"Hidup Bahagia Dimulai Dari Keluarga" || Pembinaan Keluarga Hitta Sukhaya Bimas Buddha Kanwil Kemenag Sulbar

Illustrasi Foto (Kemenag RI Provinsi Sulawesi Sulbar)
Topoyo (Humas) - Demi mewujudkan keluarga Buddhis yang bahagia dan harmonis, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat melalui Bimbingan Masyarakat Buddha menyelenggarakan Pembinaan Keluarga Hitta Sukkhaya dengan mengusung tema Hidup Bahagia Dimulai Dari Keluarga, Kamis (19/05). Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mamuju Tengah dalam hal ini diwakili oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha H. Nuim H muchtar berkesempatan membuka sekaligus memberikan pembinaan dalam kegiatan tersebut. "Pembinaan ini bertujuan untuk meningkatkan keluarga yang sejahtera, yang penuh cinta dan kasih sayang, menyatukan  dua orang yang berbeda, juga mempunyai karakter yang berbeda menjadi satu tujuan. Hitta Sukhaya  adalah tidak ada bedanya dengan istilah dalam Agama Islam yaitu keluarga Sakinah, mawadah warohmah", jelas Kasubag TU. H. Nuim juga menjelaskan 3 ruang dalam diri manusia yang harus digunakan secara seimbang. Yang pertama adalah Kepala, letak otak/pikiran, tempat memproses/mengolah sebuah hal. Kedua adalah Hati, digunakan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta, tempat menimbang, menafsirkan hal sosial/keluarga yang sulit ditelaah. Yang terakhir adalah Perut, tempat mengolah hal yang bersifat duniawi, yang jika digunakan dominan bersama otak akan menghasilkan keserakahan tapi jika digunakan dominan bersama hati akan menghasilkan rasa syukur. "Maka seorang manusia harus menggunakan ketiga hal tersebut secara seimbang demi mencapai kehidupan bahagia terutama demi mencapai keluarga yang bahagia", tutup beliau. Di samping itu, 2 narasumber yang berkompeten dibidangnya juga hadir memberikan pembinaan, tokoh agama Samanera Sobhanacaro dan Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Sulbar TS. Haryanto. Menurut Samanera, untuk mewujudkan keluarga Hitta Sukhaya kedua pasangan harus saling mengenal dan saling memahami antar pasangan. Diperlukan juga rasa saling menghormati, saling menerima apa adanya, dan utamanya diperlukan kebijaksanaan dalam menghadapi segala persoalan dalam keluarga. "Ketika mempunyai permasalahan hidup kita harus menghadapinya dengan tenang, dengan hening dan mengedepankan cinta kasih dalam mengambil keputusan", jelas Samanera. Pada kesempatan berikutnya, Pembimas Buddha menjabarkan bahwa keluarga yang harmonis, bahagia, dan sejahtera (hitta sukhaya) merupakan tujuan dalam perkawinan yang dibentuk berdasarkan sikap saling setia, mengalah, percaya, menghormati, membantu, dan bersahabat. Menurutnya, keluarga hitta sukhaya akan tumbuh apabila masing-masing anggota keluarga menjalankan tanggung jawabnya dan mengembangkan keterbukaan kasih sayang dan pikiran cinta kasih. Tak satupun keluarga di dunia ini yang tidak mempunyai masalah, sesungguhnya ketika pasangan memutuskan untuk menikah artinya mereka siap untuk bermasalah. TS. Haryanto mengajak seluruh pasangan suami istri untuk mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sepenuh hati dan saling mendukung satu sama lain. "Pasangan yang harmonis adalah pasangan yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sepenuh hati serta saling mendukung ke arah yang baik dengan berpedoman pada ajaran agama Buddha. Keluarga Hitta Sukhaya akan sempurna jika setiap pasangan suami istri memiliki persamaan Sadha (keyakinan), Sila (kemoralan), Caga (kemurahan hati) dan Panna (kebijaksanaan). Dengan dimiliki 4 persamaan tersebut maka umat Buddha yang sudah menikah akan hidup bahagia dan harmonis," urai Pembimas. Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta umat Buddha berumah tangga di wilayah Kabupaten Topoyo utamanya dari Desa Waeputeh dan Desa Salugata.

Wilayah LAINNYA