Salah satu ayat yang menjadi acuan para mubaligh atau da'i dalam mengangkat suatu perubahan adalah ayat yang terdapat dalam surah Al ra'd ayat 11 yang bunyinya, "sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka". Kalau dilihat dari teks ayat ini, bahwa perubahan itu berawal dari perubahan diri sendiri, untuk menciptakan suatu perubahan yang besar, mesti dimulai dari perubahan yang kecil atau perubahan per individu dalam suatu masyarakat.
Dengan kata lain mustahil merubah suatu masyarakat bilamana individu-individu dalam suatu masyarakat tidak merubah dirinya sendiri. Dalam teologi keagamaan sebagaimana bunyi ayat diatas bahwa Tuhan tidak akan langsung turun tangan untuk merubah suatu masyarakat, sebelum masyarakat itu merubah diri mereka sendiri.
Dengan mengacu pada ayat diatas, para ulama atau cendekiawan mencoba memberikan interpretasi dalam memaknai proses menuju perubahan. Mereka memberikan jalan atau solusi dalam memaknai suatu perubahan, dalam dunia dakwah berbagai metode telah dijalankan oleh tokoh-tokoh dakwah atau ulama, menciptakan suatu cara dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang mudah diterima oleh masyarakat.
Di Indonesia dalam sejarah perkembangan dunia dakwah sudah banyak tokoh-tokoh agama atau ulama yang memaknai pesan-pesan keagamaan dalam makna yang bermacam-macam, masing-masing tokoh agama punya ciri khas tersendiri atau gaya penyampaian keagamaan. Banyak tokoh-tokoh dakwah yang telah memberikan kontribusi yang besar terhadap umat, dalam hal penyampaian pesan-pesan keagamaan kepada umat. Katakanlah misalnya KH Zainuddin MZ yang dikenal da'i sejuta umat, ada ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh Kyai Zainuddin dalam memberikan pencerahan kepada umat. Begitupun dengan da'i-da'i yang lain, masing-masing punya ciri khas tersendiri dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada umat.
Para da'i-da'i atau tokoh-tokoh keagamaan punya kontribusi yang besar dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pesan-pesan keagamaan yang mendamaikan umat, terutama da'i-da'i atau tokoh-tokoh agama, cendekiawan yang mendakwahkan pesan-pesan keislaman yang mencerahkan atau mendamaikan umat, mereka mengkampanyekan pesan-pesan agama sesuai dengan kontek bahwa Islam itu sebagai agama rahmatan Lil Al-Amin, atau dalam konteks keindonesiaan bahwa ajaran Islam itu universal dan mengakomodir budaya-budaya lokal yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar keislaman.
Pesan-pesan inilah yang dicoba disosialisasikan oleh pemerintah khususnya kementerian agama yang membawahi pembangunan dibidang keagamaan untuk memasifkan kampanye moderasi beragama. Dan program moderasi beragama ini, sudah lama dikampanyekan oleh oleh para ulama, cendekiawan, da'i atau mubaligh yang moderat. Diantara mubaligh atau tokoh agama sangat intens mendakwahkan Islam yang moderat atau Islam yang mencerahkan dan mendamaikan adalah AA Gym panggilan akrab KH Abdullah Gymnastiar.
AA Gym mulai viral di pentas di dunia dakwah di tahun 90 an atau menjelang tahun 2000 an, AA Gym tampil dengan performa yang berbeda dengan mubaligh-muballigh sebelumnya, dengan ciri khas tersendiri. Dakwah-dakwah AA Gym adalah dakwah yang mudah untuk dicerna, dengan memakai bahasa yang akrab di masyarakat.
Tema-tema yang diangkat tema-tema pokok yang ada dalam Alquran dan hadis namun dikemas dalam bahasan keseharian atau yang sedang viral di masyarakat. Sangat dirasakan betapa lihainya AA Gym dalam merubah bahasa-bahasa yang sulit menjadi bahasa yang renyah dan jamaah yang mengikuti pengajiannya sangat akrab dan faham apa yang disampaikan oleh AA Gym.
Disinilah yang menjadi kehebatan seorang AA Gym, karena dia dapat menyederhanakan materi-materi dakwah yang berat, misalnya ketika membahas yang cukup berat dalam materi keagamaan dalam ranah teologi yang merupakan materi berat dalam dunia dakwah, dia meramu materi tersebut dan mengurai dan lebih mudah ditangkap jamaah atau masyarakat dakwah. Begitupun materi tentang tasawuf yang begitu sensitif dalam dunia dakwah, AA Gym dapat meramu dalam bahasa yang lebih mudah. Penyampaian-penyampaian dakwah ala AA Gym adalah penyampaian dakwah santai tapi dibalik itu ada keseriusan dakwah atau pesan yang dia sampaikan.
Diawal kemunculannya dan yang membuat AA Gym langsung viral dalam dunia dakwah adalah konsep tentang perubahan, AA Gym sangat pintar dalam membuat simbol-simbol atau istilah, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat apa dia sampaikan, dan sangat berpengaruh karena simbol yang dia pakai adalah simbol-simbol yang sudah familier di masyarakat. Misalnya dalam memberikan suatu interpretasi terhadap suatu maksud teks teks keagamaan tentang perubahan, AA Gym membuat simbol tentang 3M dalam memaknai perubahan.
Pertama, atau M pertama adalah dimulai dari sendiri, ini sangat penting dalam melakukan suatu perubahan di masyarakat, perubahan suatu komunitas kearah yang lebih baik musti dimulai dari perubahan dari diri sendiri atau perubahan individu-individu dalam komunitas tersebut.
Yang Kedua, atau M yang kedua adalah dimulai dari hal yang kecil. Ini adalah suatu metode dalam mempermudah suatu perubahan. Ini tahapan-tahapan suatu perubahan, atau tangga-tangga dalam menyukseskan suatu perubahan. Itulah yang di praktekkan AA Gym dalam penyampaian suatu pesan keagamaan, AA Gym konsisten dalam hal-hal yang kecil dalam dunia dakwah, dia sangat menghargai suatu proses untuk mencapai suatu keberhasilan.
Dan yang ketiga dari konsep AA Gym atau M yang ketiga adalah dimulai dari sekarang, ini sangat berkesesuaian dengan pernyataan, jangan menunda pekerjaan, apa yang bisa dikerjakan ini hari, jangan ditunda untuk hari esok, prinsip inilah yang sering dikutip oleh AA Gym, kerjakan atau berbuat baiklah mulai dari sekarang, apa yang dapat dikerjakan atau disampaikan ini hari, jangan disampaikan di waktu-waktu mendatang, ini kelihatannya remeh, tapi sangat punya makna dan pengaruh yang dalam untuk menciptakan suatu perubahan kearah yang lebih baik.
Itulah prinsip-prinsip dakwah yang dicoba jalankan oleh AA Gym, suatu metode dalam berdakwah kelihatannya sederhana, ringan, mudah, namun punya makna yang dalam dibalik penyampaian-penyampaian yang sederhana, dan memudahkan dalam menterjemahkan bahasa-bahasa yang sulit.
(Bumi Pambusuang, 21 Januari 2024)