Menuju Pulau Harapan Dalam Keberkahan

Oleh : St. Maryam Yusuf (Staf Kementerian Agama Kab. Majene)

Akhir-akhir ini, hampir semua media sosial dipenuhi informasi tentang penerimaan SK bagi CPNS dan PPPK lingkup Kementerian Agama. Orang tua, sanak saudara, handai taulan, teman, sahabat, rekan kerja, memposting kegiatan tersebut. Kebahagiaan tentu terpancar di wajah mereka. Ada harapan di hari esok. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan suasana yang telah mereka lalui disaat ujian. Bahkan jauh sebelumnya. Kalau mau menoleh kembali ke cerita yang telah terukir, ada banyak air mata kesedihan yang tumpah ruah. Rasa kesal, marah bahkan keputusasaan yang menguasai hati dan pikiran.

Kembali membuka memori di akhir tahun 2024 yang lalu. Emosi kita seringkali diaduk-aduk, dipermainkan oleh banyaknya cerita dibalik perjuangan meraih asa dan cita menjadi Aparatur Sipil Negara. Kita seakan larut dan ikut merasakan apa yang mereka alami. Terkadang tertawa bahagia atas percapaiannya, tetapi tak jarang menundukkan kepala, air mata berlinang, menetes bahkan jatuh dengan derasnya karena lika-liku perjalanan yang harus ditempuh.

Masih terbayang, bagaimana mereka tertawa bahagia karena nilai yang diperoleh diluar ekspektasi. Mereka terkejut karena tak menyangka akan memperoleh nilai yang memuaskan. Saling support dan peluk cium dari para rekan, sahabat dan teman seperjuangan mewarnai kebersamaan mereka.

Akan tetapi di sisi lain, tak jarang rasa sedih dan haru yang justru menyertai histori dan beranda facebook maupun laman lainnya. Seorang ibu, yang sementara ujian, harus menerima takdir, anaknya pergi untuk selamanya akibat tenggelam di kampung halaman. Tak terbayang bagaimana perihnya hati seorang ibu kehilangan anak tanpa berada disisinya. Hanya Allah yang tahu hancurnya hati ibunda dan bagaimana harus menata hati menerima kodratnya.

Pilu hati juga tertuju pada perjuangan seorang honorer yang harus terhenti melangkah hanya karena terlambat beberapa menit. Dia harus mengantar anaknya ke rumah sakit atau keperluan mendesak lainnya. Persiapan yang sudah matang selama beberapa bulan harus terhenti sekejap karena sistem yang tidak bisa diajak kompromi.

Belum lagi cerita peserta ujian yang sedang sakit, harus menyusui, sepatu yang harus diikat, bahkan ada juga yang mengalami kecelakaan menuju tempat ujian. Kita hanyut dalam cerita yang menyayat hati. Terkadang berkomentar : seandaniya…., mengapa….., dan semacamnya. Mencoba merasakan apa yang mereka alami. Akan tetapi, akhirnya hanya bisa menyimpulkan :  “Semua sudah tertulis dalam kodrat dan takdir-Nya”.

Euforia perjuangan menjadi abdi negara, menunjukkan bahwa menjadi Aparatur Sipil Negara memang masih primadona dalam mencari lapangan pekerjaan. Masyarakat  menggantungkan harapan yang sangat tinggi untuk mengabdi kepada bangsa dan negara melalui jalur ini. Oleh karena itu, tak jarang berbagai jalan alternatif dicoba, meskipun hal itu sangat sulit ditempuh karena sistem yang tidak bisa dipermainkan.

Akhirnya, tak berselang lama, pengumuman hasil test baik jalur CPNS maupun PPPK dirilis. Berbagai cerita kembali terukir. Di beberapa Kantor Kementerian, Dinas dan Lembaga Negara menyatakan 100 persen kelulusan PPPKnya. Tetapi sebagian lainnya meninggalkan kekecewaan dan rasa ketidakpuasan. Terdengar kabar bahwa seorang honorer yang masuk kategori K2 harus gigit jari karena dinyatakan tidak lulus. Sebaliknya, ada yang baru beberapa bulan mengabdi, namanya tertera sebagai peserta yang lulus PPPK.

