Sang Kiai Yang Meneduhkan

Ilham Sopu

Prof. KH Mawardi Jalaluddin adalah sosok yang bersahaja, punya aura keilmuan yang mendalam, sosok yang sederhana, meneduhkan, selalu menampakkan vibrasi ketenangan dalam berbicara. Sejak aktif di STAIN Majene beberapa tahun yang lalu, yang sebelumnya mengabdi di UIN Alauddin Makassar, dan mulai berdomisili di Tinambung sebagai tempat kelahirannya. Sosok yang mudah akrab dengan siapa saja, karena sangat familier ketika  berbincang dengan permasalahan kehidupan sosial khususnya kehidupan sosial keagamaan.

Saya mulai mengenal KH Mawardi, sejak Beliau aktif menjadi jamaah tetap di mesjid Besar Al Hurriyah Tinambung. Beliau dikenal Kiai yang tawadhu, sekalipun punya kapasitas keilmuan yang mendalam. Beliau punya keluarga besar yang terdidik dalam ilmu dasar keagamaan dan punya latar belakang ilmu keagamaan yang mumpuni . Diantara saudaranya adalah Prof KH Danial Jalaluddin dan KH Abdul Majid Jalaluddin.

Sewaktu saya menempuh pendidikan kader ulama di mesjid raya Makassar di tahun 1997 yang merupakan kegiatan yang dibina oleh MUI Sulsel, salah seorang pengajarnya adalah Prof Daniel, kakak kandung dari Prof Mawardi, yang waktu itu mengajarkan kita tentang ekspresi seni dalam Al-Qur'an kitabnya berbahasa arab, beliau sangat kuat penguasaannya tentang ekspresi kesusastraan khususnya  yang berkaitan dengan sastra arab.

Kedua saudara kandung ini, Prof Danial dan Prof Mawardi, adalah sosok yang sangat cinta terhadap keilmuan keagamaan, keduanya pakar bahasa arab, yang merupakan alumni terbaik dari Al Azhar Mesir. Saya sangat beruntung karena kedua bersaudara ini, pernah berinteraksi dan mendapatkan percik-percik keilmuan dari mereka.  Kalau Prof Danial, sempat berinteraksi di pendidikan kader ulama di mesjid raya Makassar selama satu tahun, beliau sangat tenang,  punya  bahasa lembut dalam memberikan pengajaran keilmuan keagamaan khususnya aspek-aspek sastra dalam Al-Qur'an.

Begitupun dengan Prof Mawardi, ada kemiripan pembawaan pribadi dengan Prof Danial, keduanya tenang dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan, sekalipun saya belum lama kenal dengan Prof Mawardi, baru kenal beliau sejak aktif di mesjid Al Hurriyah tinambung. Saya kadang mendapat pencerahan dari setiap kali ketemu di mesjid Al Hurriyah, setiap pertemuan dengan beliau mesjid, saya selalu manfaatkan untuk mengorek keilmuan beliau, dan tekadang juga beliau yang langsung memberikan pencerahan keilmuan kepada kami.

Keaktifan beliau berjamaah di mesjid Al Hurriyah, adalah momentum untuk menggali keilmuan dari beliau, setiap jadwal saya untuk berkhotbah atau sekedar singgah untuk shalat di mesjid Al Hurriyah, saya sering memanfaatkan momentum untuk ketemu beliau sekalipun waktunya sangat singkat.  Setiap kali berkhotbah, saya biasanya agak kurang percaya diri, ketika beliau hadir sebagai jamaah, ada rasa yang kurang yang sampaikan dan sangat hati-hati, dan saya tidak memperpanjang khotbah karena sangat menaruh penghormatan kepada beliau.

Dan setiap selesai khotbah, saya berusaha untuk selalu menemuinya, dan momentum tersebut, saya manfaatkan untuk meminta koreksian beliau tentang apa yang sampaikan dalam khotbah tersebut. Dan biasanya meluruskan dan memberikan masukkan yang menyejukkan dengan dasar keilmuan yang beliau sangat menguasainya. Beliau tetap sangat tawadhu, dalam menyampaikan petuah-petuah keilmuan beliau, dan tetap merendah sekalipun yang dihadapinya adalah orang yang punya ilmu agama jauh dibawahnya.

Itulah sosok singkat Kiai Mawardi Jalaluddin, sosok Kiai sederhana, yang kaya ilmu, kharismatik, cinta ilmu, dan punya komunikasi yang terhadap sesama. Selamat jalan Pak Kiai, anda telah memberikan keteladanan selama hidup di dunia, telah memberikan contoh terhadap kami yang masih hidup, sosok yang selalu memberikan inspirasi kepada kami,Alfatihah.

(Bumi Pambusuang, 5 Agustus 2025)


Opini LAINNYA

Sang Kiai Yang Meneduhkan

Pesan Kematian

Dari Eksoterika Agama Ke Esoterika Agama

Nabi Mempermudah, Kita Mempersulit

Beragam Rasa, Tetap Satu Dapur

Haji Serta Fenomena Sosialnya