Dari Paradaban Madinah Ke Peradaban Nusantara

Oleh : Ilham Sopu

Dari Paradaban Madinah Ke Peradaban Nusantara
Oleh : Ilham Sopu

Nilai-Nilai kesamaan antara piagam Madinah dan Pancasila

Dalam sejarah Islam,ada dua periode perjuangan Nabi dalam memperjuangkan tugas sebagai utusan Tuhan yang dikenal dengan periode Makkah yang berlangsung selama tiga belas tahun. Periode ini adalah periode yang cukup berat dalam memperjuangkan misi kebenaran yang di bawa dari Tuhannya karena Nabi masih sangat minoritas jika dibandingkan dengan masyarakat Quraisy yang menjadi obyek Nabi dalam menyampaikan kebenaran. Setelah Nabi merasa kesulitan dalam menyampaikan kebenaran,Nabi kemudian merubah strategi dengan melakukan hijrah ke Medinah. Madinah dikenal sebagai wilayah yang pluralistik dari segi agama,etnis,suku,budaya. Disini Nabi melihat potensi yang sangat besar untuk dipersatukan. Dan Nabi dengan penduduk Madinah yang plural itu membuat suatu kesepakatan bersama yang di kenal piagam madinah. Inilah salah satu prestasi yang spektakuler Nabi di periode madinah adalah pembuatan piagam madinah yang disepakati oleh berbagai agama dan suku yang ada di madinah. Piagam inilah yang oleh para pakar disebut kalimatun sawa sebagai titik temu antara berbagai komunitas di madinah atau sumber rujukan dalam berbangsa di negara madinah. 

Dalam perspektif keindonesiaan hampir ada persamaan dengan negara madinah yang diciptakan oleh Nabi. Indonesia dikenal sebagai negara yang besar dan beraneka ragam budaya, etnis, agama,ini adalah suatu modal yang besar apabila bisa dikelola dengan baik, tetapi apabila gagal memenejnya akan menjadi bencana yang besar berupa perpecahan seperti yang terjadi di bekas negara uni soviet. Sebelum kemerdekaan telah terjadi pertarungan dari elit para pejuang kemerdekaan, bahwa bangsa Indonesia akan diarahkan kemana setelah merebutkan kemerdekaan dari penjajah. Disinilah tarik menarik antara berbagai tokoh, apakah akan dijadikan suatu negara yang berdasarkan Islam atau berdasarkan ideologi yang lain yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa seperti dari aspek budaya, etnis, agama yang menjadi ciri khas bangsa. Pada awalnya rumusan pancasila pada sila pertama tercantum anak kalimat yang menunjukan kepada satu agama yaitu Islam yaitu dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknya, itu diprotes oleh pemeluk agama lain karena mereka tidak masuk dalam sila itu. 
“Akhirnya dengan kebesaran hati para tokoh muslim yang dimotori oleh Muhammad Hatta mencoba mencari titik temu antara kedua bela pihak. Maka disepakatilah untuk menghilangkan tujuh kata yaitu menjalankan syariat islam bagi pemeluk pemeluknya,  karena anak kalimat ini hanya mengakomodir orang orang islam saja (A.Syafii Maarif.IRCiSoD.2019). Dan digantikan dengan Ketuhanan yang maha esa,  sekalipun keputusan ini sangat singkat tapi punya makna yang sangat dalam. Karena dapat diterima oleh seluruh agama dan tidak bertentangan dengan berbagai budaya yang beragam di Indonesia. Betapa cerdasnya para pemimpin bangsa yang merumuskan pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila merupakan hasil dari galian nilai nilai yang telah diwariskan para pendahulu bangsa.”  

