Hadiri Rilis Buku Deklarasi Istiqlal, Menag Bicara Agama Jinakan Jiwa yang Rakus

Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Mgr. Christophorus Tri Harsono (Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI) dalam acara peluncuran buku "Deklarasi Istiqlal", di Jakarta, Rabu, (10/9/2025).

Jakarta (Kemenag) --- Menteri Agama Nasaruddin Umar berbicara tentang agama dan peran pentingnya dalam menjinakkan jiwa yang liar dan rakus saat hadir pada peluncuran buku di kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Jakarta.

Ada dua buku baru yang dirilis, yaitu: "Deklarasi Istiqlal (Refleksi Harapan & Tantangan Seluas Indonesia)" dan “Berjalan Bersama Hidup Rukun Bersaudara (Best Practices Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Se-Indonesia)”.

Menag menyerukan pentingnya menjalankan ajaran agama secara menyeluruh, tidak hanya dalam ritual tetapi juga dalam menebarkan cinta kasih kepada sesama manusia, sekaligus bersemangat dalam merawat kelestarian lingkungan. Bauran nilai-nilai inilah yang dikenal dengan istilah ekoteologi.

“Kalau kita bersahabat dengan alam, otomatis kita bersahabat dengan umat agama lain. Kalau kita mendalami ajaran agama kita masing-masing, maka kita akan semakin dekat dengan agama satu dan yang lain,” ujar Menag di Jakarta, Rabu, (10/9/2025).

Menag mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengedepankan nilai-nilai universal dalam kehidupan beragama. "Lebih banyak kita mencari titik temu daripada mencari perbedaan dalam beragama," tegasnya.

Ia juga menyampaikan keprihatinan terhadap sebagian pengajar agama yang justru menanamkan kebencian, bukan cinta kasih yang menjadi esensi dalam beragama. “Banyak guru agama yang bukan mengajarkan agama, tapi mengajarkan kebencian. Semua agama itu intinya kasih,” katanya.

Menurutnya, dibutuhkan sebuah sistem teologi yang lebih "feminin" atau yang lebih mengedepankan kelembutan dan kasih sayang untuk membawa perubahan positif dalam kehidupan beragama.

“Sudah saatnya kita memperbaiki suasana teologi kita sekarang ini. Bagaimana agama bisa menjinakan pikiran yang liar dan jiwa yang rakus. Perlu sistem teologi yang lebih feminim bekerja dalam benak masyarakat kita,” tandas Menag.

Hadir dalam acara ini, para kontributor penulis buku “Deklarasi Istiqlal dan Berjalan Bersama Hidup Rukun Bersaudara dari Berbagai Lintas Agama,” dan sejumlah tokoh agama. Di antara mereka adalah Mgr. Antonius Subianto Bunjamin (Ketua KWI), Muhammad Abdul Qodir (Pengasuh Ponpes Roudhotus Sholihin Loireng Demak), Bante Dhammasubho Sri Mahathera (Tokoh Agama Buddha), Prof. Philip K. Widjaja (Ketua Umum Permabudhi), XS. Budi Tanuwibowo (Ketua Umum Matakin), Niluh Puspasari (Sekretaris Bidang Pemberdayaan Perempuan, Pemuda, dan Perlindungan Anak, Pengurus Harian PHDI Pusat, dan Pdt. Jonan Kristantara (Sekretaris Eksekutif Bidang KKC PGI). Hadir juga, Staf Khusus dan Tenaga Ahli Kemenag beserta tamu dari lintas agama.

Deklarasi Istiqlal yang dijadikan buku tersebut lahir sebagai diplomasi lintas iman yang berfokus pada isu kemanusiaan dan pelestarian lingkungan. Deklarasi Istiqlal ditandatangani oleh Paus Fransiskus sebagai Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik dengan Nasaruddin Umar selaku Imam Besar Masjid Istiqlal pada 5 September 2024.

 

 

Kontributor : Fadlil Chairil
​​​​​​​Editor: Moh Khoeron
​​​​​​​Fotografer: Isykariman Ismail


Wilayah LAINNYA