Menimbang Efek Puasa

Hamzah

Para pakar agama menerangkan bahwa dalam puasa setidaknya terdapat tiga aspek utama yang dikandung,. Aspek yang dimaksud adalah spritual yang membutuhkan peran iman, aspek psikologis yang juga melibatkan fisik, dan terakhir aspek sosial yang berkaitan dengan perilaku interaksi sosial.

Tetapi, tampaknya dari tiga aspek tersebut bila diamati, mayoritas umat muslim khususnya di tanah air terkesan lebih memaknai puasa hanya sekedar penebus dosa, hanya dijadikan sebagai bulan mendulang pahala dan ampunan tanpa memperhatikan aspek yang lain. Walaupun sikap ini tidak salah, akan tetapi jika kesan puasa berhenti sampai di situ,  maka bulan Ramadan hanya menjadi bulan penebusan dosa untuk sebelas bulan sebelumnya.

Selanjutnya setelah Ramadhan berlalu, kebiasaan rutin kembali seperti semula. Kondisi spritual dan perilaku seperti tak dihiraukan lagi. Kita kembali bebas melakukan rutinitas tanpa didasarkan pada kesadaran akan nilai positif agama. Pemaknaan terhadap puasa seperti ini akan melahirkan manusia shaleh musiman atau taqwa hanya di bulan Ramadhan.

Jika melihat fakta di lapangan, tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi umat muslim seperti di atas sangat dipengaruhi oleh konten ceramah agama yang disampaikan para penceramah di mimbar atau di berbagai media. Kebanyakan isi ceramah hanya berfokus pada penekanan aspek ritual. Mereka menjelaskan puasa sebatas media pembakaran dosa. Maka tak heran setelah Ramadhan berlalu aspek psikologis dan sosial tidak pernah muncul dalam aktivitas sehari-harinya. Padahal aspek inilah yang sangat diharapkan terwujud dalam diri setiap muslim demi mencapai derajat taqwa.

Aspek puasa yang tak kalah penting yang harus diperhatikan adalah aspek kesehatan jasmani. Kita tahu bahwa perintah berpuasa penuh dengan hikmah dan manfaat. Salah satunya adalah berkaitan dengan kesehatan. Di dalam ayat tentang perintah berpuasa juga disinggung mengenai hal yang sama yaitu berpuasa juga pernah diwajibkan terhadap umat terdahulu sebelum umat Islam.
Berdasarkan ayat ini, bisa dipahami bahwa perintah berpuasa ini tidak dilihat dari prosesnya melainkan manfaatnya, terutama kalau kita melihat kenyataan hari ini tidak sedikit orang yang melaksanakan puasa demi keperluan tertentu dan dalam kondisi tertentu, misalnya ketika hendak dioperasi karena suatu penyakit, biasanya dokter meminta pasien supaya menahan diri melakukan aktivitas makan dan minum.

Senada dengan hadis populer yang menerangkan tentang manfaat puasa terhadap kesehatan, meskipun menurut ahli hadis jalur periwayatannya lemah tetapi secara substansi tidak bertentangan dengan berbagai riset kesehatan yang menyimpulkan bahwa ibadah puasa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau imunitas. Hadis yang dimaksud adalah hadis dari Abu Hurairah. Nabi Muhammad Saw bersabda : "Berpuasalah niscaya kalian akan sehat.

Namun, bila dicermati lebih dalam lagi, maka akan muncul pertanyaan, yaitu puasa seperti apa yang bisa menghasilkan kesehatan?Jika melihat kebiasaan yang kurang baik saat berbuka puasa di kalangan umat islam, sangat bertentangan dengan konsep kesehatan yang ditawarkan dalam puasa. Kenyataan saat menyantap hidangan buka puasa seketika kita lupa esensi dari puasa yaitu menahan. Keinginan untuk melahap semua menu hampir tidak terkendali. Porsi makanan yang kita santap sangat jauh dari syarat untuk mendapatkan kesehatan, seolah kita balas dendam saat kelaparan di siang hari. Lalu apa yang diharapkan dari model berpuasa seperti ini?

Untuk mendapatkan manfaat dari puasa yang dilakukan, para ahli kesehatan memberikan resep saat hendak berbuka puasa yaitu dengan tidak menyantap makanan yang susah dicerna seperti makan nasi berlebihan atau yang berlemak tinggi karena lambung sudah beristirahat selama kurang lebih 12 atau 13 jam sehingga sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna suplai tenaga dari makanan yang mengandung manis dengan kadar tertentu.

Resep puasa sehat pun juga sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, beliau ketika berbuka sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis, beliau hanya mengkonsumsi kurma muda sebelum shalat, jika tidak ada, maka beliau berbuka dengan kurma biasa atau minum dengan air.saja”

Dengan mengatur pola dan porsi makan seperti yang dianjurkan oleh Nabi dan Ahli kesehatan saat berbuka puasa, kita bisa merasakan manfaat dari puasa itu terhadap kesehatan dan imunitas tubuh.

Wallahu a'lamu


Opini LAINNYA

Antara Kefakiran dan Kekufuran

Tradisi Intelektual Mati Suri

Orientasi Sosial Keimanan

Belajar Islam Ke Prof Harun Nasution

Niat Yang Terbelokkan

Burhanuddin Hamal : Perang Terbesar

Internalisasi Nilai-Nilai Ramadhan