Berbagai Kiat Mengejar Prestasi Yang Masih Tertinggal

H. M. Sukri Mondang (Sekretaris LPTQ Sulbar)

Menyelami prestasi MTQ-STQH Kafilah Sulawesi Barat dari tahun ke tahun saat mengikuti ajang event di tingkat Nasional, merasa bersyukur karena tahun ini sudah terasa dan terbukti prestasi sudah bisa diraih, walaupun diakui belum terlalu puas dengan capaian prestasi tersebut. Sebenarnya menurut beberapa pihak yang telah pernah ikut terlibat dalam membedah para Kafilah saat persiapan untuk mengikuti event MTQ-STQH di tingkat Nasional menyampaikan harapan dan optimisme yang sangat tinggi, apalagi memang sudah banyak pendahulu para qari/qariah Sulbar yang telah meraih prestasi bukan saja di event tingkat Nasional tetapi bahkan tingkat Internasional. 

Saatnya sekarang bakat dan prestasi bagi generasi MTQ-STQH Sulbar perlu diasah kembali, guna meraih cita-cita seperti apa yang telah diraih oleh para pendahulu generasi para juara MTQ-STQH yang lalu. 

Bak kata pepatah bahwa meraih itu mudah, tetapi mempertahankan prestasi itu yang terasa agak susah. Jujur di benak saya mengatakan sesungguhnya bagi anak-anak generasi Z yg ada di Sulbar, mereka memiliki talenta yang cukup dalam upaya meraih apa yang dicita-citakan secara bersama-sama, karena menurut beberapa sumber yang patut dipercaya bahwa orang Sulbar rata-rata memiliki kemampuan dalam mengolah dan mentransfer ilmu yang berkaitan dengan kemampuan membaca ayat-ayat suci Alquran. Diakui atau tidak bahwa banyak generasi terdahulu yang telah mencatat prestasi yang gemilang yang telah membawa nama harum Sulbar. 

Saatnya kita harus bersama-sama mengerjakan yang masih tertinggal, kita tidak bisa berpuas diri dengan prestasi yang baru dicapai di ajang event STQH tingkat Nasional ke XXVII di Jambi oleh nanda Hasnawiyah cabang hifdzil quran gol. 10 juz (hafidzah) meraih peringkat juara Harapan l. Semoga apa yang dicapai tersebut menjadi motivasi untuk kita bisa berbuat dan menghasilkan para juara MTQ-STQH yang jauh lebih baik dan lebih banyak lagi. Terus terang bisa saya katakan, saya sangat menaruh jiwa optimisme yang sangat tinggi bahwa anak-anak kita bisa dan mereka punya keinginan seperti itu, bisa menjadi sang juara dan berbangga membawa nama harum Sulbar di event ajang MTQ-STQH tingkat Nasional. Apalagi menurut Pak Menpan RB saat ikut dalam acara penutupan STQH ke XXVII tingkat Nasional di jambi bahwa ada wacana para juara MTQ-STQH akan mendapatkan angin segar prioritas menjadi seorang ASN. 

Bersamaan kehadiran kami sebagi perwakilan dewan hakim di STQH tingkat Nasional dan berdasarkan bincang kami dengan beberapa pengurus LPTQ dari berbagai daerah di Indonesia, kami mencoba mengorek informasi dan pengalaman mereka dalam membina para qari/qariah, hafidz/hafidzah, mufassir/mufassirah, dll sehingga mereka bisa meraih juara, kuncinya tidak lain adalah adanya kolaborasi dari semua elemen yang terkait mulai dari tingkat bawah hingga ke tingkat yang paling atas (maksudnya Desa/Kel hingga Provinsi) untuk pengembangan guna pemusatan untuk meraih prestasi yang dimaksud. 

Saatnya kita di Sulbar sudah harus diadakan pemetaan, jangan hanya berupa konsep tapi sudah perlu harus action (Do more and Little say). Sesungguhnya faktor anggaran/budget adalah sesuatu yang sangat menentukan, kalau memang kita inginkan prestasi. 

Mengadopsi apa yang telah dilakukan oleh daerah-daerah lain yang telah aral melintang dalam meraih prestasi di ajang event MTQ-STQH tingkat Nasional, program pembinaan perlu lebih diintensifkan (membagi serta memilah cabang-cabanh musabaqah yang menjadi primadona/andalan) yang harus dipersiapkan sedini mungkin, pasca kegiatan MTQ -STQH tingkat Nasional, tentunya sesuai potensi dan talenta dari anak-anak kita.  Cabang-cabang itu seperti Tilawah, Hifdzil quran, Kaligrafi alquran (cabang yang harus menjadi prioritas utama) khusus untuk cabang lain nanti dikondisikan dalam artian belum terlalu diperhitungkan dan dikonsentrasikan. 

Hal lain yang perlu diprioritaskan adalah pembinaan yang berbasis Lembaga pendidikan/pesantren, kalau boleh diberikan tanggung jawab kepada masing-masing mereka dan menitipkan kepada lembaga tersebut untuk langkah pembinaan yang intens dan harus selalu dievaluasi tetapi perlu disiapkan anggaran pembinaannya. Hal lain juga sudah saatnya kita melibatkan pula beberapa dewan hakim yang memiliki kompetensi yang cukup/mumpuni sesuai cabang yang akan dibina, dewan-dewan hakim di tingkat lokal maupun di tingkat Nasional. Dan jangan juga sampai terlupakan untuk memberikan nilai insentif dan reward bagi para pemerhati, para pembina/dewan hakim yang turut andil dalam upaya peningkatan prestasi tersebut termasuk bagi para kafilah, bagi para juara dengan nilai penghargaan yang bisa memberi kesejahteraan kepada mereka.

Saya juga banyak berbincang dengan salah seorang pembina alquran di tingkat nasional Bapak Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, beliau menyampaikan bahwa meraih prestasi dalam bidang tilawah alquran bukan dengan proses sekali jadi alias instan tapi perlu pembinaan yang berkesinambungan, minimal kita akan diberikan berkah dan rahmat Allah dan orang-orang yang memperhatikan kemaslahatan alquran, maka alquran akan menjadi syafaat untuk nya di kemudian hari. Semoga Kafilah MTQ-STQH Sulbar bisa berjaya, meraih predikat juara yang lebih banyak dan lebih baik di masa yang akan datang. Tidak ada istilah terlambat, mulai sekarang kita berbuat dan berkarya. Kata Bapak Pj Gubernur saat saya ber-WA bersama beliau, "Mari Kita Bersama-Sama Majukan Sulbar, khusus nya dalam hal meraih prestasi di ajang MTQ-STQH". Terima kasih Pak Pj Gubernur, Pak Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, sudah memberikan tambahan imun untuk kami, mengejar ketertinggalan prestasi bagi Kafilah Sulbar. 

 


(H. M. Sukri Mondang - Sekretaris LPTQ Sulbar)


Opini LAINNYA