Puasa mengandung hikmah bagi kesehatan fisik sekaligus kesehatan psikis manusia. Menurut WHO, Kesehatan psikis manusia dirumuskan dengan 8 syarat, yaitu dapat menyesuaikan pada kenyataan secara konstruktif meskipun kenyataan itu buruk, dapat memperoleh kepuasan dari perjuangan, merasa lebih puas memberi daripada menerima, bebas dari rasa tegang dan cemas, dapat berhubungan dengan lingkungan secara tolong-menolong dan saling memuaskan, dapat menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran di hari belakang, dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian secara kreatif dan konstruktif dan terakhir mempunyai data kasih sayang yang besar disamping mempunyai keinginan untuk di sayangi.
Rumusan kesehatan psikis ini agaknya bisa dipenuhi dengan puasa yang dilakukan secara baik. Dalam beberapa hal puasa bahkan memiliki keunggulan dan nilai lebih. Secara kejiwaan, sikap takwa sebagai buah puasa, mendorong manusia mampu berkarakter ketuhanan (Rabbani).
Manusia yang berkarakter ketuhanan digambarkan oleh imam Hasan Al-Bashri, "Ia teguh dalam berprinsip. Teguh tapi bijaksana. Tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin merendah, semakin berkuasa semakin bijaksana. Tampak wibawanya di depan umum. Jelas syukurnya di kala beruntung, menonjol qana'ahnya dalam pembagian rezeki. Bersikap indah walaupun miskin, selalu cermat, tidak boros walaupun kaya, murah hati dan murah tangan. Tidak menghina, tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan dan tidak berjalan membawa fitnah. Disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, serta terpelihara identitasnya. Tidak menuntut yang bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain. Kalau di tegur ia menyesal, bila bersalah ia beristighfar, bila dimaki ia tersenyum dan berkata, jika makianmu benar, aku bermohon semoga Tuhan mengampuniku, jika sebaliknya semoga Tuhan mengampunimu".
Di samping kesehatan psikis, puasa juga menumbuhkan kesehatan fisik. Tabib beragama Kristen yang juga dokter pribadi Raja Harun Rasyid berkata dengan nada mengejek kepada Ali bin Husain bahwa kitab suci alquran tidak membahas ilmu Kesehatan, padahal katanya, ilmu itu dua macam, ilmu agama dan ilmu tubuh (kesehatan). Ali bin Husein menjawab, "sesungguhnya Allah SWT mengumpulkan ilmu Kesehatan hanya dalam separuh ayat dalam kitab suci kami", "Apa itu?," tanyanya.
Ali bin Husein membacakan separuh ayat 31 pada surah Al' A' raf, "Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. "tapi Nabimu tidak mengajarkan soal kesehatan?, kejarnya lagi. Ali bin Husein menjawab, "Nabiku membahas lengkap kesehatan hanya dalam satu haditsnya, manusia tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek daripada perut (lambung) cukuplah baginya beberapa suap makanan sekedar bisa menegakkan tulang punggungnya. Jika menuntut harus di penuhi, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk pernapasan". Dokter Kristen itu terkagum-kagum dan berkata, "ternyata Hipokrates tidak ada apa-apanya dibanding kitab suci dan Nabimu".