Ujian dalam kehidupan tidak akan pernah berhenti hingga ruh terpisah dari jasad. Tidak ada seorang pun yang tinggal di kolom langit ini tanpa diberikan ujian oleh Tuhan. Kalau Dia tidak sedang menguji kita dalam bentuk musibah, Dia akan menguji kita dalam bentuk kenikmatan. Siapa yang lulus ujian berhak memperoleh tiket masuk surga dengan kehendak-Nya.
Jalanan ke surga tidak seindah yang kita bayangkan, jalanannya tidaklah penuh dengan bunga mawar yang indah nan wangi, melainkan penuh dengan duri dan tantangan. Surga bukanlah tempat murahan yang gampang dibeli, dibooking seperti hotel berbintang lima. Surga itu mahal, ia harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh bahkan berdarah-darah sekalipun.
Cobaan berupa musibah, bencana, dan kesusahan hidup sesungguhnya adalah cara Tuhan menyayangi hamba-Nya. Untuk mendapatkan kasih sayang-Nya, kita harus menghadapi dan mampu melewati semua rintangan dan tantangan yang diujiankan kepada kita.
Para syuhada rela mengalirkan darah dan mengorbankan nyawa demi menegakkan agama Tuhan di bumi, 'alim ulama meninggalkan segala kesenangan duniawi, menghabiskan waktu dalam hidupnya untuk mengajarkan ilmu, dan mengajak manusia ke jalan-Nya, dan kaum dermawan meginfakkan sebagian besar hartanya demi kepentingan agama.
Darah, syahwat, dan harta adalah ujian yang sangat berat mampu ditaklukkan sehingga pantaslah mereka mendapatkan kemuliaan di sisi-Nya. Bagaimana dengan kita, ujian berat apa yang telah kita hadapi?
Pendosa sekalipun yang mendapatkan hukuman berupa kesusahan hidup sesungguhnya Tuhan sedang mengujinya. Dia bermaksud memberi pengajaran kepadanya, membuatnya menderita agar ia tahu hanya kepada Tuhan Yang Maha Kasihlah ia meminta pertolongan. Boleh jadi hukuman yang didapatkannya merupakan hikmah baginya yang membuatnya berhenti melakukan perbuatan dosa dan menjadikannya sebagai kekasih-Nya.
Hukuman tidaklah menutup pintu kasih-Nya. Bahkan hukuman di neraka menurut Haidar Bagir (Manifesto Cinta, halaman 63-64) adalah manifestasi dari sifat kasih-Nya. Dia menilai, hukuman itu sebagai tindakan "pendidikan" yang bertujuan menyucikan penghuninya dari kotoran yang ada di dalam jiwa mereka. Diperjelasnya bahwa, kata nar (نار)- yang berarti api neraka memiliki akar kata yang sama dengan kata nur (نور) yang berarti cahaya (bimbingan).
Dikisahkan dalam kitab Mukasyafatul Qulub (halaman 11-12), terdapat seorang pemuda di kalangan bani Israil yang terkenal dengan kefasikannya. Tidak ada yang bisa menghentikannya, lalu orang-orang berdoa kepada Allah. Turunlah wahyu kepada Nabi Musa untuk mengeluarkan pemuda itu agar mereka tidak tertimpa musibah disebabkan kefasikan satu orang itu.
Nabi Musa mengeluarkan pemuda itu dari negeri itu menuju ke desa. Kemudian diasingkan lagi ke padang sahara yang tak seorang pun tinggal di sana, tak ada tumbuhan, tak ada burung sekalipun. Akhirnya pemuda itu sakit dan jatuh ke tanah, ia berkata, "Seandainya ibuku berada di samping kepalaku, sungguh dia akan mengasihiku dan menangisi kehinaanku. Seandainya ayahku berada di sisiku, sungguh dia akan menolongku dan mengurus keperluanku. Seandainya istriku berada di sampingku, sungguh dia akan menangisi kepergianku. Seandainya anak-anakku ada di sisiku, sungguh mereka akan menangis di belakang jenazahku. Sungguh mereka berkata, ya Allah, ampunilah ayah kami terasing, tak berdaya, durhaka, fasik, terusir dari sebuah negeri ke sebuah desa, dan dari desa ke padang sahara."
Pemuda itu merintih, "Ya Allah, Engkau telah pisahkan aku dari kedua orang tuaku, istri dan anak-anakku. Maka, janganlah Engkau pisahkan aku dari kasih sayang-Mu. Sesungguhnya Engkau telah membakar hatiku melalui perpisahan dengan mereka. Maka, jangan Engkau bakar aku dengan api neraka-Mu dengan sebab kedurhakaanku."
Kemudian Allah mengutus satu bidadari yang menyerupai ibunya, satu bidadari menyerupai istrinya, beberapa pelayan surga menyerupai anak-anaknya, dan satu malaikat yang menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk di sampingnya dan menangisinya. Hati pemuda itu pun senang dan meninggal dunia dalam kondisi bersih dan diampuni.
Allah mewahyukan kembali kepada Nabi Musa, "Pergilah ke padang sahara ini di wilayah itu. Karena sesungguhnya salah satu wali (kekasih Allah) telah meninggal dunia di sana. Kuburkanlah ia." Setelah Nabi Musa sampai ke tempat yang Allah perintahkan, Nabi Musa terkejut melihat pemuda itu sehingga Nabi Musa bertanya, bukankah ini pemuda yang pernah aku keluarkan dari negeri dan desa itu atas dasar perintah-Mu?
Allah menjawab, "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah merahmatinya dan mengampuni dosa-dosanya, dengan sebab rintihannya di tempat itu." Jika seorang asing meninggal dunia, penduduk langit dan bumi menangis karena kasihan kepadanya. Lalu, bagaimana mungkin Aku tidak mengasihinya, padahal Aku adalah Tuhan yang Maha Pengasih?
Dari kisah di atas, dapatlah kita memetik pelajaran bahwa hukuman yang kita dapatkan di dunia merupakan bentuk kasih sayang Tuhan. Hukuman itu bisa menjadi hikmah, mendidik kita menjadi orang yang lebih baik, membersihkan diri dari perbuatan dosa hingga mengangkat derajat di sisi-Nya. Bukankah hukuman itu seakar kata dengan hikmah?
Kita harus selalu memeriksa diri. Jika kita tidak pernah mendapatkan rintangan sedikit pun dalam kehidupan ini, itu tandanya keburukan sedang menimpa diri. Atau kita sedang diuji Tuhan lewat kenikmatan yang diberikan kepada kita, tapi kita tidak pernah menyadarinya, kita merasa hidup kita baik-baik saja.
Bukankah nikmat yang diberikan-Nya itu untuk menambah kesyukuran kita kepada-Nya? kita manfaatkan nikmat itu sebaik-baiknya untuk membantu bagi mereka yang membutuhkan dan dengan nikmat itu kita semakin dekat kepadaNya. Musibah terbesarlah yang kita hadapi jika kita terlena dan terpikat dalam zona nyaman atas kenikmatan yang diberikan Tuhan kepada kita.
Orang yang sering mendapatkan ujian akan membentuk pribadi yang tangguh. Terpaan ujian yang dihadapi dapat melatih diri menjadi lebih baik, sehingga cobaan berat yang kelak dihadapi tak mudah goyahkan pendirian karena sudah terbiasa dengan cobaan-cobaan sebelumnya. Berbeda dengan orang yang tidak pernah atau jarang menghadapi cobaan hidup, ketika diberi cobaan, ia akan merasa sangat berat dengan cobaan itu.
Wallahu 'alam bishshawab