Apa malaikat punya kacamata, sedangkan mereka tercipta dari cahaya?, seperti juga Iblis, apa punya kacamata sedangkan iblis terbuat dari api. Kedua makhluk ini sama-sama berasal dari pencahayaan, tentu secara logika tidak mungkin pakai kacamata, apalagi kaca mines. Beda dengan manusia, karena dia berasal dari tanah, bisa saja dia pakai kacamata. Ini sekedar candaan tulisan, tentu saja kacamata yang dimaksud di sini bukanlah kacamata dalam arti denotatif, yakni makna yang sebenarnya, tapi yang dimaksud adalah kacamata dalam arti konotatif.
Ini sama saja dengan pemahaman keagamaan, ada kelompok yang memahami agama secara tekstual, ada juga kelompok yang memahami agama secara kontekstual. Kedua pemahaman ini, sama-sama benar sesuai dengan konteksnya. Pernah terjadi dalam sejarah ketika Nabi mengutus sahabat-sahabatnya ke suatu kampung untuk membawa misi kenabian ke kampung tersebut. Sebelum berangkat Nabi berpesan kepada mereka, untuk melaksanakan shalat ashar di kampung Bani quraidha, namun rupanya sebelum sampai ke kampung tersebut waktu ashar sudah hampir habis, sehingga para sahabat terbagi dua kelompok.
Kelompok pertama, Tidak mau melaksanakan shalat ashar, karena belum sampai di kampung yang dimaksud, mereka akan shalat di kampung quraidha sebagaimana perkataan Nabi. Sedangkan kelompok yang kedua melaksanakan shalat ashar sebelum habis waktunya, mereka tidak terpaku perkataan dari Nabi. Setelah para sahabat pulang dari kampung tersebut, mereka sepakat untuk melaporkan kepada Nabi, apa yang mereka alami.
Nabi memberikan jawaban yang memuaskan kepada kedua belah pihak, kepada yang pertama Nabi membenarkan karena melaksanakan sesuai dengan perintah Nabi, kelompok ini adalah kelompok yang tekstual, memahami perintah apa adanya, sekalipun begitu Nabi tidak menyalahkannya. Sedangkan kelompok yang kedua mencoba untuk memberikan tafsir terhadap perintah Nabi, mereka berijtihad, karena ini waktu ashar akan segera habis, mereka melaksanakan shalat sekalipun tidak shalat di kampung yang ditunjuk oleh Nabi, mereka ini tergolong maju memahami perintah dari Nabi.
Begitulah Nabi dalam menjawab berbagai keputusan para sahabatnya, dalam kasus ini, kedua kelompok tersebut mencoba untuk memahami perintah yang diperintahkan, dan keduanya menjalankan perintah tersebut, pemahaman mereka berbeda dalam mengartikan perintah Nabi, namun keduanya saling memahami, dan saling menghargai pendapat masing-masing. Inilah yang dimaksud dengan perbedaan pendapat yang mendapat rahmat dari Tuhan.
Pemahaman keagamaan memang sejak awal kenabian sudah muncul berbagai pemahaman di antara para sahabat, bahkan di awal penciptaan manusia, sudah timbul pemahaman terhadap wahyu, bahkan "protes" dari makhluk terhadap ciptaan Tuhan. Ketika Tuhan akan menciptakan manusia atau khalifah di muka bumi, para malaikat kurang setuju terhadap rencana Tuhan tersebut. Seperti terdapat dalam ayat "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu (khalifah) yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah? sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji dan menyucikan Engkau?" (QS.2.30).
Itulah bentuk protes malaikat kepada Tuhan terhadap keinginan Tuhan menciptakan khalifah atau manusia di muka bumi. Mungkin malaikat resah, karena ada makhluk yang sejenis manusia yang sudah tercipta sebelumnya, yang banyak melakukan kerusakan dan saling membunuh. Dari satu sisi ada kebenaran protes dari para malaikat, tapi malaikat terjebak pada masa lalu, mereka menakar keputusan Tuhan dengan kacamata sejarah, yang tak lain adalah masa lalu yang kelam. Kacamata malaikat hanya mampu melihat masa lalu, tanpa mampu melihat potensi manusia yang membuat peradaban yang unggul di masa yang datang.
Memang betul, berbagai masalah yang ditimbulkan oleh manusia seperti merusak lingkungan, saling menumpahkan darah, dan hal-hal negatif lainnya, tetapi di sisi lain, ada potensi yang sangat besar dalam diri manusia yang tak dimiliki oleh para malaikat, disinilah radar malaikat tak mampu membaca kelebihan manusia. Dan memang Tuhan mempersiapkan manusia sebagai khalifah, dengan diajarkan berbagai ilmu kepada manusia, berupa kemampuan untuk belajar, memperbaiki diri, dan membangun, itulah yang dimaksud dalam Al-Qur'an "Allah mengajarkan Adam nama-nama secara keseluruhan".
Malaikat mencoba menawarkan diri, dengan modal senantiasa bertasbih, memuji dan menyucikan Tuhan. Modal tasbih, tahmid dan mensucikan Tuhan tidaklah cukup untuk menjadi khalifah Tuhan di muka bumi. Jadi protes malaikat terhadap rencana Tuhan menciptakan khalifah adalah protes yang tidak punya dasar dalam membangun suatu peradaban yang lebih maju. Seandainya Tuhan menerima usul malaikat, niscaya bumi ini akan stagnan, tidak ada kemajuan, peradaban tidak akan maju seperti saat ini.
(Bumi Pambusuang, 1 Muharram 1447 H).
