Memasifkan Gerakan Moderasi Beragama Oleh : Ilham Sopu

Memasifkan Gerakan Moderasi Beragama Oleh : Ilham Sopu

Gerakan moderasi beragama sangat masif pergerakannya. Pemerintah melalui kementerian agama, secara struktur dan kultur mencoba untuk memasifkan gerakan ini untuk mensosialisasikan kepada masyarakat secara umum. Dalam internal kementerian agama gerakan terhadap pemahaman moderasi beragama sangat terasa. Mulai dari pelatihan dan diklat sangat intens dilakukan sejak dua tahun terakhir dengan materi moderasi beragama.

Gerakan top down yang digagas pemerintah melalui corong kemenag sangat massif pergerakannya. Tidak hanya dalam model pelatihan tetapi juga dengan kegiatan melalui tes atau pemahaman tertulis yang baru saja dilaksanakan oleh kemenag.

Usaha pemerintah dalam mencounter gerakan-gerakan radikal dan ekstrimis yang muncul beberapa tahun terakhir sejak terjadinya peristiwa WTC di tahun 2001 dan berbagai peristiwa bom bunuh diri  yang terjadi di tanah air, itu sangat menggangu kedamaian yang sudah sangat mengakar di bumi Indonesia sejak lama.

Gerakan-gerakan ekstrimis dan radikal bukanlah gerakan yang asli Indonesia,  Dan Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang mengajarkan kedamaian yang di bawa oleh para ulama-ulama tasauf yang sangat identik dengan Islam ramah dan meneduhkan. 

Gerakan-gerakan Islam wasatiyah atau Islam moderat adalah untuk mengembalikan perjuangan para pejuang ulama-ulama terdahulu yang dipelopori ulama-ulama pesantren seperti KH Hasyim Asy'ari dan ulama-ulama lainnya sangat mengedepankan pemahaman keislaman yang moderat. Itulah yang menjadi rujukan dalam mengembalikan pemahaman wasatiyah di era sekarang.

Gerakan-gerakan radikal dan ekstrim adalah gerakan yang mencoba untuk menghilangkan pemahaman keislaman kultural yang digagas oleh para ulama klasik, dicoba untuk dikikis secara bertahap dan digantikan oleh pemahaman hitam putih atau tekstualis dengan mengedepankan pendekatan secara radikal.

Keberadaan NU yang merupakan ormas yang bergerak dibidang sosial keagamaan sebagai filter dalam mempertahankan cara-cara beragama yang telah diwariskan oleh ulama-ulama terdahulu yang punya pemahaman keislaman klasik dan tetap membaca perkembangan zaman. Sangat terkenal dikalangan ulama terdahulu ungkapan "Memelihara nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik". Nilai-nilai lama yang menjadi referensi dalam membaca zaman dan masih sangat relevan dengan kondisi sekarang, berupa peninggalan-peninggalan yang telah diwariskan oleh ulama-ulama dulu, betapa sangat banyak warisan yang berharga berupa pemikiran keagamaan hasil dari ijtihad para ulama klasik. Sejak dari masa thabiin sudah banyak karya-karya pemikiran yang muncul sampai sesudah Al Gazali. Itulah nilai-nilai lama yang dicoba tetap dipertahankan oleh generasi hari ini.

Kekayaan khazanah yang ditinggalkan oleh ulama klasik adalah modal yang sangat besar dalam dunia pemikiran Islam, untuk menjadi referensi dalam menjawab tuntutan zaman. Seperti misalnya karya-karya imam madzhab, Iman Al Ghazali, Ibnu Rusyd, dan karya-karya ulama lainnya. Kekayaan khazanah dari ulama klasik dan pemikiran-pemikiran terbaru dari ulama masa kini itu adalah khazanah intelektual yang akan bisa menjawab tuntutan zaman. Dalam konteks keindonesiaan pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid, KH Abdurrahman Wahid, Prof Syafi'i Ma'arif, Prof Quraish Shihab, dan pemikir-pemikir moderat lainnya, menjadi filter dalam mengantisipasi gerakan-gerakan radikal dan ekstrimis yang menggangu jalannya keberagaman damai di bumi Indonesia.

Mensosialisasikan pemikiran-pemikiran ulama-ulama yang moderat itulah yang menjadi gerakan yang lakukan pemerintah yang gawangi oleh kemenag lewatq berbagai program-program kampanye dalam membumikan kembali beragama secara moderat. Gerakan ini sifatnya top down atau gerakan dari atas ke bawah, gerakan seperti ini sangat perlu atau dibutuhkan keteladanan dari atas, tokoh-tokoh sentral yang mengkampanyekan gerakan moderasi beragama yakni tokoh-tokoh elit bangsa secara umum dan dukung oleh ormas yang moderat khususnya NU dan Muhammadiyah harus mendukung secara serius dan ikut ambil bagian dalam mengkampanyekan gerakan ini.

Gerakan top down yang dilakukan pemerintah dan dukungan berbagai ormas, dan dukungan tokoh-tokoh intelektual atau ulama itu akan mempersempit gerakan radikal atau radikalisme, jadi langkah yang ditempuh oleh pemerintah yang gawangi oleh kemenag perlu direspon secara baik seluruh masyarakat Indonesia, karena secara natural masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat religius dan cinta perdamaian. Dukungan masyarakat terhadap gerakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dukungan yang sifatnya bottom up suatu bentuk dukungan loyalitas terhadap program pemerintah.

Setidaknya gerakan moderasi beragama yang sedang dimasifkan oleh pemerintah, dalam hal ini kementerian agama menyasar empat hal yang sangat urgen dalam rangka mempertahankan kedamaian dalam beragama. Yang pertama adalah gerakan cinta tanah air. Dalam ungkapan keagamaan cinta tanah air adalah bagian dari iman. Indonesia sebagai negara yang berbinneka baik dari segi agama, budaya, suku, adalah suatu keniscayaan. Pluralitas Indonesia harus dijaga karena itu adalah ajaran agama yang harus kita jaga.

Yang kedua punya toleransi yang tinggi, hidup di bumi Indonesia yang pluralis harus mengedepankan toleransi terhadap agama, budaya dan etnis yang lain. Itulah adalah kekayaan yang harus tetap dijaga. Toleransi sangat terkait dengan moderasi dalam beragama. Moderasi beragama tidak akan tercipta tanpa toleransi terhadap paham, suku, agama, budaya yang lain.

Yang ketiga adalah anti kekerasan. Salah satu inti gerakan radikal adalah budaya kekerasan. Ajaran yang menjadi inti dalam moderasi beragama adalah ajaran anti kekerasan. Ajaran yang mengedepankan hikmah kebijaksanaan, nasehat yang baik, berargumen secara baik, dan sangat anti terhadap kekerasan.

Dan yang keempat, adalah akomodatif terhadap budaya lokal, ini adalah gerakan yang khas Indonesia, inilah yang diperjuangkan oleh para pemikir atau ulama-ulama Indonesia. Keislaman di Indonesia adalah keislaman yang didukung oleh budaya lokal.  Kekayaan khazanah keislaman yang menjadi ciri khas keislaman di Indonesia. Islam di Indonesia adalah Islam yang kaya dengan budaya lokal.

Itulah empat hal yang menjadi indikator dalam moderasi beragama yang didorong atau dikampanyekan pemerintah dalam menjaga NKRI dari gerakan-gerakan radikalisme dan ekstrimisme yang sangat bertentangan dengan keislaman yang diperjuangkan oleh para pendiri Bangsa.

(Bumi Pambusuang, 5 Pebruari 2023)

Kontributor : Mahmuddin Hakim


Opini LAINNYA