Ibrahim dan Simbol Ibadah Haji

Oleh : Ilham Sopu

Dalam kajian keagamaan ada dua model agama yang dalam bahasa Ali Syariati ada agama ibrahimik dan agama non ibrahimik, atau biasa disebut agama samawi dan agama ardhi. Yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini adalah agama ibrahimik, dikatakan agama ibrahimik karena bersumber dari nabi ibrahim.

Ibrahim adalah bapak monoteisme, dari keturunan ibrahim ini lahir tiga agama, yaitu yahudi, nasrani dan islam ketiganya agama yang mengedepankan monoteisme dalam beragama. Titik temu dari ketiga agama ini adalah monoteisme dalam beragama. Ibrahim dalam proses menemukan Tuhan, mengalami proses penahapan, mulai dari pengamatan terhadap bintang-bintang, kemudian bulan sampai kepada matahari. Ibrahim mengingkari semua karena secara logika tidak layak dijadikan Tuhan. Lewat proses itu Ibrahim dapat menemukan Tuhannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Kita bisa belajar dari nabi Ibrahim jalan menuju Tuhan itu adalah suatu proses yang memerlukan mujahadah yang terus-menerus. Kita tidak boleh terlena dengan godaan-godaan yang bisa memberikan kepuasan sementara. Karena salah satu kelemahan terbesar dari manusia adalah mudah tergoda dengan hal-hal yang sifatnya sementara. Itulah yang terjadi pada Nabi Adam AS, ketika berada di surga, dengan retorika iblis yang sangat luar biasa mencoba mempengaruhi adam dan istrinya untuk memakan buah khuldi yang sebelumnya Tuhan sudah memberikan ultimatum untuk tidak mendekati pohon terlarang tersebut. Adam pun tergoda dan terjatuh dari surga. Patuh kepada perintah Tuhan akan semakin dekat manusia kepada Tuhan dan melanggar perintah Tuhan akan semakin terjauh manusia dari Tuhan. Itulah yang terjadi dengan drama Adam, hawa dan iblis.

Ibadah haji tidak bisa dilepaskan dari perjalanan hidup nabi Ibrahim, simbol-simbol dalam ibadah haji itu adalah produk perjalanan spritual nabi Ibrahim. Seluruh simbol-simbol dalam ibadah haji itu sangat syarat makna yang sangat dalam tentang proses perjalanan menuju Tuhan. Menurut Prof. Quraish Shihab, setidaknya ada tiga keistimewaan nabi Ibrahim, yang dicerminkan dalam ibadah haji.

Pertama, Ibrahim menemukan Tuhan melalui pencarian dan pengalaman ruhani. Kedua, melalui ibrahim, kebiasaan mengurbankan manusia sebagai sesaji atau tumbal dibatalkan oleh Tuhan. Dan yang ketiga, nabi Ibrahim adalah satu satunya nabi yang bermohon agar diperlihatkan bagaimana  Tuhan menghidupkan yang mati dan permohonan tersebut dikabulkan oleh-Nya.

Sebelumnya Ibrahim agak sedikit meragukan keimanannya, sehingga timbul pertanyaan kepada Tuhannya, Bagaimana Tuhan menghidupkan makhluk yang sudah mati. Sehingga Tuhan mempertanyakan tentang keimanan nabi Ibrahim. Jawaban Ibrahim selanjutnya adalah untuk menenangkan hatinya.

Jadi bukti-bukti kekuasaan Tuhan yang terhampar di muka bumi ini sebagai variabel atau jalan untuk memperkuat iman dan sebagai obyek untuk menenangkan hati manusia. Dan ini masuk kategori obyek yang harus diimani sebagaimana termaktub dalam awal surah albaqarah "orang-orang yang beriman kepada yang gaib", ketika Tuhan menyuruh Ibrahim untuk mengambil unggas lalu dicincang dan disebarkan ke berbagai arah, kemudian Tuhan mendatangkan kembali unggas itu dalam keadaan utuh. Di situlah Ibrahim semakin mantap imannya menyaksikan kemahakekuasaan Tuhan.

