Mamuju, (13/10/2024) adalah puncak Perayaan Pesta Pelindung Paroki St. Maria Mamuju yang sebenarnya jatuh pada tanggal 7 Oktober sebagai Perayaan Wajib Santa Perawan Maria Ratu Rosari. Namun, perayaan syukur ini baru dirayakan bertepatan dengan Perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) karena berbagai pertimbangan. Perayaan ini dibuka oleh Vikep Sulawesi Barat, P. Oc. Samson Bureny, Pr yang dimulai dengan jalan santai dan dilanjutkan dengan beberapa pertandingan olahraga serta seni bahkan lomba masak bagi Kaum Bapak Katolik (KBK).
Tiga puluh empat tahun sudah Paroki St. Maria Mamuju hadir di tanah Manakarra, kabupaten Mamuju. Gereja mini yang diawali dengan doa dari rumah ke rumah oleh beberapa keluarga kala itu, kini berkembang secara signifikan dengan kehadiran umat melalui kawin-mawin dan para diaspora lain dari berbagai tempat. Untuk itulah Paroki St. Maria Mamuju yang berdiri megah saat ini tengah kota Mamuju, umatnya berjumlah 1.794 jiwa (data Bimas Katolik Kanwil Kemenag Sulbar) terbagi dalam 4 rukun dan 16 stasi yang tersebar dalam wilayah pemerintahan kabupaten Mamuju.
Umat yang terbagi dalam 4 rukun di kota Mamuju dan 16 stasi ini menyatu dalam kebersamaan merayakan kebahagiaan dan kegembiraan melalui perayaan Pesta Pelindung. Perayaan tahunan ini dikomandoi oleh Pak Petrus Sandra Salamba dan umat rukun St. Antonius Padua yang mendapat giliran dalam kepanitiaan ini.
Setelah giat jalan santai dilaksanakan pertandingan olahraga, misalnya: tarik tabang, bola volly, takraw, lari karung sebagai bentuk kebersamaan dan partisipasi umat. Sedangkan untuk perlombaan seni ada mazmur anak, remaja, solo anak, remaja, karoke pasutri dan terakhir display hasil pangan dan kreasi keempat rukun dalam rangka perayaan HPS.
Sebelum perayaan Ekaristi sebagai puncak perayaan ini dilaksanakan sosialisasi Persekutuan Doa Legio Maria yang disampaikan langung oleh presidium dari Makassar di Basemet paroki dan dihadiri oleh sebagian besar umat dari stasi-stasi. Dan hari sebelumnya juga diadakan sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan dibawa koordinator ibu Lorianna Yermia. Bayak umat yang hadir mendengar terkait BPJS. Hal ini juga sebagai bagian dari perayaan syukur paroki dengan menghadirkan berbagai pihak untuk memberikan pengetahuan seputar kehidupan kemasyarakatan kepada umat.
Sehari sebelum puncak perayaan, diadakan pawai lilin yang dimulai dari kompleks perumahan umat Katolik yang ada di belakang gereja. Pawai dimulai Pkl. 18.30 Wita yang dipimpin langsung oleh Pastor Paroki, P. Wilhelmus didampingi P. Samson dan P. Albertus Padang. Di bahwa nyala lilin yang syahdu, umat menyusuri lorong menuju halaman gereja dan selanjutnya meletakkan lilin-lilin di depan gua Maria/Taman doa. Doa rosario bersama dilanjutkan dalam basement gereja.
Puncak dari perayaan pesta pelindung paroki adalah Perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Vikep Sulawesi Barat dan didampingi oleh Pastor Paroki , P. Wilhelmus Tulak, Pr dan pastor tamu, P. Albetus Padang, CICM. Perayaan berlangsung selama 2 jam yang dimulai Pkl. 10.00 WITA. Umat yang hadir dalam perayaan ini sekitar 500-an orang.