Berbagai kemungkinan bisa menyertai. Nilai yang tidak memenuhi syarat sehingga tidak bisa mencapai standar kelulusan, atau hal lain yang tidak diketahui. Yang jelas, sistem penerimaan CPNS atau PPPK sudah sangat jelas aturan dan tata laksananya. Demikian pula, mereka yang baru terdata di sebuah lembaga, tentu sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Mungkin saja mereka mampu memperoleh nilai yang memuaskan sehingga bisa masuk dalam kategori lulus. Allahu a’lam.

Demikianlah sunnatullah. Ada tawa, sedih, kepuasan, tapi terkadang kecurigaan yang muncul dan memperdaya manusia. Ego manusia sering menempati urutan pertama, sehingga hati dan rasio tidak bisa berjalan secara seimbang. Berbagai prasangka buruk memperdaya manusia sehingga rasa kecewa selalu datang menghampiri.

Kementerian Agama, khususnya Kabupaten Majene, formasi PPPKnya sangat jelas sehingga diumumkan lulus semua. Rasa haru menyertai pengumuman ini, karena begitu banyak handai taulan, teman maupun sahabat yang memenuhi syarat dan dinyatakan lulus.

Akan tetapi, ditengah perjalanan, terdengar kabar penerimaan SK mereka (CPNS Dan PPPK) diundur hingga tahun 2026. Berbagai alasan dikemukakan. Rasa kecewa tentu mewarnai para honorer yang sudah tak sabar menanti. Untung saja pemerintah peka. Segera merilis bahwa penerimaan SK PPPK dipastikan diterima bulan Juni 2025. Akhirnya surat resmi pelantikan diterima, tepatnya tanggal 26 Mei 2025. Demikian pula para CPNS menerima SK pada tanggal 5 Juni 2025.

Saudaraku, Selamat bergabung di Kementerian Agama, menjadi Abdi Negara. Ada banyak hal yang harus disiapkan. Bukan hanya lahiriyah, seperti baju korpri, baju putih dan lain-lain. Tetapi yang tak kalah pentingnya, persiapan batiniyah. Kemampuan intelektual dan kedalaman spiritualitas sangat diperlukan.  Selain itu, sebaiknya mengetahui slogan-slogan yang menjadi jargon dalam beraktifitas. Seperti Ikhlas beramal dan lima budaya kerja. Dua prinsip ini sangat penting ditumbuhkan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai keluarga besar Kementerian Agama.

Ikhlas adalah bentuk kepasrahan total. Tidak ada setitikpun keinginan selain Allah Swt. Semua tertuju kepada-Nya. Mulai sekarang, berlatih untuk menyenangkan hati dengan melihat senyum di wajah sesama. Senyum yang terukir di wajah saudara kita, memuaskan hati hingga tak ada ruang untuk puja dan puji manusia. Bukan hanya di alam nyata, tapi juga di dunia maya yang penuh teka teki. Hiduplah dengan kebahagiaan hakiki dalam pelukan Sang Maha segalanya.

Amal adalah buah pekerjaan kita. Dalam Bahasa Arab, kata amal, sama hurufnya dengan kata ilmu.  Ain, Lam dan Mim. Olehnya itu, ada keterikatan yang sangat kuat antara keduanya. Amal tanpa ilmu akan menyesatkan. Sedangkan ilmu tanpa amal akan sia-sia. Berbuatlah sesuai ajaran dan rambu-rambu agama, sehingga segala sesuatunya bisa dipertanggungjawabkan. Tuntutlah ilmu sepanjang hayat. Orang yang tidak menuntut ilmu, bagaikan mayat yang berjalan di muka bumi.

Selain itu, bangga dan yakinlah dengan ‘wajah’ yang telah dianugerahkan Allah untukmu, sehingga tidak perlu sibuk dengan mencari ‘muka’ lain yang menurutmu lebih cantik atau gagah. Boleh jadi, apa yang kita inginkan akan berakibat buruk terhadap kehidupan kita. Sebaliknya, apa yang kita benci justru memberikan kebaikan dan keberuntungan yang tak pernah kita bayangkan. Perbanyak bersyukur, karena itu akan menarik dan membuka  pintu-pintu kebaikan lainnya.

