Mamuju, 11 Juli 2025 — Di tengah semilir angin pantai dan gegap gempita kreativitas lokal, Manakarra Fair 2025 kembali hadir sebagai panggung budaya, ekonomi kreatif, dan persaudaraan. Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat melihat event tahunan ini bukan sekadar perayaan kebudayaan, melainkan ruang perjumpaan lintas batas—agama, suku, dan latar sosial—yang membentuk wajah harmoni Indonesia.
Bertema “TREASURE”, Manakarra Fair tahun ini menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) 2025, dan dibuka dengan semangat kolaborasi oleh Gubernur Sulawesi Barat Dr. H. Suhardi Duka, Bupati Mamuju Dr. Hj. Sitti Sutinah Suhardi, Asisten Deputi Strategi Event Kemenparekraf Fransiskus Handoko, serta para tokoh masyarakat dan penggagas acara, Veronica Wijaya.
Kanwil Kementerian Agama Sulawesi Barat yang diwakili oleh TS. Haryanto, S.Ag., Pembina Masyarakat Buddha, turut ambil bagian dalam pembukaan acara. “Kami percaya bahwa budaya adalah bahasa universal. Ketika warga berkumpul untuk merayakan budaya mereka, mereka sedang merayakan keberagaman, dan di situlah nilai-nilai moderasi beragama bekerja secara nyata,” tutur Haryanto.
Dalam sambutannya, Gubernur Sulbar mengajak seluruh kabupaten di wilayahnya untuk tidak hanya melihat pariwisata sebagai potensi ekonomi, tetapi juga sebagai sarana membentuk karakter dan identitas daerah. “Jika boleh memilih, saya akan memilih pariwisata sebagai kekuatan Sulawesi Barat. Karena dari sanalah keunikan kita berasal,” tegasnya.
Event ini dibuka secara simbolis dengan pemukulan katto-katto bambu, sebuah alat musik tradisional yang menjadi lambang irama kebersamaan. Di momen itu pula, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI menyerahkan piagam penghargaan kepada Gubernur Sulbar, sebagai bentuk pengakuan atas komitmen daerah dalam membangun sektor pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Kementerian Agama Sulbar melihat Manakarra Fair sebagai etalase keberagaman yang hidup. Ketika seni, kuliner, kerajinan, dan tradisi lokal disatukan dalam semangat gotong royong, maka nilai-nilai agama tidak hanya tertulis di buku, tetapi terasa dan terbukti dalam kehidupan masyarakat.
Dengan penuh semangat, Kanwil Kemenag Sulbar akan terus hadir, mendampingi dan menjaga agar setiap ruang publik—termasuk ruang budaya seperti Manakarra Fair—menjadi ruang yang damai, inklusif, dan membawa pesan toleransi.
