Neo Khawarij, Kekecewaan Dalam Beragama

Oleh : Ilham Sopu

Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Seluruh ajaran yang dibawa oleh nabi dan rasul adalah Islam, Ibrahim membawa islam, Musa membawa islam, Isa membawa islam dan Muhammad membawa islam, islam secara bahasa berarti selamat, damai, pasrah, keselamatan. Namun dalam prosesnya ada perbedaan perbedaan syariah atau jalan diantara para nabi, ada yang orientasinya lebih condong ke ranah hukum sesuai dengan umat yang mereka hadapi, seperti umat nabi musa, dan ada juga yang orientasinya ke ranah kasih, atau sisi dalam dari agama, seperti yang dipraktekkan oleh nabi Isa. Pada prinsipnya semua ajaran yang dibawa oleh para nabi adalah untuk kepentingan umatnya. Nabi berperan sebagai mediator ajaran yang datang dari Tuhan.

Islam yang di bawa oleh Muhammad ada perbedaan dari segi proses peribadatan, atau dalam penyembahan kepada Tuhan. Tata cara beribadah diantara tiga agama samawi ada perbedaan perbedaan dari segi prosesnya, dalam ibadah ritual ada perbedaan namun out put yakni dalam hal ibadah sosial hampir semua sama yakni hubungan sosial kemanusiaan. Dalam perkembangannya islam yang di bawa oleh Muhammad selama 23 tahun, tidak ada permasalahan karena setiap masalah nabi langsung menyelesaikannya lewat intervensi wahyu dan ijtihad beliau lewat perkataan perkataan atau perbuatan perbuatan beliau yang merupakan sunnah atau hadis untuk para sahabat. Kalau ada perbedaan perbedaan pendapat dari para sahabat, langsung diselesaikan oleh nabi. Para sahabat tidak di sibukkan dalam mencari berbagai referensi bilamana ada perbedaan pendapat diantara mereka, karena langsung ditanyakan kepada nabi sebagai figur sentral dalam menjawab berbagai permasalahan, agama, sosial, hukum, kemasyarakan dan lain lain sebagainya.

Nanti pada zaman empat khalifah perbedaan pendapat mulai muncul, diawali ketika Nabi wafat, para sahabat sudah mulai berdebat, siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai pemimpin, antara golongan muhajirin dan ansar masing mengklaim bahwa dari golongannyalah yang berhak menggantikan Nabi. Akhirnya abu bakar yang disepakati bersama dalam pertemuan di saqifah, ini atas usul Umar bin khattab, mungkin karena kesenioran dan banyak mendampingi nabi dalam berbagai kesempatan, misalnya waktu hijrah ke madinah dan kegiatan kegiatan lainnya. Puncak dari perbedaan sekaligus perpecahan terjadi pada masa khalifah ke-4 Ali bin abi thalib, perang antara Ali dan Aisyah, dan Ali dan Muawiyah, ketika perang antara Ali dan Muawiyah, kemenangan sudah ada di pihak ali, tapi muawiyah menawarkan jalur tahkim, atau jalur diplomasi sehingga muawiyah menang secara politik, disinilah para pendukung Ali mulai terpecah, sehingga muncul khawarij, golongan Ali yang tidak manerima jalur tahkim, mereka keluar dari golongan Ali, dan  memusuhi muawiyah begitupun dengan Ali. Dari golongan khawarij inilah yang berhasil membunuh Ali dan gagal membunuh muawiyah.

Khawarij inilah yang dalam sejarah pemikiran islam dikenal sebagai golongan tekstualis, mereka betul betul bersandar pada teks, dan menganggap pemikiran yang bertentangan dengan teks adalah lawan yang harus dimusuhi, mereka adalah pejuang formalisme agama. Mereka sangat anti dengan penafsiran penafsiran terhadap agama dengan menggunakan penafsiran yang kontekstual. Mereka rela mengafirkan saudaranya yang bertentangan dengannya. Mereka mengkafirkan Ali dan Muawiyah dan keduanya harus dibunuh, mereka berhasil membunuh Ali dan gagal membunuh muawiyah. Dalam sejarah perkembangannya  khawarij itu mengalami pasang surut. Namun sebagai salah satu pemikiran keagamaan khawarij tidak pernah hilang dari sejarah pemikiran islam. Pemikiran pemikiran tekstualis sebagai cikal bakal pemikiran khawarij akan tetap ada sampai kapanpun. Mereka ini sangat anti intelektualisme, tidak tertarik dunia keilmuan, sangat stagnan dalam berfikir. Mereka lebih banyak menggunakan otot daripada otak.

Sekarang ini ada muncul istilah neo khawarij, dalam dunia modern sekarang ini, banyak istilah istilah baru bermunculan untuk memberikan penguatan terhadap aliran aliran yang muncul sebelumnya. Ini adalah kreasi yang diciptakan oleh pemikir pemikir kontemporer untuk memberikan label terhadap khawarij khawarij gaya baru yang banyak bermunculan sekarang ini. Mereka mereka ini lebih canggih di banding khawarij zaman dulu. Disamping sangat mudah menyesatkan atau mengafirkan yang tidak semadzhab dan mengklaim madzhabnyalah yang paling benar, juga kadang menggunakan jalan pintas untuk melakukan pembunuhan lewat praktek bom bunuh diri. Bahkan mereka membenarkan perbuatan mereka dengan bahasa jihad. Mereka menggeneralisasi orang orang kafir dan orang muslim yang dianggap menyimpang dari madzhabnya adalah merupakan musuh yang harus dimusnahkan.

Kalau melihat dari sejarahnya khawarij ini lahir dari kekecewaan, ketika Ali menerima tahkim, karena kecewa dengan Ali, mereka keluar dari barisan Ali. Dan membentuk barisan tersendiri, membuat madzhab baru yakni madzhab literal, yaitu menggunakan cara cara kekerasan untuk mencapai tujuannya. Mereka mencoba menjadikan Quran dan hadis sebagai basisnya. Tapi pemahamannya terhadap Quran sangat dangkal, memahami Quran secara parsial. Mereka lebih tertarik memahami ayat ayat Quran dengan pemahaman monolistik, dengan memakai kacamata kuda. Padahal kalau kita merujuk ke ulumul Quran, banyak hal yang perlu kita kaji  menyangkut  eksistensi pemahaman kita terhadap Al Quran. Ada ayat ayat Qat'i dan ada ayat ayat mutasyabih, ayat qat'i adalah ayat ayat yang sudah jelas yang tidak perlu interpretasi, dan ayat ayat yang mutasyabih adalah ayat ayat yang multi interpretatif, ayat ayat inilah yang banyak menghiasi Quran, jika dibandingkan ayat ayat yang sifatnya qat'i. Namun pemahaman orang orang khawarij lama dan neo khawarij memahami Quran itu dengan pemahaman qat'i semua yang tidak membutuhkan lagi penafsiran penafsiran tambahan untuk memperjelas suatu ayat.

Pemahaman islam ala khawarij adalah pemahaman yang kaku, mereka mempersempit keberadaan islam sebagai agama yang dinamis, agama yang pleksibel, agama yang rahmatan lil alamin. (Bumi Pambusuang, Juni 2023)


Opini LAINNYA