Disinilah letak persamaan antara piagam Madinah yang diperjuangkan oleh Nabi bersama masyarakat Madinah dengan Pancasila yang di perjuangkan oleh para tokoh bangsa yang dalam istilah Al Qur'an sebagai "kalimatun Sawa" atau sebagai titik temu antara berbagai kelompok. Kalau piagam Madinah mempersatukan berbagai agama, suku ,dan etnis yang selama ini bertikai di Medinah maka Pancasila juga mempersatukan berbagai agama utamanya antara mayoritas yang diwakilih umat Islam dan minoritas yang diwakilih umat Kristen, disini Pancasila dapat diterima dari bebagai kalangan, baik dalam konteks agama maupun dari perspektif sosial kemasyarakan. Pancasila ini adalah suatu prestasi kebangsaan yang telah diwariskan oleh para tokoh bangsa. 

Dimensi religius sila-sila dalam Pancasila

Pancasila menjadi pemersatu bangsa karena apa yang terkandung didalamnya tidak satupun bertentangan dengan berbagai agama atau kepercayaan berkembang di Indonesia. Kelima sila yang ada dalam Pancasila adalah satu kesatuan yang tidak akan terpisahkan. Sila pertama yaitu Ketuhanan yang maha esa menjiwai keempat sila lainnya. Artinya bahwa keempat sila lainnya punya nilai-nilai religius karena sangat terkait dengan sila Ketuhanan yang maha esa. Berikut elaborasi dari sila ke sila bahwa sila pertama menjiwai sila-sila berikutnya:

 Sila ketuhanan yang maha esa sebagai pembuka sila dari pancasila merupakan pondasi dalam berbangsa dan bernegara. Artinya bahwa sila pertama ikut mewarnai sila sila yang lain. Ada nilai nilai religius yang di vibrasikan sila pertama kepada sila sila yang lain. Ada persamaan ketika para perumus Pancasila ini merumuskan sila pertama yaitu Ketuhanan yang maha esa yang mengandung nilai-nilai Tauhid. Diawal perjuangan Nabi dalam menyampaikan dakwah yang menjadi orientasi utama Nabi adalah bagaimana menyampaikan nilai-nilai tauhid terhadap masyarakat Makkah. Dan setelah hijrah ke Madinah orientasi perjuangan Nabi lebih berorentasi dalam membentuk masyarakat Madani atau masyarakat yang taat pada aturan-aturan hukum yang telah disepakati bersama.

Dua model peradaban yang dicoba ditawarkan oleh Nabi di awal peradaban Islam yakni peradaban makkah dan peradaban madinah. Peradaban makkah lebih berorientasi monoteisme sedangkan peradaban madinah lebih berorientasi sosial kemasyarakatan. Perbedaan dua model peradaban ini berbeda orientasi karena perbedaan masyarakat yang dihadapi. Masyarakat makkah yang monolistik  karena  kebanyakan berasal dari kaum musyrik Quraish dan termasuk dari keluarga nabi. Nabi kesulitan dalam memberikan pencerahan ketauhidan karena sudah sangat mengakar kemusyrikan yang di idap oleh masyarakat makkah.
Sekalipun Nabi mengalami tekanan yang sangat kuat dari elit elit Quraish Makkah, namun komitmen Nabi untuk memberikan pencerahan tidak pernah surut, berbagai komunikasi yang dilakukan oleh elit elit Quraish untuk mempengaruhi nabi, dengan fasilitas fasilitas duniawi, semuanya ditawarkan kepada nabi, asalkan jangan menyebarkan ajaran yang dibawa oleh nabi. Tapi tak satupun tawaran itu diterima oleh nabi, bahkan nabi mengatakan  seandainya matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku,untuk menghentikan kegiatan dakwah ini, saya tidak akan berhenti. Betapa nabi sangat kuat menjaga komitmen kebenaran yang diembannya. Betapapun kekerasan yang diterima oleh nabi sangat keras dari para elit quraish. Jurus terakhir yang diterapkan oleh kafir quraish dalam menghalau gerak dakwah nabi adalah dengan jalan rencana pembunuhan terhadap nabi. Dan nabi dengan isyarat Gaib yang diterima dari Tuhannya sudah bisa membaca isyarat isyarat dari rencana kafir Quraish tersebut. Di situlah awal dari persiapan hijrah ke yastrib, peristiwa hijrah adalah merupakan campur tangan Tuhan sekaligus strategi dalam melakukan dakwah di jalan Tuhan.

