Profil Syafri, Peserta seleksi Penyuluh Agama Islam Award Nasional 2025

Syafri, Peserta seleksi Penyuluh Agama Islam Award Nasional 2025

Syafri : Menyemai Dakwah dari Ujung Kepulauan

Dibalik debur ombak dan terpaan angin laut kepulauan Bala-balakang, hadir seorang penyuluh yang menapaki dakwah dengan penuh cinta dan kesungguhan. Dialah Syafri, Penyuluh Agama Islam yang mengabdi di Kecamatan Kepulauan Bala-balakang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Syafri, penyuluh agama kelahiran Balabonda (sekarang Sarjo), salah satu desa di ujung utara Provinsi Sulawesi Barat, tepatnya di Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Kabupaten Pasangkayu pada tanggal 27 September 1997.

Bertugas di wilayah kepulauan yang terpencil dan penuh tantangan, tak membuat semangatnya surut. Justru dari tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota itulah, ia menjadikan dakwah sebagai jalan pengabdian dan pemberdayaan. Dengan mengusung visi: “Menjadi Penyuluh Agama Islam yang Inovatif, Inspiratif, dan dekat dengan umat”. Dengan motto “Dakwah adalah seni menyentuh hati, bukan sekadar menyampaikan isi”, Syafri merancang pendekatan dakwah yang adaptif, menggabungkan metode klasik dan digital, tradisi lokal dan nilai-nilai universal Islam.

Penyuluhan Berbasis Digital

Menyadari keterbatasan akses fisik di Kepulauan, Syafri tak tinggal diam. Ia menghadirkan dakwah melalui platform digital : Google Sites, Media Sosial, hingga video pendek edukatif. Melalui kanal “KEDAI Penyuluh”, ia menyampaikan pesan-pesan Islam yang sejuk, toleran, dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Ia membagikan konten dakwah, edukasi keluarga, bimbingan ibadah, dan kearifan lokal kepada masyarakat luas.

“Teknologi adalah alat, bukan tujuan. Tapi jika dimanfaatkan dengan baik, ia menjadi jembatan dakwah yang luar biasa” ungkapnya.

Merawat Nilai, Membangun Umat

Tidak hanya fokus pada ceramah, Syafri juga aktif mendampingi masyarakat pesisir dalam berbagai aspek: membina keluarga, pelayanan bimbingan dan penyuluhan, menyuluh tentang penguatan iman dan taqwa, dan juga isu-isu sosial keagamaan dan juga isu prioritas nasional seperti moderasi beragama, stunting, dan lain-lain. Selain itu, ia juga mengedukasi remaja tentang bahaya pernikahan usia dini dan pentingnya literasi digital.

Dalam setiap penyuluhan, ia selalu mengedepankan pendekatan yang humanis dan kontekstual. Baginya, dakwah bukan sekadar menyampaikan, tapi mendengarkan, merangkul, dan menguatkan.

“Tugas kita bukan menghakimi, tapi menjadi cahaya yang menuntun umat” pungkasnya.

Kolaborasi dan Pemberdayaan

Syafri juga aktif membangun kolaborasi dengan lintas sektor : KUA, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah setempat, dan lain sebagainya. Ia ikut menggerakkan semangat gotong royong, memfasilitasi kegiatan keagamaan. Sebagai penyuluh yang berpegang pada prinsip “dakwah solutif”, Syafri percaya bahwa agama harus hadir bukan hanya di mimbar, tetapi juga dalam solusi nyata kehidupan sehari-hari.

Menginspirasi dari Pinggiran

Meski bertugas di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), Syafri tetap produktif dan Inovatif. Ia percaya, dari tempat sunyi sekalipun, cahaya dakwah bisa bersinar dan memberi arti.

Kini, namanya ikut diperhitungkan sebagai salah satu peserta dalam ajang Penyuluh Agama Islam Award tahun 2025, membawa misi dari Bala-balakang bahwa Islam adalah rahmat untuk semua, bahkan dari pulau-pulau yang sulit diakses orang.

“Semoga ini bukan sekadar lomba, tapi salah satu gerakan penyuluhan yang mengisnpirasi”, tutupnya. 


Wilayah LAINNYA