Merawat Jagad Membangun Peradaban Oleh : Ilham Sopu

Mahmuddin Hakim

Tinambung - Menarik tema yang diangkat oleh NU dalam rangka memperingati 1 abad NU yakni “Merawat jagad membangun peradaban”. Tema ini sangat mencocoki dari sejarah kenabian, dimana Nabi dalam sejarahnya sangat terkonsentrasi dalam menjaga lingkungan atau dalam bahasa tema di atas merawat jagad, tentu saja jagad di sini dalam arti luas, menyangkut alam semesta.

Betapa Nabi sangat mewanti-wanti kepada para pejuang perang untuk tidak menebang pohon, merusak lingkungan sementara berperang, membunuh anak-anak, menyakiti wanita.

Dalam konteks keindonesiaan NU punya peran yang cukup besar dalam menjaga, atau merawat jagad keanekaragaman dan kebhinekaan Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, etnis, budaya, agama.

Sejarah kelahirannya, Indonesia banyak diwarnai jasa para tokoh-tokoh atau kader-kader NU. Pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh NU, sangat kental dengan pemikiran yang moderat, pemikiran yang mencoba menafsirkan teks-teks keislaman dalam konteks keindonesiaan.

Islam yang dicoba ditawarkan oleh NU adalah adalah Islam yang fleksibel, Islam yang menusantara, Islam yang mengadopsi budaya-budaya lokal yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam.

Itulah yang dicoba diterjemahkan ulang oleh para founding fathers NU dengan Islam Nusantara. Islam yang ditafsir dalam konteks Nusantara, Islam yang tidak menghilangkan budaya-budaya yang baik yang sudah tertanam di Nusantara sejak lama.

Dengan membaca sumbangsih NU, sejak kelahirannya ditahun 1926 sampai hari, sudah memasuki 1 abad, punya kontribusi yang luar biasa, dalam berbagai segmen pembangunan di republik yang tercinta ini. Pemikiran keislaman ala NU, adalah akumulasi dari teks-teks keislaman yang telah di proklamirkan lewat Al-Qur’an dan hadis Nabi, dan telah bergumul dengan berbagai pemikiran ala Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai luhur bangsa atau budaya yang sudah berkembang lama di Indonesia. Dan budaya-budaya inilah yang menopang sehingga penyebaran Islam di Indonesia berjalan secara masif.

Budaya-budaya inilah yang menjadi bagian dari percepatan dalam mengantar ajaran-ajaran keislaman sehingga dapat diterima oleh masyarakat Nusantara secara luas. Seandainya pembawa ajaran keislaman ke Indonesia tidak akomodatif terhadap budaya-budaya sudah berkembang di Indonesia sebelumnya, mungkin perkembangan Islam di Indonesia tidak seperti yang kita lihat sekarang ini.

Itulah sebenarnya Islam yang dicoba didengung-dengungkan kembali oleh para kader NU lewat paradigma Islam Nusantara, ada beberapa kalangan yang belum faham, apa itu Islam Nusantara. Islam Nusantara sudah lama berkembang di Indonesia, sudah sangat berakar yang dikembangkan oleh para ulama Nusantara, namun penamaan Islam Nusantara itu baru diusung oleh NU, tapi secara substansi, Islam Nusantara sudah lama berkembang di Indonesia.

Itulah keistimewaan Islam yang berkembang di Indonesia, secara mendasar tidak ada perbedaan dengan keislaman di negara-negara lain, namun dalam pengembangannya, ada ciri khas keislaman yang berkembang di Indonesia, ada warna-warna keindonesiaan atau nilai-nilai lokal yang menyertainya.

Ada paradigma yang akan pertegas dalam memperingati satu abad NU, yang sebelumnya sangat masif di sosialisasikan oleh NU ke beberapa titik pondok pesantren, ada sekitar 270 an titik pondok pesantren sebagai tempat untuk mengkampanyekan “fiqh peradaban”, fiqh disini bukanlah dalam pengertian ilmu fiqh yang berbicara tentang hukum-hukum dalam beribadah, namun dalam pengertian faham atau pemahaman, kaitannya dengan peradaban adalah pemahaman tentang konteks dalam memahami visi kebangsaan dan kemanusiaan yang menjadi bagian dari jihad perjuangan NU.

Perjuangan atau jihad NU ke depan adalah perjuangan mempertahankan nilai-nilai kebangsaan, nilai kebangsaan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu pejuang kemerdekaan, wajib dipertahankan karena nilai-nilai tersebut, yang dapat membawa Indonesia tetap eksis sebagai sebuah negara atau bangsa.

Ada upaya dari berbagai pihak yang ingin mengganti Pancasila sebagai ideologi negara, munculnya gerakan-gerakan trans-nasional yang membawa misi ideologi garis keras dalam beragama. Misi mereka harus dilawan dengan tetap memasifkan kampanye lewat fiqh peradaban yang dijalankan oleh NU ke berbagai pondok pesantren di seluruh Indonesia, dan sebagai bentuk penguatan kepada seluruh kyai-kyai yang ada di pondok pesantren untuk mendistribusikan pemahaman fiqh peradaban ke umat dan masyarakat secara umum.

Jihad dalam konteks kebangsaan yang menjadi arah perjuangan NU ke depan, begitupun Jihad dalam konteks kemanusiaan, tokoh yang sangat getol memperjuangkan jihad kemanusiaan adalah KH. Abdurrahman Wahid. Kiprah Gusdur dalam menyebarkan misi kemanusiaan sangat dirasakan oleh berbagai segmen masyarakat tanpa memandang etnis, budaya, agama, aliran madzhab, semua sama di mata Gusdur, banyak terobosan-terobosan politik kemanusiaan yang di cetuskan oleh Gusdur baik sebelum menjadi presiden maupun saat menjabat sebagai presiden.

Visi kemanusiaannya sangat universal. Orang-orang sangat terbantu ketika Gusdur menjadi presiden, mereka diberikan kebebasan dalam beragama dan agama Kong hu Chu diakui oleh negara sebagai agama negara lewat perjuangan Gusdur.

Nampaknya NU ingin memperkuat kembali apa yang menjadi cita-cita Gusdur dalam memperjuangkan jihad kebangsaan dan jihad kemanusiaan, apa yang menjadi tema dari peringatan 1 abad NU yakni merawat jagad membangun peradaban, adalah pelestarian atau penguatan kembali, apa yang telah diperjuangkan oleh Gusdur.

Kontributor : Mahmuddin Hakim (MTsN 1 Polman)


Opini LAINNYA