Slogan kedua dan cukup populer adalah Lima Budaya Kerja. Tujuannya tiada lain agar keluarga besar Kementerian Agama menjadikan dasar dalam beraktifitas sehari-hari terutama di wilayah kerjanya. Sikap atau prilaku hanya bisa dikatakan sebagai budaya jika diulang-ulang, kontinyu, konsisten dan dilakukan secara bersama-sama sehingga menjadi kebiasaan. Hampir semua pakar kebudayaan mengatakan bahwa budaya merupakan keseluruhan sikap dan prilaku serta keyakinan dalam masyarakat yang berhasil diterapkan dengan perjuangan yang  terus menerus sehingga dapat diwariskan dan menjadi kebiasaan atau adat istiadat.

Lima budaya kerja Kementerian Agama yaitu: Integritas (Keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik dan benar dan dilakukan konsisten). Profesionalitas (Bekerja secara disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil terbaik. Hal ini bisa dicapai dengan belajar sepanjang waktu). Inovatif (Menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik). Bertanggungjawab (Bekerja secara tuntas dan konsekuen) dan Keteladanan (Menjadi role mode, contoh yang baik bagi orang lain). Diharapkan semua keluarga besar Kementerian Agama bisa mengaktualisasikan dalam prilaku sehari-hari. Bukan hanya sebatas di kantor tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Salah satu program yang tak kalah pentingnya adalah membangun zona integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Program ini sebagai implementasi dari Permenpan RB Nomor 90 Tahun 2021. Kita sedang berjuang mengusung program ini, sehingga akan ditemukan perbaikan internal yang sistematis dan berkelanjutan. Perbaikan ini mencakup tata kelola organisasi, budaya kerja berbasis kinerja, manajemen SDM yang unggul, proses bisnis yang efisien, sistem pengawasan yang kuat, serta peningkatan transparansi dan kualitas pelayanan publik.

Olehnya itu, diperlukan manusia yang handal dan mumpuni untuk mencapai harapan tersebut. Perbaiki diri, asah keilmuan dan keterampilan. Meskipun banyak rintangan, jangan pernah berhenti untuk berusaha menjadi baik dan terbaik. Karena tekad dan keinginan untuk berubah kearah kebaikan, itulah makna hijrah yang sesungguhnya. Allah akan memberi jalan kebaikan kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Dibalik satu kesulitan dan kelelahan, ada berjuta kehangatan dan kegembiraan.

Sebagai ASN yang sudah hampir 26 tahun mengabdi di Kementerian Agama Kabupaten Majene, saya berpendapat bahwa ada beberapa ASN Kementerian Agama larut dalam sikap cepat puas dan cepat pasrah. Selain itu, kita fokus pada angka-angka atau data. Memang tidak dipungkiri, data adalah sumber segalanya. Akan tetapi, biarlah hal itu menjadi fokus pekerjaan dengan jabatan tertentu. Jabatan lainnya diharapkan memikirkan sesuatu yang lebih besar dan berdampak.

Sebagai contoh, jabatan Analis Data Pendidik dan Kependidikan, hanya mengumpulkan data dan menyiapkan sesuai keperluan. Tanpa mencoba mencari tahu, mengapa data guru seperti itu? Mengapa masih ada guru yang belum S1? Apa jalan keluarnya? Mengapa masih banyak yang tidak bisa naik pangkat ke golongan selanjutnya? Apa kendalanya? Dan seterusnya.

Seorang Pengembang Kapasitas Pendidik dan Siswa, diharapkan berfikir bukan hanya berapa jumlah guru, tetapi apa yang harus dilakukan agar guru-guru lebih kompeten dibidangnya. Pemberdayaan kegiatan KKG dan semacamnya perlu ditingkatkan. Bagaimana merancang sebuah kegiatan yang bisa memberi nilai positif bagi anak didik. Terutama ditingkat sekolah menengah, dimana pergaulan dan nilai negatif perkembangan sains semakin merajalela.

Demikian pula, jabatan pengembang kepenghuluan, penyuluh, keluarga sakinah dan lain-lain. Seorang pejabat pelaksana hanya menyediakan data-data atau laporan kegiatan penyuluh tetapi kurang perhatian terhadap pengembangan kompetensi penyuluh yang bisa dilakukan secara mandiri. Pengembangan jabatan penghulu dalam masyarakat. Bagaimana membina keluarga sakinah dan persiapan menjadi calon-calon pengantin.  Yang perlu dikembangkan adalah kerjasama dengan stackholder yang ada. Begitu banyak program pemerintah daerah maupun pusat yang bisa dilakukan dengan berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak.

