Niat Yang Terbelokkan

Oleh Ilham Sopu

Apa bisa niat terbelokkan, ini pertanyaan menarik. Karena yang kita dapat sejak pertama belajar agama bahwa, kalau sudah berniat kita sudah mendapatkan pahala sekalipun niat itu tidak terlaksana, niat kita sudah tercatat sebagai suatu kebaikan. Mungkin sama kedudukannya dengan ijtihad, kalau seseorang yang berjihad dan dia salah dalam ijtihadnya, maka dia mendapat satu kebaikan, karena telah berusaha untuk berfikir dalam memecahkan suatu persoalan, prosesnya sangat dihargai oleh agama kita, namun kalau benar ijtihadnya, maka dia mendapatkan dua pahala. Betapa agama sangat menghargai suatu proses dalam pemecahan masalah. Karena agama itu adalah akal, tidak ada agama bagi yang tidak menggunakan akalnya dengan baik.

Kemajuan Islam pada abad pertengahan atau abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi, karena pada waktu itu, para ulama sangat mengedepankan akal atau ijtihad dalam memahami suatu teks keagamaan. Mereka sangat menguasai suatu teks keagamaan, dan berusaha untuk memberikan interpretasi terhadap suatu teks keagamaan dengan pendekatan yang kontekstual tanpa melupakan teks. Disinilah kehebatan ulama-ulama pada abad kemajuan Islam, mereka tidak pernah berhenti untuk berkarya, seperti misalnya ulama-ulama madzhab, zaman Al Gazali, dimana dikenal sebagai hujjatul Islam, karena karya-karyanya sangat menginspirasi dari dulu sampai sekarang, hari ini salah satu cendekiawan NU garda depan yakni Kyai Ulil Abshar Abdalla atau lebih dikenal dengan Gus Ulil yang dikenal sebagai Gazalian di jaman modern, karena Gus Ulil lah yang paling intens mengkaji kitab-kitab Al Gazali khususnya kitab ihya Ulumuddin dan kitab-kitab Gazali lainnya.

Kembali ke niat yang terbelokkkan, niat yang baik terbelokkkan kepada hal yang baik lainnya. Pernah suatu ketika Khalifah Umar akan melakukan suatu perjalanan ke suatu tempat untuk melakukan kunjungan kerja, inilah adalah suatu niat yang baik karena dia mau melihat keadaan masyarakat, tetapi ditengah perjalanan, Khalifah mendengar informasi bahwa dikampung itu telah terjangkit suatu penyakit yang menular, akhirnya Umar membatalkan perjalanan ke tempat itu dan mendatangi tempat yang lain. Ini adalah salah contoh niat yang terbelokkkan,tapi ini dalam konteks positif, niat yang yang baik tergantikan dengan yang baik.atau niat yang terbelokkkan ke arah yang positif. Ini sering terjadi dalam kehidupan kita karena satu sebab, yang diluar perkiraan kita.

Tapi sering juga terjadi niat yang suci terbelokkan dengan hal-hal yang seremonial, seperti yang pernah diceritakan oleh Prof Komaruddin Hidayat disalah satu tulisannya, bahwa suatu ketika beberapa penduduk kota hendak melakukan perjalanan ibadah haji dengan mengendarai onta. Karena jarak yang akan ditempuh cukup jauh, maka mereka menyiapkan diri jauh-jauh sebelumnya, mempersiapkan bekal yang cukup untuk suatu perjalanan yang jauh. Sebelum berangkat ada seseorang yang kreatif yang menghiasi ontanya dengan dengan macam-macam hiasan yang bergelantungan pada tubuh onta, sehingga membuat ontanya tampil dengan indah karena banyaknya hiasan yang bergelantungan.

Rupanya kreasi yang diperagakan salah satu peserta tadi mendapat perhatian dari teman-temannya, sehingga akhirnya para calon jemaah haji tadi beramai-ramai menghias ontanya dan berusaha saling mengungguli dalam memberikan kreasi terhadap ontanya. Demikianlah, yang terjadi adalah lomba menghias onta dan mengendarainya. Lalu bagaimana dengan niat hajinya, niat hajinya terkalahkan oleh festival lomba menghias onta, mereka tidak jadi menunaikan ibadah haji melainkan terkalahkan dengan oleh pesta lomba menghias onta, dan ini kemudian menjadi kegiatan seremonial yang dilaksanakan setiap tahun.

Banyak contoh-contoh yang lain, mirip dengan peristiwa lomba menghias onta, yang tadinya adalah niat untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang terkalahkan dengan kegiatan-kegiatan seremonial sehingga hilang nilai-nilai agama yang sifatnya spritual, terkalahkan oleh kegiatan rutinitas yang tidak punya pengaruh terhadap pengembangan kehidupan spritual.

Jadi tidak selalu niat yang baik itu akan terlaksana dengan baik, karena bisa saja terbelokkan dengan hal-hal duniawi yang punya godaan yang kuat dilaksanakan. Niat bisa terbelokkan dengan hal-hal yang bersifat instrumental namun lebih memenuhi tuntutan yang mendatangkan kebanggaan. Semua niat yang baik itu sangat berpotensi terbelokkan oleh orientasi festival yang bersifat instrumental serimonial. Dan tanpa komitmen moral yang kuat dan niat yang teguh spirit keberagamaan kita sangat bisa jadi terjatuh pada retorika belaka yang mengambil bentuk kesalahan formal tanpa ruh.

Jadi niat harus kuat dan harus konsisten terhadap apa yang sudah niatkan, sebab boleh jadi niat itu akan keluar dari rel semula, sehingga apa yang diniatkan semula sangat suci akan terjatuh pada hal-hal yang tidak bermanfaat, mereka terjatuh kepada hal-hal yang sifatnya jangka pendek dan mengorbankan kepada hal-hal yang sifatnya jangka panjang yang memberikan nilai pahala yang lebih agung.

(Bumi Pambusuang,14 April 2024)


Opini LAINNYA