Sugesti Singkat Maulid (1)

Burhanuddin Hamal (PAIF KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar)

MENCINTAI Muhammad SAW sebagai "panutan" tak cukup hanya dengan keutamaan menyampaikan shalawat secara lisan. Lebih dari itu, seremoni Maulid pun demikian. Meski momentum formilnya hanya sekali dalam setahun namun penjabaran nilai-nilai horisontalnya menjadi bagian dari ketak-terbatasan pembumian cinta kepada Rasulullah sebagai Penghulu Semesta.

Di samping alasan cinta diharapkan menjadi motivasi dalam menggali esensi diri sebagai manusia (haqiqatul Muhammadiyah), juga mestinya terjadi peningkatan kualitas keummatan dalam berkehidupan sosial (manifestasi syukur).

Signifikansi pemberdayaan diri tersebut tidak saja bersumber dari percontohan kemuliaan akhlak pribadi Rasul, melainkan faktanya juga tercermin pada semua aspek yang bersinergi dengan orientasi kemaslahatan ajarannya (muatan QS. Al-Anbiya': 107).

Terkait ini, tema tentang cinta tak hanya identik dengan pengharapan "syafaat Ukhrawi" dari Rasulullah sebagai sosok yang dicintai, tetapi juga bermakna "jaminan kebahagiaan Duniawi" bagi konsistensi diri para pencinta (muatan QS. Ali Imran: 31).

Karena itu, disaat kita tak mesti "terbuai" dalam legitimasi keistimewaan posisi sebagai ummat Muhammad maka ikhtiyar yang ril untuk menjadikannya "Teladan yang baik" adalah wujud manifestasi cinta yang proporsionalitasnya diperhadapkan pada tantangan ruang dan geraknya waktu.....(muatan QS. Al-Ahzab: 21).

Ushini waiyyakum bitaqwallah, Wallahu a'lam bisshawab.

Penulis :
Burhanuddin Hamal
(PAIF KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar)


Opini LAINNYA

Sugesti Maulid (2)

Sumpah Pemuda: Jiwa Muda Untuk Indonesia Emas

Proyek Generasi

Pemuda Hari Ini, Pemimpin Masa Depan

Doa

Pasya Gorontalo : dalam perspektif Islam!