Nabi pernah bersabda "Sebaik-baik zaman adalah zamanku, kemudian berikutnya, kemudian berikutnya, kemudian berikutnya". Dengan memperhatikan hadis ini, bahwa zaman yang terbaik itu adalah zamannya sahabat Nabi.
Secara pandangan sederhana, bagi para sahabat sezaman dengan nabi adalah hal yang sangat luar biasa. Betapa bahagianya para sahabat Nabi, tiap hari bersama Nabi, selalu mendapatkan suntikan atau nasehat dari Nabi, baik nasehat berupa wahyu yang datang dari Tuhan, maupun nasehat yang datangnya dari pribadi Nabi.
Betapa beruntungnya para sahabat Nabi, hubungan dengan Nabi tidak pernah terputus. Nabi manusia yang sangat mulia, yang selalu memberikan vibrasi atau suntikan keimanan kepada para sahabatnya, sehingga para sahabat dapat beribadah dengan tenang dan khusu'.
Begitupun dalam kegiatan sehari-hari, para sahabat dapat bertanya langsung kepada Nabi dengan berbagai persoalan yang dihadapi yang dihadapinya. Ada beberapa cara Nabi dalam memberikan nasehat atau wawasan keilmuan kepada para sahabat.
Kadang Nabi dalam memberikan pesan kebaikan kepada para sahabat dengan menggunakan kata-kata, maukah aku tunjukkan kepadamu tentang sesuatu hal...?, pemberitahuan yang sifatnya bertanya, tetapi Nabi juga menjawabnya, Kasus seperti ini banyak dilakukan oleh Nabi. Kadang juga Nabi berkata kepada para sahabatnya, Tahukah kamu...?, kemudian Nabi memberikan jawabannya. Terkadang memberikan gambaran secara visualisasi dengan memberikan isyarat-isyarat dengan jari-jarinya.
Terkadang juga para sahabat yang bertanya kepada Nabi tentang sesuatu hal, seperti redaksi, beritahukan kepada kami ya, Rasulullah. Dan banyak lagi cara Nabi, dalam memberikan pengajaran keilmuan kepada para sahabatnya.
Pernah juga Nabi didatangi oleh Jibril dalam bentuk manusia, dan Jibril bertanya kepada Nabi tentang dasar-dasar dalam beragama, Jibril yang berbentuk manusia bertanya kepada Nabi dan Nabi langsung menjawabnya, dan setelah selesai dialog, para sahabatnya bertanya kepada Nabi, tentang yang hadir dihadapan Nabi dan bertanya persoalan agama, Nabi mengatakan bahwa yang datang tadi adalah Jibril, kehadirannya adalah untuk mengajar para sahabat tentang berbagai persoalan keagamaan.
Kehidupan para sahabat bersama dengan Nabi adalah kehidupan yang syarat dengan makna-makna religiusitas dan solusi-solusi dalam menghadapi kehidupan sosial para sahabat. Para sahabat adalah orang-orang yang sangat beruntung karena punya rujukan langsung sebagai referensi dalam menjalankan kehidupan sosial keseharian.
Wahyu turun dari Tuhan melalui Jibril dan disampaikan kepada Nabi, dan para sahabat langsung menerima Wahyu dari Nabi, dan menjelaskannya kepada para sahabat. Nabi memberikan tafsiran dan keteladanan kepada para sahabat. Sahabat hanya menjalankan apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Nabi. Ketaqwaan para sahabat adalah ketaqwaan yang otentik karena langsung diterima dari Nabi.
Mungkin inilah yang dimaksud dengan Nabi bahwa bahwa sebaik-baik zaman adalah zamanku, zaman Nabi dan para sahabat adalah zaman yang sangat istimewa, kadang-kadang saya merenung dan merasa sangat iri dengan para sahabat Nabi, iri dalam kebaikan itu dibolehkan dalam agama, betapa beruntungnya para sahabat, setiap hari berkhidmat kepada Nabi, selalu mendapat vibrasi kebaikan dari Nabi, nasehat-nasehat langsung diterima dari Nabi, suara atau pembicaraan Nabi langsung diterima dari Nabi. Duduk bersama Nabi sehabis melaksanakan shalat berjamaah, dan langsung mendengar petuah-petuah yang menyejukkan dari Nabi, itu adalah hal-hal yang istimewa yang didapatkan oleh para sahabat yang kita tidak dapatkan.
Nabi mewariskan kepada umatnya, sesudah zaman para sahabat yang tidak lagi berjumpa dengan Nabi yaitu Al Qur'an dan Al Sunnah. Inilah adalah warisan abadi yang harus perpegangi. Dalam satu hadis yang amat terkenal "Aku tinggalkan kepadamu dua hal, jika kamu berpegang teguh kepadanya, kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu kitab Allah yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul".
Warisan peninggalan Nabi ini tetap terjaga sampai hari ini, namun demikian kita tetap membutuhkan penterjemah kedua pusaka ini, untuk membimbing kita dalam memahaminya. Keberadaan para ulama sebagai pewaris Nabi adalah suatu keniscayaan bagi kita. Para ulama sebagai penghubung atau sebagai penterjemah dalam memahami kedua sumber tersebut.
Ini sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an, kita disuruh untuk selalu membiasakan bertanya kepada ahli ilmu atau para ulama dalam berbagai persoalan terkait dengan pemahaman terhadap teks Wahyu maupun hadits-hadits Nabi dan persoalan kehidupan lainnya. Kita tidak mungkin lagi bertanya langsung kepada Nabi sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat, ulama sebagai pewaris para Nabi adalah menjadi rujukan kita. Kemajuan media hari ini untuk mendapatkan akses karya-karya para Ulama itu sangat terbuka bagi kita generasi hari ini.
Semangat untuk menggali keilmuan hendaknya menjadi prioritas dalam menambah pundi-pundi keilmuan kita. Generasi hari ini yang bukan lagi generasi para sahabat, mesti lebih giat lagi untuk selalu berada dalam kerja-kerja untuk manambah wawasan keilmuan dan memanfaatkan peninggalan Rasul dan peninggalan karya-karya ulama yang begitu banyak kita dapat mengaksesnya dan mudah kita dapatkan.
Kita mesti banyak belajar baik kepada generasi sahabat maupun generasi sesudahnya terkait dengan semangat mereka dalam mencari atau menambah keilmuan dan karya yang mereka tinggalkan. Mereka adalah generasi-generasi yang sangat langka kita dapatkan hari ini. Ghirah keilmuan generasi hari perlu kita cas, supaya semangat dalam mencari atau menciptakan generasi yang handal dan cinta kepada ilmu kembali terlahir sebagaimana generasi-generasi sebelumnya.
(Bumi Pambusuang, 30 Nopember 2024)