Bagi alumni IAIN tahun 70 sampai 90 an, nama Prof Harun Nasution bukanlah nama yang asing. Nama ini sangat familier di lingkungan IAIN. Dia kenal sebagai tokoh pembaharuan Islam di Indonesia, lebih ekstrimnya disimbolkan sebagai tokoh muktazilahnya Indonesia. Prof Harun dikenal sebagai pemikir yang kontroversial, karena banyak pemikirannya yang membongkar pemikiran-pemikiran yang sudah matang dan sudah berkembang di Indonesia. Dalam pandangan segelintir ulama-ulama atau cendekiawan, Prof Harun di cap sebagai pemikir yang sangat liberal, dan menyalahi banyak pemikiran ulama-ulama terdahulu yang sudah sangat mengakar di masyarakat pemikirannya.
Banyak cendekiawan yang mengkritisi pemikiran Prof Harun, tapi tidak sedikit juga yang membela Prof Harun, diantara pemikir-pemikir yang beraliran moderat atau wasatiyah, diantaranya yang membela pemikiran Prof Harun adalah Cak Nur, Komaruddin Hidayat, dan sederet pemikir Islam lainnya, yang paling keras mengkritisi pemikiran Prof Harun adalah Prof Rasyidi menteri agama pertama, bahkan salah satu buku master piece dari Prof Harun adalah Islam ditinjau dari berbagai aspeknya dua jilid, dikritik dengan keras oleh Prof Rasyidi, dan Prof Rasyidi ini juga yang mengkritik pemikiran Prof Nurcholish Madjid, menganggap Cak Nur sebagai agen barat dan pemikir sekuler.
Hampir sama antara Prof Harun dan Prof Nurcholish, keduanya pemikir pembaharuan Islam di Indonesia namun banyak yang menghujat dengan pemikiran keduanya, nanti dibelakang hari setelah keduanya wafat, baru banyak yang memberikan apresiasi terhadap pemikiran keagamaannya. Mungkin terlalu maju pemikirannya pada zamannya sehingga banyak yang tidak bisa menangkap substansi pemikiran mereka berdua. Khusus untuk Prof Harun lebih dikenal sebagai ahli teologi Islam dan pembaharuan Islam yang pertama dimiliki IAIN. Pada zamannya, IAIN sangat banyak melahirkan ahli-ahli filsafat dan teologi, mereka adalah murid-murid teologis dari Prof Harun.
Prof Harun sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran Islam di IAIN, pada zamannya mulai di kirim dosen-dosen IAIN ke barat khususnya ke Amerika untuk belajar metodologi dan studi keislaman di barat. Sehingga tidak terlalu lama IAIN kebanjiran dosen-dosen yang berpendidikan barat berkat jasa dari Prof Harun. Latar belakang pendidikannya sebelum ke Canada tempatnya universitas Montreal, Prof Harun menempuh pendidikan di Mesir yakni Al Azhar, Prof Harun sudah matang ilmu agamanya sebelum ke barat belajar filsafat dan metodologi, sehingga sangat matang dalam keilmuan khususnya metodologi keilmuan Islam seperti filsafat dan teologi Islam.
Kalau kita membaca karya-karya Prof Harun, lebih banyak didominasi filsafat, sejarah pembaharuan islam dan teologi Islam. Di tahun 70 an sampai 90 an karya-karya Prof Harun menjadi rujukan utama di seluruh IAIN di Indonesia. Tidak sempurna kesarjanaan mahasiswa IAIN sebelum mengkaji atau membaca karya Prof Harun, khususnya karya teologi Islam dan Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Dua karya Prof Harun ini sangat memudahkan para mahasiswa IAIN untuk mendalami ilmu dasar keislaman khususnya teologi dan metodologi belajar Islam.
Menurut Mukti Ali, mantan menteri agama, yang seorang cendekiawan muslim sezaman dengan Prof Harun, sangat menganjurkan untuk membaca buku Islam ditinjau dari berbagai aspeknya karya Prof Harun, disamping menganjurkan membaca buku Prof Hamka yaitu pelajaran agama Islam dan karya Prof Fazlurrahman yang berjudul Islam. Dalam pandangan Prof Mukti Ali buku karya Prof Harun yakni Islam ditinjau dari berbagai aspeknya pendekatannya sangat komprehensif.
Membaca buku karya Prof Harun yang satu ini agak ringan dibanding dengan teologi Islam dan sejarah pembaharuan Islam yang agak rumit. Bagi kalangan yang baru mengkaji ilmu-ilmu keislaman buku Prof Harun ini sangat tepat untuk dibaca dan dikaji. Buku ini terdiri dari dua jilid dan agak tipis, namun pembahasannya sangat runtut dan metodologis dalam pengkajian tentang ilmu-ilmu keislaman.
Prof Harun memulai pembahasan buku dengan mengkaji tentang tentang agama dan pengertian agama dalam berbagai bentuknya, kemudian mengupas tentang Islam dalam pengertian yang sebenarnya. Sebagai sarjana yang menguasai teologi Islam, Prof Harun memberikan pengantar masuk dalam pembahasan aspek-aspek yang tercakup dalam ilmu keislaman. Prof Harun betul-betul mengupas metodologi dalam belajar keislaman dengan tinjauan dari berbagai aspeknya.
Aspek-aspek keislaman yang menjadi kajian dalam buku karya Prof Harun ini adalah aspek politik, hukum, teologi, filsafat, mistisisme dan aspek pembaharuan dalam Islam. Dalam setiap aspek di urai secara mendalam dan mudah dipahami. Secara metodologis dalam belajar ilmu-ilmu keislaman buku ini sangat layak dibaca sebelum mengkaji ilmu-ilmu keislaman tingkat tinggi, karena sangat metodologis dalam pembahasannya. Kita akan terbantu dalam mengkaji keislaman tingkat lanjut, kalau sudah mengkaji buku karya Prof Harun ini.
Walaupun buku ini sudah menjadi klasik, karena cetakan pertama buku ini di tahun 1974, namun isinya masih sangat layak dibaca generasi hari ini, walaupun hari ini banyak muncul buku-buku yang bagus, yang dikarang oleh ulama-ulama kontemporer hari ini, tetap sangat dianjurkan untuk membaca buku karya dari Prof Harun Nasution, Alfatihah untuk Prof.
(Bumi Pambusuang, 16 April 2024)