IMAN, AMAN DAN KEDAMAIAN, Oleh : Hamzah

IMAN, AMAN DAN KEDAMAIAN, Oleh : Hamzah

Menebar rasa aman dan kedamaian adalah impian banyak orang. Namun, pada prakteknya terkadang disertai logika yang paradoks yang terkesan seperti menyiram api dengan bensin". Tidak mungkin tercipta kedamaian dengan jalan kekerasan, caci maki atau pemaksaan kehendak bagi orang lain agar mengikuti apa yang kita inginkan. Mungkinkah api konflik bisa dipadamkan dengan menyiram bahan bakar masalah baru yang bisa menambah kobaran api tersebut? Mungkinkah kedamaian akan tercipta di atas kehancuran kemanusiaan?

Di kehidupan sehari-hari sering kita saksikan begitu ramai orang menggaungkan  "perdamaian dan ketentraman", tetapi di saat yang sama kebencian, kekerasan, hinaan dan caci maki masih terpelihara dengan baik. Ramai orang membicarakan dan merindukan akhlak yang baik, tapi di saat yang sama pula mereka lupa atau pura² lupa untuk berperilaku layaknya manusia. Semua niat baik dan hati nurani seolah habis tergadai oleh tipuan kata² manis yang menghiasi bibir.  

Ironisnya lagi, kenyataan di atas bukan hanya dilakukan oleh orang yang tak bermoral, melainkan juga dilakukan oleh oknum yang notabene adalah mengaku beriman kepada Tuhan. Padahal kalau dikaji lebih jauh status kita sebagai orang beriman sejatinya mengandung pesan sebagai pelopor keselamatan, keamanan dan kedamaian. Kita bisa lihat "Secara harfiah, kata "IMAN" seakar dengan kata "AMAN. Maka sudah sepantasnya bagi orang yang mengaku berIMAN menciptakan rasa AMAN bagi diri, orang lain dan lingkungan" tidak justru menjadi masalah baru bagi yang lain.

Dalam mewujudkan nilai keimanan, minimal tiga hal yang proritas diperhatikan yaitu: pertama, harta harus aman dari gangguan orang lain, Kedua, martabat atau kehormatan tidak boleh direndahkan. Dan Ketiga, nyawa harus dijamin aman, tidak boleh dihilangkan tanpa alasan yang dibenarkan oleh hukum. Iman bersumber dari hati yang mampu mewujudkan  kedamaian dan ditenagai oleh akal-piikiran yang sehat. Orang beriman harus selalu berusaha menyelaraskan antara perilaku dan bisikan nuraninya yang suci.  

Cara terbaik membela dan mengamalkan nilai² keimanan adalah dengan berusaha menjaga persatuan, keamanan dan meringankan beban hidup sesama manusia apapun agama dan golongannya. Kita semua memiliki hak yang sama untuk hidup, aman dan damai dalam bingkai kemanusiaan. Kita tak perlu saling bertikai hanya gara-gara sebuah perbedaan yang bisa ditoleransi bersama dengan cara mencari titik temunya. Sebab orang yang biasanya sering merasa terganggu dengan kehadiran orang yang berbeda dengannya adalah bukti bahwa dia memiliki keimanan yang rapuh dan mungkin juga dia sebenarnya tidak yakin dengan keyakinannya sendiri.

Begitu juga dalam hal menyampaikan pesan-pesan kebaikan dan kebenaran. Silakan mengajak manusia ke jalan yang "benar", tapi hindari sikap memaksakan kehendak terhadap orang lain, karena pada dasarnya setiap orang sedang berproses untuk menjadi baik dengan jalan dan cara yang berbeda² sebagai ekspresi pemahaman akan ideologi dan keyakinannya. Kita hanya dituntut untuk saling mengingatkan dan bersabar dalam usaha. Apapun hasilnya serahkan semua pada Tuhan. 

Maka untuk mewujudkan kedamaian dan kemaslahatan bersama, kita perlu mengingat kembali bahwa misi utama para utusan Tuhan adalah menebar Kasih sayang atau Rahmat kepada seluruh alam. Bukan justru saling merusak, membenci atau memperbanyak pengikut. Tugas pokok para utusan Tuhan dan penganjur kebaikan adalah memperbaiki kualitas manusia agar mampu mengenal dan mengabdi pada Tuhan dengan benar serta merawat jagad ini, bukan memperjuangkan kuantitas. Sebab, buat apa jumlah yang banyak kalau yang terjadi hanyalah perselisihan bahkan pertumpahan darah? Haruskah kita memaksakan kepada orang lain untuk mengikuti apa yang kita inginkan agar apa yang kita yakini benar sama persis dengan mereka, meski kehancuran adalah taruhannya? 

Perlu diingat sekali lagi, setiap Nabi diutus sebagai 'Da'i' yaitu 'mengajak' pada jalan kebenaran dan Kasih sayang,  bukan sebagai 'pelaknat' apalagi menebar kebencian atau kerusakan.

Alangkah indahnya dan damai rasanya bila manusia yang mengaku beragama saling bahu-membahu menebarkan keamanan dan rasa nyaman kepada sesama. 

Mari berdamai dengan ego agar selainmu tertarik mengikutimu.

Itulah pesannya...!!!


Opini LAINNYA