Dalam melakukan dakwah di jalan Tuhan, kita tidak boleh mengandalkan kemampuan pribadi, kemampuan komunikasi, materi dakwah, tanpa melibatkan campur tangan Tuhan, artinya bahwa komunikasi spritual dengan Tuhan, tetap menjadi landasan yang kokoh untuk menjalankan misi dakwah. Kenapa Nabi berhasil kodalam melakukan tugas dakwahnya karena adanya perpaduan antara kemampuan personal nabi dan tidak pernah melupakan campur tangan Tuhan dalam setiap langkahnya. Itulah sebabnya ketika dalam peristiwa hijrah sewaktu berteduh di gua untuk menghindari pengejaran dari kafir quraish, Abu bakar sangat khawatir dan merasa takut, Nabi menenangkan Abu bakar dengan perkataan, jangan khawatir, sesungguhnya Allah bersama kita. Itulah nabi, bagaimana pun kondisinya dalam melakukan aktifitas dakwah, baik dalam keadaan prima maupun dalam keadaan tertekan, dia tidak pernah terputus hubungannya dengan Tuhan. 
Jadi sila pertama dari Pancasila itu ada titik kesamaan dengan peradaban Makkah yang berorientasi nilai-nilai tauhid dan sila-sila berikutnya yang berorientasi sosial kemasyarakatan dan tetap berlandaskan nilai-nilai religius ketauhidan.

Sila kedua kemanusiaan yang adil beradab, tentu saja kemanusiaan yang diinsfirasi oleh nilai nilai ketauhidan, dan tauhid itu perlu dielaborasi dalam bentuk kerja kerja kemanusiaan. Berketuhanan tidaklah hanya berkaitan dengan ketuhanan tetapi harus punya aspek sosial kemasyarakatan dan ada nilai nilai kemanusiaan yang dikandung dalam kebertuhanan. Itulah yang dicoba diterapkan oleh Nabi ketika sampai di madinah. Dan para pendiri bangsa sedikit banyak mengadopsi nilai nilai madinah dalam melahirkan sila kemanusiaan. 

Sila ketiga persatuan Indonesia, bukanlah persatuan yang formal saja yang miskin dari nilai nilai ketuhanan, namun persatuan disini adalah persatuan yang dilandasi nilai nilai primordial dari asal kemanusian yakni bagaimana nilai nilai persatuan itu terkandung nilai eskatologis yang melandasi persatuan tersebut, itulah persatuan yang terkandung dalam pancasila, bukan persatuan simbolis saja tetapi substansi dari persatuan itu adalah ada nilai nilai ketuhanan didalamnya. Secara geografi persatuan indonesia adalah persatuan dari sabang sampai marauke sebagai satu kesatuan yang harus tetap dijaga sebagai amanah dari para pendiri bangsa yang dituangkan dasar negara yakni pancasila dan regulasi yang mendukungnya. Namun demikian perlu tetap memberikan nilai nilai ketuhanan atau semangat ketuhanan dalam mengimplementasikan sila persatuan Indonesia sebagai konsekuensi bahwa sila pertama menjiwai sila sila berikutnya. 

Nabi bisa bertahan selama 13 tahun di mekkah dalam melakukan tugas kerisalahan, suatu tugas yang sangat berat, karena masih sangat minoritas dan yang hadapi adalah para kepala kepala suku yang sudah sangat lama menguasai makkah. Sekalipun dalam jumlah yang sangat minim namun pihak Quraish sangat resah melihat pergerakan pergerakan yang tidak pernah surut. Pihak quraish sudah dapat membaca bahwa Nabi dan para sahabatnya akan menjadi reformer reformer sejati yang akan mewarnai makkah untuk masa mendatang. Untuk mengubah strategi perjuangan Nabi dan para sahabatnya merencanakan untuk hijrah ke Yastrib atau madinah, ini langkah yang sangat strategis karena kondisi makkah dan madinah sangat berbeda, madinah juga dihuni berbagai suku antara yang satu dengan suku yang lain sering terjadi bentrok, kehadiran Nabi di Madinah membawa berkah karena dapat mempersatukan suku suku yang selama ini saling berseteruh, Nabi dapat menjadi perekat antara berbagai suku karena ajaran yang dia bawa sangat humanis dan mementingkan persaudaran antar sesama tanpa memandang, agama, ras, suku, dan budaya. Nabi merangkumnya dalam suatu perjanjian diantara mereka yang terkenal perjanjian madinah atau lebih dikenal dengan piagam madinah. Piagam yang mengakomodir dan menghargai seluruh suku yang ada di madinah.

