuninya. Taman Eden sering juga diasosiasikan sebagai surga. Surga berarti suatu situasi dimana tidak ada perang, pertengakaran, dan hal-hal negatif lainnya. Yang ada di surga hanyalah kedamaian dan ketengan. Inilah dambaan setiap orang untuk masuk dan tinggal dalam Taman Eden itu.
Secara simbolis dan filosofis, Taman Eden adalah keadaan manusia sebelum dosa, suatu kondisi kemurnian, kedamaian, dan hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan alam. Kehilangan Eden menggambarkan hilangnya keutuhan tersebut dan permulaan kehidupan manusia yang penuh perjuangan dan penderitaan. Surga, Firdaus atau Taman Eden ini diperjuangkan oleh setiap orang tanpa terkecuali melalui petunjuk dalam masing-masing agama. Agama sebagai sebuah kepercayaan menjadi jembatan seseorang untuk meraih harapan itu. Agama an sich mengarahkan penganutnya untuk selalu berbuat baik dan benar dengan mengikuti segala perintah dan ajaran Tuhan.
Kementerian Agama sebagai salah satu kementerian yang menangani langsung hubungan antara manusia dengan Tuhan menjadi pelopor dalam mendekatkan setiap orang kepada Sang Transenden. Untuk itu, Kemenag tidak henti-hentinya menggaungkan berbagai program yang dapat menjadi piranti bagi semua agama dalam menjalin relasi baik vertikal maupun horizontal dan tentu internal. Salah satu program primadona Kemenag adalah moderasi beragama.
Moderasi beragama adalah cara atau sikap setiap orang dalam pergaulan yang mengedepankan penghargaan dan penghormatan kepada setiap orang yang berbeda agama, suku, budaya, latar belakang. Dengan moderasi beragama orang menjadi sadar dan tahu bahwa ada perbedaan pada setiap orang dalam banyak hal, namun perbedaan itu tidak boleh menjadi penghalang dalam berkomunkasi. Perbedaan menjadi simbol keberagamaan pergaulan setiap orang. Contoh sederhana yang dapat kita angkat adalah ucapan selamat yang tidak sama untuk semua agama namun substansi semua ucapan itu sama yakni doa agar yang mendapat ucapan itu selamat dan bahagia. Ucapan-ucapan ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk komunikasi sehari-hari tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan keyakinan mendalam yang dianut oleh masing-masing agama.
Ucapan yang berbeda dari setiap agama itu menjadi kekayaan tersendiri bagi kita. Tidak perlu dipersoalkan apalagi diperdebatkan. Sudah menjadi lumrah dalam setiap pertemuan apalagi bagi warga Kementerian Agama untuk menyapa eksistensi setiap agama dengan mengucapkan sapaan khas. Contohnya: Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakathu, syaloom, salam sejahtera, om suasti astu, namo budaya, salam kebajikan, rahayu. Bahkan di tempat lain juga ditambahkan salve, bahasa Latin artinya selamat. Dengan mencoba mengucapkan semua salam itu dari hati yang tulus berarti kita mendoakan semua yang hadir di situ dari berbagai latar belakang agama agar bisa mendapat selamat dan berkat. Ucapan ini tidak akan menghilangkan otensitisas identitas agama apalagi indiffrentisme. Hanya saja kita perlu pelajari dan ucapkan dengan baik dan benar serta sepenuh hati agar tidak timbul kesan ucapan klise hiasan bibir semata. Dengan mengucapkan berbagai salam itu berarti kita menghadirkan Taman Eden baru bagi kita dan orang lain. Tidak perlu mencari surga yang “jauh” di sana karena surga itu ada kini dan di sini yang terpancar melalui sikap, perilaku dan tutur kata.
Dengan demikian, moderasi beragama dapat menjadi fondasi untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai, di mana setiap individu merasa dihargai dan dihormati. Dalam konteks ini, Kementerian Agama terus mendorong upaya-upaya praktis yang dapat memperkuat moderasi beragama di masyarakat. Ada beberapa langkah konkret yang dapat diambil untukitu. Pertama, pendidikan dan penyuluhan. Hal ini untuk menyebarluaskan pemahaman tentang pentingnya moderasi beragama melalui pendidikan formal dan non-formal. Ini termasuk memasukkan materi tentang toleransi dan keberagaman dalam kurikulum sekolah serta mengadakan seminar, workshop, dan diskusi di berbagai komunitas.
Kedua, Dialog Antaragama, Hal ini unutk mendorong dialog antaragama secara rutin untuk membangun saling pengertian dan memperkuat hubungan antara berbagai komunitas agama. Ini dapat dilakukan melalui forum-forum lintas agama yang difasilitasi oleh pemerintah maupun organisasi non-pemerintah. Ketiga, pelatihan untuk Pemimpin Agama. Metode yang dilakukan dengan memberikan pelatihan khusus kepada para pemimpin agama agar mereka dapat menjadi agen moderasi dalam komunitas mereka masing-masing. Pemimpin agama yang memahami dan mengaplikasikan prinsip moderasi dapat memberikan pengaruh positif yang besar.
Keempat, media dan Kampanye Sosial. Kita dapat menggunakan media massa dan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi beragama. Kampanye yang kreatif dan efektif dapat membantu mengubah pola pikir dan sikap masyarakat terhadap perbedaan dan keberagaman. Kelima, penegakan Hukum terhadap Intoleransi. Hal ini dengan menegakkan hukum secara tegas terhadap tindakan intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama. Langkah ini penting untuk menunjukkan bahwa negara tidak mentolerir perilaku yang merusak keharmonisan sosial. Keenam, Penguatan Peran Keluarga. Cara ini ditempuh untuk mendorong keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai moderasi dan toleransi sejak dini. Orang tua perlu memberikan contoh nyata dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan moderasi beragama dapat semakin mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Penting untuk terus berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi tantangan yang ada. Moderasi beragama adalah proses jangka panjang yang memerlukan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, pemimpin agama, masyarakat, maupun individu.
Taman Eden, dalam pengertian simbolisnya, dapat diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari melalui upaya kolektif untuk menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis. Ketika setiap individu berkomitmen untuk hidup dalam semangat moderasi, menghargai perbedaan, dan menjalin hubungan baik dengan sesama, kita mendekatkan diri pada keadaan ideal yang dilambangkan oleh Taman Eden.
Surga, atau keadaan kedamaian dan keharmonisan, tidak perlu dicari di tempat yang jauh atau di waktu yang akan datang. Surga bisa kita ciptakan di sini dan sekarang melalui tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebhinekaan. Dengan demikian, kita semua bisa menjadi agen perubahan yang membawa dunia lebih dekat kepada Taman Eden yang baru, tempat di mana kedamaian, kebahagiaan, dan keharmonisan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Semoga!