Membaca Sebagai Wirid Harian

Ilham Sopu

Ada satu ungkapan ulama dalam kitab kuning "Man lam lahu wirdun, pahuwa qirdun", artinya siapa yang tidak punya wirdun (kebiasaan yang baik), maka ia bagaikan monyet. Pengertian wirid secara umum, adalah yang menjadi kebiasaan kita, apakah dzikir harian yang rutin kita lakukan setiap hari, atau perbuatan-perbuatan yang rutin kita lakukan setiap hari. Dalam hal  ibadah ritual kita terbiasa membaca shalawat 100x setiap hari dan tidak pernah kita tinggalkan, itu adalah bagian dari wirid. Amal-amal yang rutin kita lakukan tiap hari sekalipun amal itu tidak  banyak tapi dilakukan rutin dan berkesinambung, itu lebih baik dari pada amal yang banyak kita tapi tidak bersinambung atau tidak terus-menerus.

Dikalangan penganut terekat, mereka sudah terbiasa dengan zikir, yang di baca secara teratur. Kebiasaan-kebiasaan zikir tersebut itu adalah bagian dari wirid. Jadi wirid itu sangat luas cakupannya, bisa dalam bentuk kegiatan keagamaan, zikir-zikir keagamaan, kegiatan intelektual, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan secara terulang atau bersinambung itu adalah bagian dari wirid. Nabi waktu menerima wahyu pertama dari Tuhan, Dia sementara berkhalwat di gua hira, dan mendapatkan wahyu dari Tuhan melalui malaikat Jibril yaitu perintah untuk membaca. Malaikat Jibril mengulangi perintah itu sampai tiga kali

Menarik direnungi bahwa perintah pertama dari Tuhan untuk Muhammad ketika diangkat menjadi Rasul adalah perintah untuk membaca, dan sampai diulangi tiga kali. Betapa urgennya kegiatan atau aktivitas membaca, membaca itu adalah kunci untuk menjalani kehidupan ini, hasil dari aktifitas berkhalwat yang dilakukan Nabi selama di gua Hira adalah perintah untuk membaca, bukan perintah ibadah seperti shalat, puasa, dan ibadah-ibadah mahdah lainnya. Membaca itu akan menghasilkan wawasan yang baik, membaca itu akan memudahkan jalan dalam beribadah kepada Tuhan.

Dasar dari perjuangan dalam mengkampanyekan kebenaran yang diterima dari Tuhannya adalah aplikasi dari pembacaan Nabi sebagaimana perintah dari Tuhannya. Perintah awalnya sangat kuat dorongannya dari malaikat Jibril kepada Muhammad saw, Jibril mendekap Nabi begitu kuatnya, supaya melakukan aktivitas membaca, sehingga Nabi terdorong untuk membaca. Dan perintah ini langsung dipraktekkan oleh Nabi dalam menguatkan misi dakwahnya, terhadap masyarakat Makkah dan Madinah. Pasca kegiatan khalwat Nabi di gua Hira, disitulah Nabi mulai menerima Wahyu dari Tuhannya, melakukan pembacaan wahyu-wahyu itu ke para sahabat-sahabatnya.

Dorongan Nabi kepada para sahabatnya dalam melakukan pembacaan terus menerus Nabi lakukan selama 23 tahun masa kenabian. Setiap kali Nabi menerima Wahyu langsung didistribusikan kepada sahabatnya atau kepada umatnya. Penerimaan Wahyu dari Tuhan itu ada salah satu bentuk  pembacaan Nabi, kemudian, pendistribusian Wahyu kepada para sahabat itu adalah pembacaan yang dilakukan oleh para sahabat Nabi. Perjalanan sejarah Nabi dan para sahabatnya adalah perjalanan yang tidak pernah lepas dari aktivitas membaca. Membaca dalam pengertian yang lebih luas, kalau pada masa Nabi membaca adalah mendengarkan wahyu dari Nabi yang baru saja diterima dari Tuhannya, dan berusaha untuk dihapal atau ditulis oleh para sahabat dan disampaikan kepada para sahabat yang lain.

Aktivitas keilmuan selama masa Nabi bersama dengan para sahabatnya tidak pernah berhenti. Antara tugas untuk menyampaikan risalah dan menerima wahyu, dua hal yang tidak pernah terpisahkan dalam diri Nabi.  Bentuk-bentuk penyampaian risalah Nabi kepada para sahabatnya, kadang dalam bentuk monolitik yaitu satu arah, dan kadang juga dalam bentuk dialogis, dimana para sahabat bertanya kepada Nabi tentang sesuatu hal, dan Nabi biasanya menunggu Wahyu  dari Tuhan untuk menjawab pertanyaan sahabat tersebut. Itu adalah model-model pembacaan yang dilakukan Nabi bersama para sahabat. Masa Nabi dalam menyampaikan risalah selama kurang lebih 23 tahun adalah masa yang berkecimpung dalam dunia keilmuan lewat pembacaan-pembacaan terhadap Wahyu yang sifatnya tekstual maupun penjelasan Nabi yang sifatnya kontekstual.

Lewat kedua pembacaan tersebut Nabi barhasil memberikan atau menumbuhkan semangat keilmuan kepada para sahabatnya sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama dalam ukuran zaman,Nabi berhasil membangun model peradaban yang anggun, madani dan maju. Model-model peradaban yang diwariskan oleh Nabi pada puncaknya kita dapat menyaksikan peradaban Madinah, yang didalamnya ada berbagai macam agama, suku, bahasa, golongan, suatu bentuk masyarakat yang berbinneka atau pluralis, dalam pandangan Nabi itu adalah bentuk kekayaan dalam berbangsa yang diikat dalam suatu bentuk piagam yang dikenal dengan piagam Madinah. Sekali lagi bahwa keberhasilan Nabi bersama para sahabatnya adalah keberhasilan dalam membaca zaman, membaca teks, membaca konteks sosial masyarakat arab pada waktu itu.

Belajar yang terbaik adalah bagaimana kita dapat mengambil hikmah dalam perjalanan sejarah kenabian, sejarah kenabian adalah sejarah dalam pembacaan terhadap ayat-ayat Tuhan, baik ayat-ayat sifatnya qauliyah atau maupun ayat-ayat yang sifatnya kauniyah atau kontekstual, masa Nabi adalah masa yang paling sempurna sebagai rujukan dalam melakukan suatu bentuk aktifitas membaca sejak dari gua hira sampai dengan masa terakhir kenabian di kota Madinah.

Itulah wirid harian yang perlu kita tanamkan dalam diri kita, membaca kita jadikan suatu keniscayaan dalam kehidupan kita.

(Bumi Pambusuang, 6 Maret 2024)


Opini LAINNYA