Jakarta (Humas Kanwil) - Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas dalam sambutan sebagai keynote speaker pada kegiatan Jakarta Plurilateral Dialog 2023 menyampaikan bahwa tema Strengthening the Culture of Tolerance by Mainstreaming the United Nations Human Rights Council Resolution 16/18 sangat relevan dengan kehidupan di Indonesia. (Rabu, 30/08/2023)
Yaqut mengatakan salam lintas agama di Indonesia hanya ada di Indonesia dan tidak ditemukan diberbagai negara lainnya. Ia meminta bahwa budaya dialog, diskusi dan komunikasi harus selalu ditumbuhkan dan dipelihara untuk memperkuat toleransi kehidupan lintas agama.
Dialog ini secara resmi dibuka oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhajir Efendi. Kegiatan ini diselengarakan selama 3 hari, dari tgl 29 -31 Agustus 2023 di Borobudur Hotel Jakarta yang dihadiri oleh berbagai elemen berupa praktisi dari berbagai negara seperti afrika, asia, Australia, negara Pacifik, dan negara arab.
Lebih lanjut, dalam sambutan pembukaan dialog tersebut, Menko PMK Muhajir Efendi menyampaikan bahwa hidup berdampingan lintas suku, budaya, agama, tradisi di belahan dunia manapun sudah menjadi prototype toleransi sejak jaman dulu umat manusia berada.
Selain itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi, menyampaikan bahwa resolusi Dewan HAM PBB nomor 16/18, bisa menjadi penguat toleransi lintas negara dan benua. Hal ini harus selalu disosialisasikan dan didialogkan agar tidak terjadi lagi akses membenci agama tertentu, suku tertentu dan juga kelompok minoritas tertentu.
Selanjutnya, Kakanwil Kemenag Provinsi Sulbar, Syafrudin Baderung sebagai peserta aktif mengikuti kegiatan ini karena seluruh pembicara dan panelis memberikan kondisi riil kehidupan masyarakat dikawasan dan regional wilayahnya. Para pembicara tidak hanya lingkup negara Asia Pasifik, Afrika, Australia tetapi juga lintas agama di berbagai benua
"Kita menemukan berbagai problem dan juga solusi efektif untuk memperkuat toleransi. Potret kehidupan dalam lingkup kecil berupa lingkungan rumah akan mampu menentukan bagaimana pola kehidupan masyarakat bisa di bangun," ungkap Syafrudin Baderung.
Ia mengharapkan seluruh aspek kehidupan saling toleransi, menghargai, menghormati, membangun dialog dan diskusi diharapkan bisa menjadi peta jalan untuk memperkuat kehidupan bernegara, berbangsa, beragama dan bermasyarakat di Sulawesi Barat.