Jangankan yang berkenaan dengan situasi duka dan KEMATIAN, kaitan terhadap segala bentuk kesenangan Duniawi dan ujian-ujian KEHIDUPAN pun sangat membutuhkan mentalitas kesabaran (muatan QS. Al-Mulk: 2).
Secara empirik, klaim "musibah" terhadap situasi kehidupan bertema duka refleksnya seolah menyiapkan kita tameng kesabaran. Sementara ketika nuansa-nuansa "menyenangkan" ganti menguji maka kegembiraan yang seolah menganggap itu sebagai hadiah tak jarang justru membuat kita lupa meresponnya dengan kesabaran yang sama (QS. Al-Baqarah: 153-156).
Padahal, bagian yang juga tak kalah pentingnya dalam hal beragama adalah saat dimana manusia mampu "berdamai dengan Tuhan" di kedua situasi hidup yang sekilas berlawanan (senang dan susah, sempit dan lapang, sedih dan bahagia, dst).
Fakta membuktikan betapa kesabaran dalam menghadapi ujian duka cita berbeda tantangannya ketika harus menata diri dalam suka citanya kehidupan. Itulah sebabnya, demi keseimbangan sebagai dasar ajaran keislaman maka hal ini disugesti oleh Nabi ketika bersabda dalam Haditsnya "bertaqwalah dimana pun engkau berada....."
Ushikum wanafsi bitaqwallah, Wallahu a'lam bisshawab.