Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa Menyatu dalam Satu Perayaan Syukur

Perayaan Hari Penakosata, Perayaan Syukur Panen, dan peringatan 100 tahun Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Minggu, 19 Mei 2024 bertempat di Paroki Santo Mikael Tobadak diselenggarakan tiga acara dalam satu kegiatan yakni Perayaan Hari Penakosata, Perayaan Syukur Panen, dan peringatan 100 tahun Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Perayaan yang dipimpin oleh Vikep Sulawesi Barat, P. Oc. Samson Bureny, Pr ini khusus untuk wilayah Utara yang meliputi Paroki Mamuju, Paroki Baras, dan Paroki Tobadak dihadiri sekitar 500 umat. Untuk wilayah Selatan juga dilakukan perayaan yang sama meliputi Paroki Messawa, Paroki Polewali, Paroki Mamasa, Paroki Supiran dan Paroki Kondodewata ditempatkan di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Messawa dipimpin oleh Sekretaris Kevikepan wilayah Selatan, P. Edward.

Untuk perayaan di wilayah Utara yang dipusatkan di Paroki Santo Mikael Tobadak dipimpin oleh Vikep Sulawesi Barat dan didampingi empat orang Imam CMF : P. Walburga Poca, CMF. P. Guntherdius Jefri Nitbani, CMF. P. Paul Madoni, CMF. P. Ferderikus Jampur, CMF. Turut pula hadir suster MC dari Mamuju, perwakilan umat dari Paroki Mamuju dan Paroki Baras dan pasti umat dari stasi-stasi yang ada dalam Paroki Santo Mikael. Perayaan berlangsung meriah ini dimulai pkl. 08.30-10.20 yang menyatukan 3 perayaan, yakni Perayaan hari Pentakosa, Perayaan Syukur Panen, dan Perayaan 100 tahun KWI. Segera setelah perayaan Ekaristi selesai, semua umat berkumpul di halaman gereja mengikuti acara ramah tama yang sudah dibuat sedemikian rupa.

Pada acara ramah tama ditampilkan berbagai kegiatan misalnya tarian dan lagu-lagu untuk menghibur para hadirin di sela-sela sambutan dan tentu saja sebagai bentuk ekspresi diri anak-anak. Ketua panitia bapak Altrasius meyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran umat dan tamu undangan dari pemerintah setempat. Ketua FKUB Mamuju Tengah, H. Tasmin dan anggota turut pula hadir. Ketua FKUB Mamuju Tengah pun memberikan sambuatan. Beliau mengucapkan proficiat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas peristiwa dan kebersamaan di Bumi Lalla’tasisara ini.

Vikep pun demikian dalam sambutannya meyapa semua hadirin dan mengucapkan limpah terima kasih atas semua ini sebagai bentuk kebersamaan. Kepala desa Polongaan, Samuel Pampang Langi, SE. juga memberikan sambutan pada bagian terakhir. Beliau berterima kasih atas perayaan ini dan mengajak umat untuk tidak cepat terprovokasi dengan adanya peristiwa-peristiwa intolernasi di luar sana. Ia mengajak masyarakanya untuk tetap menjalin persaudaraan dan kebersamaan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Pada kesempatan ini pula ada penyerahan bantuan dana dari pemuda Hindu untuk kegiatan Sulbar Youth Day yang akan dilaksanakan di paroki St. Yusuf Pekerja Baras pada tanggal 1-5 Juni 2024.

Sebagai rasa syukur dan terima kasih atas semua ini, juga diadakan pemotongan tumpeng oleh Vikep  didampingi oleh ketua FKUB, kepala desa, dan para pastor di Paroki Tobadak. Nasi Tumpeng sebagai simbol syukur menandai syukur atas penyelenggaaan Tuhan dalam kehidupan di wilayah Tobadak ini. Selanjutnya doa makan dipimpin oleh frater. Tamu undangan dipersilahkan makan yang dihidangkan oleh umat muslim sementara umat dari stasi-tasi juga mengumpulkan makan yang mereka bawa itu dan dinikmati bersama. Semua umat larut dalam kebersamaan dan persaudaraan menikmati apa yang telah dihidangkan dan diirigi oleh musik serta tarian khas NTT.  

Paroki Santo Mikael Tobadak dipilih sebagai lokus perayaan 100 tahun KWI karena tempat ini selain pertengan dari tiga paroki di wilayah Utara juga sangat implemetatif untuk tema perayaan 100 tahun KWI: “Berjalan Bersama Membangun Gereja dan Bangsa”. Paroki yang berdiri megah di tempat ini dalam teritori desa Polongaan juga berdiri megah Masjid di depan gereja, Pura di samping dan Sekolah Dasar. Untuk itulah desa di Mamuju Tengah ini ditunjuk sebagai desa kerukunan. Kehidupan sosial kemasyarakatan di tempat ini sangat harmonis dan toleran. Meskipun Mamuju Tengah tinggal berbagai etnis syukur hingga saat ini belum ada konflik sosial yang terjadi. Semua masyarakat hidup kuyup, harmonis, dan penuh tenggang rasa. Semua ini tercipta berkat masyaraktnya hidup  dalam kebersamaan dan penuh pengertian. Semoga susana ini terus hidup kini dan nanti.


Opini LAINNYA

Iri Kepada Sahabat Nabi

Guru Hebat Indonesia Kuat

Sugesti Maulid (2)

Sumpah Pemuda: Jiwa Muda Untuk Indonesia Emas

Proyek Generasi

Pemuda Hari Ini, Pemimpin Masa Depan