Muazin Bangsa dari Makkah Darat

Oleh : Ilham Sopu

Judul di atas diambil dari salah satu judul buku Buya Syafii, panggilan akrab Prof Ahmad Syafii Maarif. Buku ini adalah kumpulan tulisan yang ditulis para cendekiawan terkemuka, mereka memberikan apresiasi terhadap pemikiran-pemikiran bernas dari Prof Syafii. Para penulis tampil memberikan tulisan dari berbagai sudut pandang terhadap Buya Syafii. Buya adalah cendekiawan muslim yang merasa prihatin terhadap perkembangan sejarah perjalanan negeri ini.

Kalau kita rajin membaca tulisan-tulisan Buya Syafii semuanya ada rasa yang sangat dalam tentang keprihatinan pengelolaan negeri ini. Buya Syafii terlalu sangat cinta negeri ini, dan ingin berbuat yang terbaik terhadap negeri, sumbangan pemikiran Buya Syafii sudah sangat banyak untuk kebaikan negeri ini.

Tulisan-tulisan Buya, adalah tulisan yang penuh dengan hikmah-hikmah bijak tapi punya nilai kritikan yang sangat dalam terhadap perkembangan moral pemangku kepemimpinan negeri ini, dan salah satu kelebihan Buya Syafii adalah keberaniannya dalam menyampaikan pendapat atau kritikan untuk kebaikan bangsa ini ke depan. Dan Buya tidak pernah pesimis melihat negeri ini sekalipun sangat bobrok di mata Buya. Ibarat tukang adzan di mesjid, yang melakukan adzan setiap lima kali sehari, begitupun dengan Buya, dia tidak pernah berhenti  untuk melakukan adzan, berteriak untuk kebaikan bangsa, dan tidak pernah berhenti dan terus-menerus melakukan teriakan kebaikan untuk bangsa ini.

Keberanian Buya dalam menyampaikan kebenaran, itu adalah bagian dari karakternya, bagaimanapun kondisi zaman yang dihadapi, siapapun penguasa negeri ini. Tidak ada perbedaan sebelum menjabat sebagai ketua umum PP Muhammadiyah, waktu menjabat dan sesudah menjabat, Buya tetap konsisten menyuarakan kebenaran, dengan tanpa rasa takut terhadap dirinya. Amar makruf nahi munkar, sebagai ajaran yang diyakininya mesti harus disuarakan, dimanapun dan kapanpun. Sebagaimana yang pernah digaungkan oleh Prof Baharuddin Lopa seorang pendekar hukum dari tanah Mandar, "Banyak yang salah jalan, tapi merasa tenang, karena banyak teman yang sama-sama salah, beranilah menjadi benar, meski pun sendirian".

Begitulah prinsip Buya Syafii, salah satu dari cendekiawan muslim garda depan, yang punya gaya tersendiri yang berbeda dengan cendekiawan-cendekiawan lainnya, masing-masing punya cara  dalam menyuarakan kebenaran, ada yang frontal, ada yang menggunakan bahasa penuh hikmah seperti para ulama atau kyai, ada yang tegas, model-model dalam menyampaikan kebenaran oleh para cendekiawan atau para ulama adalah sama tujuannya, adalah memperbaiki bangsa yang lebih baik ke depan.

Banyak bentuk atau model terhadap kecintaan kita terhadap bangsa dan negara, salah satunya adalah punya rasa prihatin terhadap kesalahan-kesalahan yang dipertontonkan oleh para pengambil kebijakan, dan kita berusaha melakukan kritik  atau memberikan masukan jalan yang terbaik yang harus tempuh. Seperti yang telah dilakukan oleh Buya Syafii, yaitu dengan cara terus-menerus mengingatkan kepada para pemimpin bilamana ada kepincangan-kepincangan yang diperbuat oleh para pemimpin diberbagai level pemerintahan.

Kita butuh model-model seperti Buya Syafii, yang bisa secara langsung melakukan aksi, baik melalui ceramah-ceramahnya, diskusi-diskusi publik maupun tulisan-tulisannya lewat berbagai media dan buku-bukunya  banyak bertebaran. Model Buya ini, pernah juga diperankan oleh Prof Amin Rais di masa kepemimpinan orde baru, dan dikenal tokoh orde reformasi karena berhasil menumbangkan pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh presiden Soeharto pada waktu itu. Ini juga merupakan salah satu bentuk jihad yakni berkata benar di hadapan para penguasa yang dzalim. Nabi pernah bersabda bahwa "Jihad yang paling afdal adalah berkata benar dihadapan penguasa yang dzalim"

Perkataan yang benar dihadapan para penguasa yang dzalim, adalah warisan para Nabi, kalau kita belajar sejarah para Nabi, mereka itu adalah pejuang-pejuang kebenaran, para Nabi melawan raja-raja tiranik yang berkuasa pada masanya, seperti Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw, mereka terus memperjuangkan kebenaran yang menjadi misi mereka. Berada dalam posisi minoritas, tapi tidak  menghalanginya untuk tetap menyampaikan kebenaran sekalipun nyawa taruhannya. Model-model perjuangan para Nabi yang melawan para tiranik atau para raja yang berkuasa pada waktu itu, bukan hanya menyampaikan kebenaran secara verbal tetapi juga mencoba untuk mempertahankan dengan keyakinan yang dia pegang.

Perjuangan para Nabi yang tidak kenal kendor dalam memperjuangkan kebenaran sekalipun mengahadapi tembok yang besar, itu karena sudah mendapatkan suntikan-suntikan keimanan dari Tuhannya, keyakinannya yang sangat kuat, bahwa kebenaranlah yang akan menjadi pemenang. Itulah yang menjadi inspirasi para pejuang-pejuang kebenaran banyak terinspirasi dari perjuangan para Nabi. Seperti halnya yang diperankan oleh Prof Ahmad Syafii Maarif yang banyak berperan dalam melakukan kritik sosial di Indonesia.

(Bumi Pambusuang, 22 Februari 2025)


Opini LAINNYA

Investasi Kenikmatan

Iman Itu Karakter

Spritualitas Puasa

Retret Kepala Daerah

Memaknai Diaspora Nabi

Muazin Bangsa dari Makkah Darat

Kullu Man Alaiha Faan