P. Sam dalam khotbanya menyampaikan “perayaan puncak pelindung Paroki St. Maria Mamuju saat ini bertepatan dengan perayaan HPS yang diawali pada 1976 di Roma dan oleh PBB juga membentuk sebuah organisasi yang bergerak di bidang ini yakni Food and Agriculture Organization (FAO) 1979. Gereja Katolik juga mencanangkan hal ini dan tidak hanya soal makan tetapi pada penghargaan terhadapnya. Maka, pada tahun 1981 KWI mengangkat HPS sebagai sebuah perayaan liturgi dalam gereja dan selanjutnya menyebar secara nasional dan parokial yang dirayakan dalam liturgi dengan menampilkan pangan lokal. Tema HPS tahun ini adalah ‘Aku Lapar, Kamu Memberi Aku Makan’. Dengan tema ini kita diajak untuk berbela rasa dengan mereka yang berkekurangan”, jelas Vikep.
Selanjutnya, P. Sam menjelaskan injil yang dibacakan hari ini, Mrk 10:17-30, tentang kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem sebagai perjalanan penderitaan dan kematian. Disampaikan bahwa pemuda dalam injil bertanya, apa yang diperoleh untuk memperoleh hidup kekal? Yesus menunjukkannya untuk melakukan berbagai hal. Pemuda itu menjawab bahwa semua itu sudah dilakukan. Tentu Yesus kagum atas sikap anak muda ini. Maka, Yesus melanjutkan dengan pertanyaan bahwa masih ada satu yang belum dilakukan, yakni menjual segala harta milik dan membagikan kepada orang lain. Pemuda itu menjadi sedih karena banyaklah hartanya dan sulit untuk melakukan hal ini.
“Yesus semakin menegaskan bahwa alangkah sukarnya orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga, bahkan lebih mudah seekor ontah masuk dalam lubang jarum daripada orang kaya. Menjadi refleksi bagi kita bahwa perlu prioritas dalam hidup ini agar ada arah dalam perjalanan hidup. Bila terlalu banyak titik persinggahan atau tidak fokus, maka arah tujuan menjadi kabur”, ungkap Vikep.
Selanjutnya Vikep menjelaskan bahwa bila bacaan hari ini dikaitkan dengan perayaan syukur, maka ada beberapa poin yang perlu direfleksikan. Pertama, umat paroki dan tentu stasi status ekonomi dan akreditasi lainnya tidak sama atau berbeda-beda, tetapi kita mempunyai titik kumpul yang sama dan bisa berjalan bersama yakni kerendahan hati dan ketergantungan pada Tuhan. Kedua, dalam mengikuti Yesus selalu butuh pengorbanan, yakni dengan melepaskan segala keinginan manusiawi. Pengorbanan untuk manusia dan Tuhan dibutuhkan di sana, sebagaimana dalam injil Yesus mengajak kita, ‘Ikutlah Aku’. Ketiga, dengan kebersamaan semua pekerjaan bisa selesai. Sejatinya selama masih hidup di dunia ini pekerjaan tidak pernah selesai tetapi dengan kebersamaan bisa terselesaikan meskipun selanjutnya ada lagi pekerjaan. Keempat, dalam kaitannya dengan pesta pelindung paroki, mari kita memohon pertolongan bersama Bunda Maria kepada Yesus Putranya. Bunda Maria sebagai teladan hidup orang beriman, ia menolong dalam doa. Ia akan membawa semua keluh kesah kita kepada Putranya, meskipun kita punya pergulatan yang tak pernah selesai, tetapi yakin Tuhan akan menolong kita. Ingat kata sandi Bunda Maria, “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanMu”. Maka dengan mengikuti teladan Bunda Maria, kita sampai pada Kerajaan Allah.
Setelah renunganan dilanjutkan dengan pelantikan pengurus rukun oleh Pastor Paroki. Pengurus rukun maju ke depan dan dilantik serta diperciki air suci sebagai berkat dan simbol penugasan pelayanan dalam rukun masing-masing. Selanjutnya, pada bagian persembahan dipersembahkan hasil bumi yang diarak ke altar diiringi tarian oleh anak-anak Sekami.