Dalam konteks kita, kita tidak mungkin untuk bertanya kepada Tuhan sebagaimana yang dilakukan nabi ibrahim, kita cukuplah mencoba merenungi ayat ayat qauliyah yang terdapat dalam Quran dan ayat kauniyah yang terhampar dialam semesta ini. Kedua ayat Tuhan ini sebagai sumber inspirasi untuk mencoba mencas kita punya iman dalam kehidupan sehari hari.

Banyak ritus-ritus ibadah haji yang merupakan produk kehidupan nabi ibrahim, itulah yang seharusnya dimaknai kepada para jemaah haji ketika berada di tanah suci. Salah satu cendekiawan muslim asal Iran, Ali syariati dalam salah satu bukunya berjudul haji, beliau memberikan interpretasi yang sangat dalam tentang simbol-simbol haji, sehingga cendekiawan muslim indonesia Amin Rais di tahun 90an sebelum beliau terjun ke dunia politik praktis, beliau setelah membaca buku Ali Syariati, mengatakan "saya ini seakan akan belum haji", karena buku tersebut penuh ulasan ulasan simbolik tentang term-term haji.

Di antara simbol haji yang punya keterkaitan dengan eksistensi manusia sebagai makhluk ruhani sebagai jalan untuk lebih dekat kepada Tuhan. Di antaranya adalah pakaian ihram, sebagai simbol bahwa manusia itu sama di depan Tuhan, karena kadang pakaian ini bisa menjadi pembeda status sosial di masyarakat. Ada pakaian yang menandakan bahwa seseorang punya status sosial yang tinggi di masyarakat dan ada juga sebaliknya, pakaian ihram merupakan simbol kesetaraan status kita di hadapan Tuhan, ini sama saja dengan ketika kita kembali kepada Tuhan, kita memakai selembar kapan sebagai bahwa kita sama di hadapan-Nya.

Simbol berikutnya adalah tawaf, sebuah gerakan mengelilingi ka'bah sebagai simbol pergerakan menuju Tuhan, perputaran waktu haruslah diisi dengan peningkatan ibadah, semakin lama kita berputar kita akan semakin dekat ke ka'bah, artinya bahwa simbol perputaran adalah bahwa dalam durasi kita beribadah, semakin lama kita menjalani ibadah ini akan semakin mendekatkan kita kepada sang pencipta.  Kemudian berikutnya adalah sa'i berlari-lari kecil antara safa dan marwah, mengingatkan kita ketika hajar berlari-lari kecil antara kedua bukit tersebut dalam rangka untuk mencari air untuk anaknya ismail. Itu artinya menjalani hidup ini perlu suatu semangat, dalam mencari nafkah perlu suatu proses, ada dinamisasi kehidupan kearah yang lebih baik.

Selanjutnya wukuf di arafah, sebagai puncak dari ibadah haji, Alhajju arafah bahwa haji itu adalah berwukuf di arafah, secara bahasa arafah artinya mengetahui, mengenal, di sinilah perlu ke khusu'an yang tinggi, perlu suatu perenungan tentang diri kita, siapa diri kita, dari mana kita berasal, dan hendak ke mana kita, sebab pengenalan akan diri akan memudahkan kita akan mengenal Tuhan. Dalam adagium sufi mengatakan "Man arafah nafsahu pakad arafah rabbahu", siapa yang mengenal dirinya akan memudahkan dia mengenal Tuhannya.

Itulah sekelumit catatan singkat simbol simbol ibadah khususnya berkaitan kehidupan nabi Ibrahim dan ibadah haji, simbol itu sangat penting sebagai penyederhana untuk menterjemahkan nilai nilai agama, dan yang lebih penting adalah mencoba membumikan nilai-nilai simbol itu dalam kehidupan sehari hari.

(Bumi Pambusuang, April 2025)


Opini LAINNYA

Ibrahim dan Simbol Ibadah Haji

Agama Orang Kampung

Monoteisme Ibrahim

Bangkrut yang Sesungguhnya

Tarian THR, Menyerupai Kaum Yahudi?!