Nabi setelah hijrah menfokuskan untuk mempersaudarakan antara dua kekuatan besar yaitu Muhajirin dan Ansar yang dikenal dengan proyek muakhkha. Persaudaraan ini sangat penting dalam membangun suatu wilayah atau daerah, supaya tidak timbul riak riang ketidakpuasan terhadap pelayanan suatu masyarakat, proyek persaudaraan ini yang lebih di tonjolkan oleh nabi adalah silaturrahim.

Selanjutnya sila keempat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Inti dari sila ini adalah musyawarah. Ajaran musyawarah adalah ajaran yang sangat prinsip dalam islam, dalam teks teks keagamaan baik dalam Quran maupun hadis banyak membicarakan tentang prinsip-prinsip bermusyawarah, bahkan sepeninggal nabi para sahabat melakukan musyawarah untuk menggantikan nabi sebagai pemimpin. Salah satu yang menjadi prinsip dalam menerapkan ideologi pancasila adalah musyawarah atau dalam bahasa modernnya adalah demokrasi. Kaitannya dengan sila pertama yang menjiwai seluruh sila dalam pancasila, bahwa dalam bermusyawarah kita tetap mengedepankan prinsip-prinsip etika dalam bermusyawarah dan nilai nilai agama dijadikan landasan dalam menghasilkan suatu keputusan dalam bermusyawarah. 
Nabi memprioritaskan masyarakat madinah dengan membangun higth politik yakni membuat kesepakatan kesepakatan politik lewat piagam madinah yang memuat 47 pasal.

Dan yang terakhir dari sila pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam perspektif keagamaan bahwa adil itu lebih dekat kepada ketaqwaan. Bahwa berketuhanan itu akan menghasilkan keadilan. Dalam konteks berpancasila  bahwa keadilan tidak bisa dipisahkan dengan keempat sila sebelumnya. Selama ini penerapan sila ini mengalami kemandulan, penerapannya kurang menyeluruh, sehingga banyak timbul kekacauan kekacauan sosial disebabkan oleh ketidakadilan yang dijalankan oleh rezim rezim yang lalu. Atau dalam bahasa Buya Syafii Maarif bahwa sila ke lima ini selama ini mengalami keyatiman. Dalam penerapan sila keadilan ini tetap harus disinari nilai nilai ketuhanan yang menjadi dasar dalam penerapan nilai nilai keadilan. Bahwa berpancasila bukanlah sekedar legal formal seperti yang terjadi pada waktu rezim orde orde yang lalu, tetapi terjemahan dalam realitas kebangsaan itu lebih penting. Seperti yang pernah disampaikan Bung Hatta bahwa kita janganlah berpolitik gincu tampak tapi tidak terasa, tetapi kita harus memakai politik garam, tidak tampak tapi terasa(A.Syafii Maarif.mizan.108). Berpancasila haruslah didasari dengan nilai-nilai ketuhanan dan buahnya adalah menerjemahkan nilai-nilai keadilan dalam konteks sosial kemasyarakatan. 

 

(Bumi Pambusuang, Oktober 2023)


Daftar Pustaka
1.Maarif, Ahmad Syafii. 1993.Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia.Bandung: Mizan.
2.Maarif, Ahmad Syafii. 2019. Mencari Autentisitas dalam Dinamika Zaman. Yogyakarta : IRCiSoD.
3.Hidayat,Komaruddin.2002.Tuhan Begitu Dekat. Jakarta: Paramadina.


Opini LAINNYA