Pada bagian pengumuman, sekretaris panitia, pak Religius Haryanto melaporkan kegiatan perayaan ini. Mengawali laporannya, beliau menyampaikan salam hormat kepada semua yang hadir. Dilaporkan bahwa umat yang hadir dalam perayaan pesta pelindung sekitar 500-an orang. Tema yang diangkat dalam perayaan ini adalah, “Bersama Bunda Maria dalam Doa Rosario, Kita Tingkatkan Persatuan dan Persaudaraan bagi Sesama”. Dengan tema ini kita berharap agar ke depan semakin dapat membangun keakraban, persaudaraan dan selalu tekun berdoa kepada Bunda Maria, mengembangkan sikap murah hati untuk membangun solidaritas dan bela rasa.
“Sebagai panita tentu mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam perayaan ini, para donatur baik material maupun dana dan tak terkecuali umat dari stasi yang hadir dengan penuh semangat sembari membawa hasil bumi yang luar biasa. Meskipun perayaan yang dipersiapkan dengan baik melalui kepanitiaan ini, namun toh pasti ada hal-hal yang kurang sempurna, panitia meminta maaf atas keterbatasan di sana sini’, jelas Religius.
Selanjutnya, P. Wilhelmus mengawali sambutannya dengan salam legio Maria. “Ave Maria”, dijawab: Maria Ave. Dikatakan bahwa apa arti penting dari pesta paroki? Tak lain dan tak bukan adalah perayaan kehidupan kita. Kehidupan umat di Paroki Mamuju dan stasi-stasi yang ada dalam teritori kabupaten Mamuju. Mengapa dikatakan perayaan kehidupan? Karena umat dari latar belakang yang berbeda-beda etnis bersatu dalam paroki. Misalnya, Stasi Talondo/Tana Malea warna Timor dan Toraja, Stasi Salutiwo warna Maumere, Stasi Salupattung warna Bugis dan Supiran, Stasi Buntu Lalong warna Toraja, Stasi Toabo warna Bali, dst. Singkatnya bahwa umat paroki mempersatukan dan mempertemukan umat dari perbedaan.
Inilah yang disyukuri dalam pesta pelindung. Syukur kepada Tuhan bahwa kita tidak terpisahkan dari umat paroki. Umat yang datang dari stasi-stasi ini sesungguhnya datang berziarah. Ini berarti kita datang bukan sekadar kumpul-kumlul tetapi merenungkan perjalanan peziarahan kita menuju tanah air surgawi.
P. Wilhelmus juga berterima kasih kepada Vikep Sulbar yang berkenan membuka dan menutup perayaan pesta pelindung Paroki St. Maria Mamuju, seluruh panita, para donatur, pihak keamanan, dan tentu semua panita yang menyukseskan perayaan ini.
Perayaan syukur dilanjutkan dengan ramah tamah bersama di Basement gereja. Sebelum makan bersama ditampilkan persembahan tarian adat dari St. Talondo sebagai ajang promosi kekayaan stasi ini yang mayoritas suku Timor dan pencarian dana untuk pembangunan gedung gereja. Umat dari stasi yang jarak tepunya ke kota Mamuju sekitar 2, 5 jam juga membawa beberapa ekor ayam kapung yang dilelang. Banyak umat yang ikut berpartisipasi dalam lelang ini melalui sumbangan material misalnya semen. Akhirnya, tibalah saatnya untuk makan bersama. Semua umat larut dalam kebersamaan mencari suguhan yang sesuai selera. Banyak jenis makanan yang merupakan hasil karya seksi konsumsi dan sumbangan para donatur. Semua umat menikmati hidangan dengan penuh kegembiraan sembari bersharing satu sama lain.
Akhir dari semua kegiatan ini adalah penguman para juara baik seni maupun olahraga dan pertandingan lainnya serta penarikan undian berhadiah. Masih banyak umat setia menunggu pengundian berharap dewa fortuna berpihak pada kupon yang telah dipegang. Itulah dinamika pesta pelindung Paroki St. Maria Mamuju yang ke-34, semoga dengan perayaan ini umat semakin bersatu dalam meningkatkan iman dan persaudaraan dengan selalu memohon pertolongan melalui Bunda Maria sebagai pelindung umat Paroki St. Maria Mamuju. Proficiat, Selamat Pesta Pelindung. Tuhan memberkati.