Ada nilai inovatif dan visioner yang belum tumbuh secara maksimal. Seorang guru diharapkan mampu melihat tantangan apa yang akan dihadapi anak didik, lima sampai sepuluh tahun kedepan. Demikian pula para pejabat. Nilai ini sangat penting. Karena salah satu kelebihan para Nabi dibanding manusia biasa adalah mampu berinovasi dan memiliki visi jauh kedepan. Kita memang bukan Nabi, tetapi tanggungjawab yang kita emban mengharuskan untuk berfikir lebih dari yang lain.

Satu lagi kegelisahan yang mungkin melanda sebagian besar pegawai Kementerian Agama bahwa ditahun ini, akan diselaraskan antara analisis beban kerja jabatan dengan tunjangan kinerja yang akan diterima. Ini seakan menjadi momok. Klaim akan pekerjaan masing-masing seakan meresahkan. Padahal, jika kita mau membuka diri, mengulurkan tangan kepada teman sejawat, maka satu pekerjaan bisa dikerjakan secara bersama-sama dengan sudut pandang masing-masing, disesuaikan dengan jabatannya. Sekali lagi, kolaborasi dan sinergi dengan pihak lain sangat diperlukan.

Ketika memantapkan diri menjadi ASN Kementerian Agama, maka kita bukan hanya penganut Agama Islam, tetapi juga pengamal ajaran Islam. Latar belakang pendidikan yang mungkin tidak ada hubungannya dengan agama Islam (secara langsung), harus ditambah dengan ilmu dan pengamalan ajaran Islam.

Kita diharapkan tahu apa itu haji, zakat, wakaf, kepenghuluan, produk halal, ajaran sesat dan sebagainya, terutama tentang moderasi beragama. Oleh karena itu, literasi sangat urgen digaungkan. Long life education. Tuntutlah ilmu kapan dan dimanapun.  Membaca dan menulis adalah senjata paling ampuh dan sangat diperlukan untuk menguasai lahan pekerjaan kita. Tanpa keduanya, kita hanya akan menjadi boneka, hidup tanpa makna.

Menteri Agama RI (Professor DR. K.H. Nasaruddin Umar) di Kabinet Merah putih memberi nuansa baru. Berbagai hal dipoles demi kebaikan bersama. Seperti halnya perampingan jabatan melalui KMA Nomor 32 tahun 2024. Jika sebelumnya jabatan pelaksana yang diemban oleh seorang ASN sangat beragam, akhirnya dirampingkan menjadi 25 jabatan. Demikian pula perubahan jabatan fungsional lainnya. Dengan jabatan baru, semakin terbuka peluang untuk berbuat lebih banyak, kerjasama dengan berbagai pihak demi kemajuan bersama.

Selain itu, ada program delapan prioritas Kementerian Agama (Asta Protas) yaitu 1. Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan. 2. Penguatan Ekoteologi, 3. Layanan Keagamaan Berdampak. 4. Mewujudkan Pendidikan Unggul, Ramah dan terintegrasi. 5. Pemberdayaan Pesantren. 6. Pemberdayaan Ekonomi Umat. 7. Sukses Haji. 7. Digitalisasi Tata Kelola. Kita diharapkan mengkaji, memahami dan mewujudkan program tersebut dalam jangka waktu lima tahun pemerintahan (2025-2029).

Sekali lagi, selamat datang para abdi negara dan agama. Selamat bergabung di Kementerian kebanggaan. Kalian adalah pilar dan pemegang kendali di masa depan. Persiapkan diri jasmani dan rohani. Nilai spiritualitas sangat urgen untuk menahkodai kapal kita. Jangan ada yang bermain-main di belakang layar atau bahkan berusaha membocori lantai atau berbuat aneh diluar kesepakatan. Ingat, kita adalah keluarga, saudara dan handai taulan. Saling sapa dan senyum merekah serta kelapangan hati adalah modal utama agar kapal tak karang di lautan. Insya Allah, kita bisa mencapai pulau harapan dalam keberkahan. Bersama kitab bisa. Waalahu a’lam.


Opini LAINNYA

Menuju Pulau Harapan Dalam Keberkahan

Memahami Perintah Tuhan

Orientasi Dalam Beragama

Persaudaraan Sejagat

Menterjemahkan Simbol Beragama

Menjadi Manusia Rohani

Nuhiyah Penammatan Tiga Tingkatan