Pada prinsipnya islam itu agama yang sangat menghargai akal, agama yang mengedepankan pemikiran pemikiran yang rasional, dalam diktum keislaman bahwa agama itu adalah akal dan tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Dalam konsep Al-Quran sangat banyak ditekankan prinsip prinsip agar manusia memanfaatkan fasilitas yang sudah diberikan oleh Tuhan yakni akal. Itulah modal yang sangat berharga yang dititipkan oleh Tuhan kepada manusia.
Namun manusia kurang memanfaatkan fasilitas tersebut. Ini terbukti karena Al-Quran banyak menggunakan term term seperti "Apala ta'kilun, apala tatadabbarun dan istilah lainnya". Sindiran sindiran Tuhan itu supaya manusia tertarik untuk memanfaatkan akalnya demi untuk mengangkat derajat manusia sebagai makhluk yang tertinggi diantara makhluk makhluk Tuhan lainnya. Ketika manusia memaksimalkan potensi akalnya niscaya akan terangkat derajatnya demikian sebaliknya ketika manusia mengabaikan akalnya manusia akan terpuruk derajatnya sebagai manusia. Agama akan sempurna ketika manusia memaksimalkan penggunaan akalnya, dan agamanya akan mines ketika manusia tidak memanfaatkan penggunaan akalnya.
Manusia adalah makhluk yang beragama, sudah ada benih benih keagamaan dalam diri manusia. Namun demikian agama ini akan redup bilamana fasilitas yang lain diberikan oleh Tuhan tidak dimanfaatkan untuk menopang eksistensi agama. Salah satunya adalah memanfaatkan akal sebagai penyempurna dari agama. Disitulah letak kesempurnaan manusia dibandingkan makhluk lainnya, manusia punya kecedasan intelektual yang sangat luar biasa.
Ketika malaikat mengadu kepada Tuhan, pada waktu Tuhan akan menciptakan manusia, malaikat merasa terganggu tentang rencana Tuhan tersebut karena selama ini malaikat sudah sangat sempurna mengabdi kepada Tuhan, kenapa menciptakan lagi makhluk yang mungkin akan membuat problem problem kemanusian di dunia. Tuhan memberikan jawaban bahwa malaikat akan mengetahui setelah manusia diciptakan. Jadi ilmu malaikat itu tidak bisa memprediksi masa depan karena fasilitas malaikat terbatas dalam melihat jauh kedepan. Disitulah rahasianya kenapa Tuhan menciptakan manusia karena akan mendapatkan kelebihan kelebihan yang tidak dimiliki oleh malaikat.
Dan Tuhan membuktikan setelah menciptakan manusia dan menguji kedua makhluk tersebut, dan Tuhan mengajukan pertanyaan kepada malaikat dan malaikat tidak mampu menjawabnya sedangkan manusia dapat menjawab dengan sempurna pertanyaaan pertanyaan dari Tuhannya. Disinilah manusia harus menyadari betapa banyaknya fasilitas yang mereka nikmati yang sudah terinstal dalam dirinya. Manusia tinggal menggali fasilitas yang sudah ada dalam dirinya. Namun demikian betapun banyaknya fasilitas, manusia juga punya kelemahan kelemahan yang mereka miliki, diantaranya tergesa gesa, suka mengeluh, tidak sabar, egoisme, mudah tergoda, dan berbagai penyakit hati yang sering menghinggapi yang tidak disadarinya. Kalau kita merujuk kepada kisah adam dan hawa betapa luar biasanya kenikmatan yang diberikan Tuhan kepada Adam dan Hawa, tapi toh terpeleset juga dengan janji iblis yang begitu menggiurkan, disini kita bisa melihat betapa manusia itu mudah tergoda dengan hal yang sifatnya sesaat.
Dalam surah Al Tin disebutkan"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah rendahnya.(QS.95.4-5). Ayat ini dapat dijadikan dasar bahwa manusia itu punya kelebihan fisik, psikis, akal dan hati nurani tetapi kalau manusia tidak memfungsikan fasilitas fasilitas diatas maka akan jatuh ke tempat yang serendah rendahnya yakni neraka. Penafsiran fi ahsani takwim atau bentuk yang sebaik baiknya, bisa kita gunakan dua pendekatan yaitu pendekatan eksoterik dan pendekatan esoterik, pendekatan eksoterik lebih berorientasi secara fisik bahwa manusia dari segi fisik sangat mengagumkan di banding dengan makhluk yang lain. Kemudian pendekatan esoterik lebih berorentasi psikis, mengupas manusia dari sisi dalam, bahwa manusia itu punya nurani.
Dengan mencermati pemaparan diatas,menurut ust Jalal panggilan akrab DR KH Jalaluddin Rakhmat, cendekiawan muslim garda depan, dalam salah satu bukunya, Manusia adalah "radio dua band" yang mampu menangkap gelombang panjang dan juga gelombang pendek. Ia mampu menangkap hukum hukum alam di balik gejala gejala fisik yang diamatinya, tetapi ia juga mampu menyadap isyarat isyarat gaib dari alam yang lebih luas lagi.
Bila satu potensi dikembangkan luar biasa sedangkan potensi lain dimatikan, manusia menjadi makhluk yang bermata satu.Disitulah kesempurnaan manusia dibanding dengan makhluk yang lain, dia punya dua senjata yang ampuh. Namun demikian, sekali lagi bahwa jika potensi potensi tidak dikembangkan dengan baik, manusia akan mengalami stagnan seperti makhluk makhluk yang lain. Bahkan dinformasikan dalam Quran, bahwa manusia bisa lebih rendah dari binatang, karena mereka tidak memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Atau dalam bahasa sufi bahwa manusia itu bisa terperangkap dalam kategori jahil murakkab.
Berkaitan dengan pengetahuan dan kebodohan menurut kaum sufi, manusia terbagi menjadi empat jenis:
Pertama,La yadri wa yadri annahu la yadri (orang yang tidak tau,dan tau bahwa dia tidak tau), ini orang yang bodoh sederhana, mudah diobati dengan pengajaran dan pendidikan.
Kedua, Yadri wa la yadri annahu yadri (orang tau, dan dia tidak tau bahwa dia tau), orang ini tertidur, maka dia harus dibangunkan dan disadarkan akan kelebihannya dan bisa bermanfaat untuk orang lain.
Ketiga, Yadri wa yadri annahu yadri (orang yang tau dan dia tau bahwa dia tau), ini tergolong kaum bijaksana, yang perlu menjadi rujukan.
Keempat, La yadri wa la yadri annahu la yadri (orang yang tidak tau dan tidak tau bahwa dia tidak tau), inilah yang disebut bodoh kuadrat, karena selain bodoh juga tidak tau akan kebodohannya sendiri. Ungkapan kaum sufi ini di kutip dari salah satu buku Cak Nur, Pintu pintu menuju Tuhan. Semoga kita terhindar dari kebodohan kebodohan seperti ungkapan sufi diatas.
Bumi Nuhiyah, Maret 2023