Orientasi Sosial Keimanan

Oleh: Ilham Sopu

Dalam kajian keagamaan bahwa ayat Alquran yang dimulai dengan "Ya Ayyuhalladzina amanuu", pasti sesudah itu ada hal yang sangat penting yang akan dibicarakan ayat tersebut. Seperti ayat tentang diwajibkannya untuk berpuasa dimulai dengan panggilan untuk orang-orang yang beriman, begitupun dengan ayat-ayat lain. Kalimat panggilan tersebut diulang sebanyak 89 kali dalam Al-Qur'an. Dari keseluruhan ayat tersebut, yaitu panggilan bagi orang-orang yang beriman, semua kelanjutannya berdampak atau punya efek sosial. Jadi sekalipun iman itu sifatnya private atau pribadi karena itu ada di dalam dada, namun punya dampak sosial, seperti tergambar dalam shalat,  bahwa shalat itu dimulai dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam.

Takbir adalah simbol hubungan kepada Allah lewat simbol Allah Akbar, hubungan vertikal kepada Allah. Dan hubungan kepada sesama manusia disimbolkan taslim dengan menengok ke kanan dan ke kiri memberi ucapan salam atau keselamatan. Itulah sebabnya juga perkataan iman dalam Al-Qur'an selalu diikuti dengan perkataan amal saleh, bahwa iman itu harus terealisasi dalam bentuk amal saleh. Kalau dalam istilah KH Mustafa Bisri dalam salah satu judul bukunya saleh ritual dan saleh sosial, bahwa saleh ritual yakni ibadah dalam bentuk langsung berhubungan dengan Allah seperti shalat, berdoa, seharusnya punya dampak sosial, atau berdampak visi kemanusiaan terhadap sesama.

Bahkan ibadah ritual yang tidak berdampak kepada ibadah sosial akan bermasalah bagi pelaku ibadah. Itu juga yang disinggung juga dalam surah Al Maun, "Celakalah orang yang shalat, yang mereka lupa dalam shalatnya". Mereka ini shalat, tapi implementasi dari shalatnya dalam bentuk amal-amal sosial itu tidak terealisasi. Ada sahabat yang memberikan laporan kepada Nabi, bahwa ada seorang wanita yang sangat rajin dalam beribadah, ibadah ritualnya sangat banyak,seperti ibadah shalat Sunnah hampir semua dikerjakannya. tapi wanita ini, tidak baik hubungan sosialnya, hampir seluruh tetangganya merasa tersinggung setiap wanita berbicara, karena perkataannya selalu menyakitkan kepada tetangganya. Jawaban dari Rasulullah bahwa perempuan  itu di neraka.

Sebaliknya ada seorang wanita tuna susila karena menolong seekor anjing yang kehausan dan di cap oleh Nabi sebagai calon penghuni surga. Betapa agama Islam ini sebagai agama yang sangat menekankan aspek sosial dari agama. Maksudnya bahwa dalam beragama, kita tidak boleh berhenti diaspek keimanan saja, mesti ada orientasi ke amal sosial. Itulah yang disampaikan oleh almarhum Cak Nur panggilan akrab dari Nurcholish Madjid, bahwa percaya kepada Tuhan, bukan hanya percaya, tapi mempercayai Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan.

Begitupun dalam hadits-hadits Nabi yang memberikan penjelasan atau persambungan antara iman dan aspek sosial, ada beberapa hadist Nabi yang memberikan aspek keberlanjutan dari iman, bahwa indikasi keberimanan seseorang adalah sangat terkait aspek sosial dari orang tersebut. Ada empat hadis yang dimulai dengan kata "Man Kana", yang artinya barangsiapa. Hadits-hadits itu antara lain, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia menyambung silaturahim". Beriman disini dikaitkan dengan menyambung silaturahim, jadi tanda keberimanan seseorang hendaklah ditindaklanjuti dengan hubungan silaturrahmi.

Di hadis yang lain dikatakan"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia selalu berkata baik atau diam", lagi-lagi tanda keberimanan seseorang adalah dengan kebiasaan untuk selalu berkata baik, atau diam. Orang yang beriman adalah orang yang selalu terjaga atau terkontrol ucapannya. Aspek keberimanan adalah aspek yang memberikan rasa aman terhadap sesama manusia dari ucapan-ucapan yang dapat menyinggung sesama manusia dengan perkataan-perkataan yang menjatuhkan nilai kemanusiaan.

Dan ini juga sangat terkait dengan hadis yang lain yaitu "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tamunya". Jadi menghormati atau menghargai tamu adalah bagian dari kelanjutan dari keimanan. Betapa aspek sosial yakni melayani tamu dengan baik adalah bagian dari indikator keberimanan seseorang. Memberikan pelayanan yang baik terhadap tamu, itu sangat dianjurkan oleh Nabi, walau hanya menjamu dengan sebiji kurma. Betapapun kemampuan kita secara ekonomi sangat minim, penghargaan terhadap tamu haruslah dikedepankan, sebagaimana anjuran dari Nabi, walaupun sekedar air putih saja mampu kita suguhkan, inilah aspek sosial dari keimanan kita.

Dan hadis yang terakhir, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tetangganya". Keimanan itu juga sangat terkait dengan jalinan yang harmonis dalam komunitas bertetangga. Ini ada komunitas terkecil dalam suatu masyarakat. Jalinan suatu komunitas tetangga adalah hal sangat penting. Dan ini termasuk tanda atau indikator keberimanan. Betapa urgennya tetangga dalam pandangan agama. Secara sosial kemasyarakatan ketidakharmonisan dalam bertetangga itu akan dapat menghancurkan nilai-nilai budaya dalam suatu masyarakat. Itulah sebabnya Nabi sejak dari awal sudah memberikan rambu-rambu dalam menjaga hubungan antara berbagai komunitas yang ada pada zaman, agar tetap hubungan atau harmonisasi diantara mereka dalam bertetangga, sekalipun berbeda suku, agama, dan budaya mereka.

Itulah hakekat keimanan, bahwa keberimanan itu ada unsur sosial yang menyertainya, iman tidak akan punya nilai tanpa ada bekas atau nilai orientasi sosial yang menyertainya. Iman itu butuh pembuktian dalam bentuk nilai-nilai kemanusiaan. Itulah sebabnya bahwa inti agama itu adalah ma'rifatullah, inti ma'rifatullah adalah akhlak, inti akhlak adalah silaturahim dan inti silaturahim adalah memasukkan rasa bahagia dalam hati saudara-saudara kita.

(Bumi Pambusuang, 17 April 2024)


Opini LAINNYA

Antara Kefakiran dan Kekufuran

Tradisi Intelektual Mati Suri

Orientasi Sosial Keimanan

Belajar Islam Ke Prof Harun Nasution

Niat Yang Terbelokkan

Burhanuddin Hamal : Perang Terbesar

Internalisasi Nilai-Nilai Ramadhan