Ibadah puasa adalah salah satu rukun dalam agama Islam, ini berarti bahwa puasa menempati posisi sentral dalam agama. Secara substansi bahwa seluruh ibadah dalam agama khususnya yang masuk dalam rukun Islam adalah ibadah untuk mengembalikan kesucian manusia secara keseluruhan. Kita tahu bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, dalam artian bahwa tidak membawa dosa waktu dilahirkan, sekalipun orang tuanya yang melahirkan punya banyak dosa, tapi itu tidak berpengaruh kepada anak yang dilahirkannya. Dalam perjalanan manusia di dunia ini, banyak hal yang dihadapi oleh manusia, berbagai tantangan yang dihadapinya khususnya hal yang berkaitan dengan yang dapat mengganggu fitrah kemanusiaannya yang suci. Manusia tidak dilepaskan secara bebas ke dunia ke dunia ini.
Tuhan juga menurunkan pendamping kepada manusia berupa agama kepada manusia. Agama ini sebagai penjaga manusia supaya tetap berada dalam koridor fitrah kemanusiaannya. Manusia yang tetap konsisten dalam menjalankan perintah agama, akan tetap berada dalam koridor kesucian. Akan dapat menangkap isyarat-isyarat dari Tuhannya, isyarat-isyarat akan dirasakan oleh hati nurani, karena nurani memiliki nur yang berasal dari Tuhan. Di situ akan terjadi kontak, ketika kita menjalankan ajaran agama, nurani berfungsi dengan baik, dan mampu membedakan yang baik dan yang salah. Oleh sebab itu, kebaikan yang terdeteksi oleh nurani akan membuat hati tenang begitupun jiwa akan mengalami ketenangan.
Ajaran puasa, sebagaimana ajaran-ajaran pokok lainnya, akan kembali mensucikan manusia. Puasa lebih berorientasi dalam mensucikan nurani manusia. Dalam salah satu hadis Nabi yang cukup terkenal dan sering dikutip oleh para muballigh yaitu "man shama ramadhana imanan wahtisaban gufira lahu ma takaddama men dzanbihi". Barang siapa yang berpuasa ramadhan dengan penuh keimanan dan banyak melakukan evaluasi diri diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.
Kalau kita perhatikan hadis ini, bahwa syarat puasa yang punya kualitas adalah setidaknya ada dua yang harus diperkuat, yaitu pertama adalah iman, dan yang kedua adalah ihtisaban yaitu banyak melakukan evaluasi diri. Dalam agama, faktor keimanan menjadi dasar dalam beragama, seluruh ajaran agama. semuanya dilandasi dengan keyakinan yang kuat termasuk ibadah puasa, ibadah puasa itu sangat tergantung dengan kualitas keimanan kita, semakin bagus keyakinan atau keimanan kita dalam berpuasa, semakin. berkualitaslah itu ibadah tersebut.
Kemudian yang kedua adalah "ihtisaban", Secara bahasa, ihtisaban dari kata hasiba yaitu menghitung. Untuk mencapai kualitas diri seseorang, di samping keimanan, seseorang haruslah banyak melakukan hitung diri, atau dalam bahasa yang lain, introspeksi diri, banyak melihat diri kedalam, sering melakukan perenungan diri, siapa diri kita ini, kita berasal dari mana dan hendak ke mana kita, sehingga kita dapat mengenal diri dengan baik, siapa kita yang sebenarnya, banyak merenung perjalanan diri kita selama satu tahun terakhir, mengoreksi diri sambil memperbaiki diri ke depan. Ihtisaban dapat merubah diri kita yang lebih baik, dan kualitas ihtisaban itu akan dapat menghapus amalan-amalan jelek yang kita lakukan pada masa lalu.
Dua hal yang dapat meningkatkan kualitas ibadah di atas sekaligus juga meningkatkan kualitas spritualitas puasa, dan dapat mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Dengan berusaha berpuasa dengan iman dan ihtisaban, kita akan merasakan kedekatan dengan Tuhan. Dalam salah satu bukunya Prof Komaruddin Hidayat, mengatakan bahwa pesan yang amat penting dari ibadah puasa adalah bahwa kita diajak untuk menghayati Kemahahadiran Tuhan. Betapa kita merasakan kedekatan Tuhan, sehingga di mana pun dan kapan pun kita berada, sanggup menahan diri untuk tidak makan dan minum, meskipun lapar dan haus, semata-mata karena kepasrahan kita pada-Nya, bulan karena siapa pun selain Dia.
Siapa pun yang berpuasa dengan sungguh-sungguh, dengan pendekatan keimanan dan ihtisaban akan dapat merasakan kedekatan dengan Tuhan. Dekat dalam arti bahwa kita akan mendapat petunjuk, akan mudah mengerjakan kebaikan-kebaikan, selalu terbimbing ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Tuhan. Oleh sebab itu jalan menuju Tuhan adalah memperbaiki ibadah, bukan hanya ibadah puasa tapi ibadah-ibadah lainnya. Kualitas ibadah itu sangat penting dan menjadi pesan dari Al-Qur'an "Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah yang paling baik amalannya". (QS.Al Mulk:2).
Kemudian pesan yang lain dari ibadah puasa yang menggambarkan spritualitas ibadah puasa adalah kesanggupan menunda kenikmatan jasmani yang bersifat sesaat, sesungguhnya kita tengah melakukan investasi kenikmatan yang lebih agung dan sejati di hari depan. Dalam bentuknya yang amat sederhana adalah kenikmatan diwaktu berbuka puasa. Dalam salah satu hadis dikatakan bahwa, bahwa bagi yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, kegembiraan yang pertama ketika berbuka puasa dan kegembiraan yang kedua adalah ketika bertemu dengan Tuhannya.
Itulah gambaran tentang ibadah puasa bukan hanya sekedar lapar dan haus, tapi ada yang lebih penting dibalik itu, yaitu nilai-nilai spritual yang sangat dibutuhkan oleh manusia, sebab di situlah jati diri manusia yaitu pembersihan ruhani, yang selama ini, tertirai dengan hal-hal yang sifatnya pelanggaran terhadap fitrah atau kejatidirian kita.
(Bumi Pambusuang, 28 Februari 2025)
