Mamuju (Humas Kanwil) — Simulasi Computer Based Test (CBT) Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) ke-VIII resmi dibuka hari ini. Kegiatan ini menandai era baru dalam pelaksanaan musabaqah berbasis pesantren di Indonesia, dengan pemanfaatan teknologi digital secara menyeluruh. (Senin, 16/06/2025)
Plh. Direktur Pondok Pesantren, Kasubdit. Pendidikan Salafiyah dan Kajian Kitab Kuning, Yusi Damayanti, menyampaikan bahwa penggunaan CBT merupakan bagian dari mekanisme kepesertaan baru yang lebih inklusif. “Dengan adanya CBT, maka kesempatan untuk mengikuti MQKN ini terbuka luas bagi seluruh santri dari pesantren di Indonesia yang memenuhi syarat dan ketentuan berlaku,” jelasnya.
Selain memperluas jangkauan peserta, MQKN kali ini juga memperkenalkan dua cabang musabaqah baru, yakni Risalah Ilmiah dan Tarkib Digital. Keduanya dirancang untuk semakin mengenalkan pesantren dengan literasi kitab kuning dalam format yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.
“Inovasi berikutnya adalah sistem verifikasi faktual berbasis face recognition. Jadi, tidak ada lagi perwakilan untuk mengerjakan soal. Anak-anak harus mengerjakan sendiri karena jika wajahnya tidak dikenali, aplikasi akan otomatis tertutup dan tes tidak bisa dilanjutkan,” ujar Yusi menekankan pentingnya kejujuran dan autentikasi identitas peserta.
Yusi juga menambahkan bahwa meskipun ini adalah pelaksanaan pertama Musabaqah Qiraatil Kutub berbasis CBT, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian MQKN yang kini telah memasuki edisi ke-VIII. “Baru kali ini kita menyelenggarakan MQK ke-I dalam format digital. Sementara MQKN sendiri sudah berlangsung hingga ke delapan kalinya,” imbuhnya.
Selain itu, Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam (PAPKIS), memberikan apresiasi atas pelaksanaan simulasi tersebut sebagai bentuk kesiapan pesantren dalam menjawab tantangan era digital.
“Simulasi CBT ini menunjukkan bahwa pesantren bukan hanya lembaga pendidikan tradisional, tapi juga mampu bergerak maju dengan inovasi teknologi,” ungkap Kabid PAPKIS saat meninjau pelaksanaan simulasi di salah satu titik lokasi.
Ia menilai bahwa pelaksanaan CBT dalam ajang MQKN menjadi langkah penting dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam proses seleksi peserta. Selain itu, kehadiran teknologi seperti *face recognition* atau pengenalan wajah untuk proses verifikasi peserta juga diapresiasi sebagai bentuk keseriusan panitia dalam menjaga keaslian dan kejujuran selama pelaksanaan tes.
“Ini adalah terobosan luar biasa. Face recognition memastikan bahwa hanya peserta yang sah yang bisa mengikuti tes. Ini penting untuk menjaga marwah MQKN sebagai ajang keilmuan kitab kuning yang bermartabat,” tegasnya.
Kabid PAPKIS juga mengajak seluruh pesantren di Indonesia untuk terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, tanpa mengurangi substansi keilmuan klasik yang menjadi kekuatan utama pesantren.
“Transformasi digital dalam MQKN ini semoga menjadi inspirasi bagi pesantren-pesantren lain untuk terus berinovasi. Literasi kitab kuning tetap kita pegang, tapi dengan pendekatan yang lebih adaptif terhadap zaman,” pungkasnya.
Simulasi CBT MQKN ini menjadi tahapan penting sebelum pelaksanaan resmi Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional ke-VIII, yang akan mempertemukan para santri terbaik dari seluruh penjuru Indonesia dalam kompetisi keilmuan kitab kuning.
Wilayah
Pembukaan Simulasi CBT MQKN ke-VIII: Sistem Verifikasi Faktual Berbasis Face Recognition
- Senin, 16 Juni 2025 | 12:55 WIB
