Mamuju (Kemenag) -- Kementerian Agama tahun ini di bawah kepemimpinan Gus Yaqut membawa sejumlah inovasi dan terobosan pada pelayanan dalam hal keagamaan kepada umat, salah satu contohnya penyelenggaraan ibadah haji.
Hari ini dalam kaitan eksistensi penyuluh agama islam juga diberi inovasi agar penyuluh tidak stagnan memberikan layanan hanya pada bidang keagamaan, namun juga mampu memberikan layanan pada bidang sosial.
Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, H. Adnan Nota saat memberikan sambutan sebelum membuka kegiatan "Dialog Penyuluh Agama Islam Penggerak" secara daring. (25/7/2024)
"Ada yang menarik dalam pradigma penyuluh. Saat ini penyuluh masih membawa paradigma lama, bahwa penyuluh hanya akan berbicara agama di masayarakat, hanya akan memberi layanan keagamaan di masyarakat. Hal ini oleh Gus Yaqut dikembangkan bukan hanya mengurusi persoalan orang di masjid, catin dst. Tapi juga akan melayani persoalan sosial lain contohnya stunting," jelas Kakanwil Adnan.
"Meskipun penyuluh tidak mempunyai kompetensi di bidang itu tapi penyuluh diharapkan mampu memfasilitasi dengan cara lain seperti bekerjasama dengan puskesmas, dinas kesehatan dst," terangnya lebih lanjut.
Menurut Kakanwil, kemampuan lebih tersebut harus bisa dikolaborasikan dengan stakeholder yang lain, sehingga tidak hanya fokus mengurusi bidang keagamaan.
Kemudian Kakanwil juga menjelaskan bahwa kehadiran Kementerian Agama tentu untuk memberikan kepastian layanan pada bidang keagamaan, karena ini merupakan tusi pokok. Namun, ketika berbicara agama tidak bolah hanya dibatasi mengurusi persoalan tahlilan, tuziah, akikah dst. Penyuluh harus punya kompetensi lebih di bidang itu, seperti membaca kitab-kitab, contohnya di Sulawesi bagian Barat dan Selatan yakni, Barzanji.
Berdasarkan beberapa perhatian di atas maka Kakanwil berharap, pada kesempatan yang lain dibentuk forum-forum pertemuan pada tingkat kecil di bawah agar bisa mengidentifikasi persoalan-persoalan yang mucul di masyarakat.
Karena menurut Kakanwil, akan berbeda ketika orang yang memiliki kemampuan agama mumpuni dalam menyampaikan sebuah gagasan kepada masyarakat ketimbang orang yang tidak memiliki konsepsi dasar kegamaan.
Menurutnya dengan value dasar keagamaan masyarakat akan senang karena difasilitasi oleh penyuluh.
Pada penghujung sambutannya Kakanwil berharap para penyuluh terus mengembangkan kompetensinya agar bisa menyesuaikan diri dengan kondisi realita di masyarakat. Karena menurutnya dibutuhkan kemampuan mengeksplor sekaitan dengan kondisi sosial masyarakat.
Pada sambungan daring tersebut hadir Kepala Bidang Bimas Islam, Ketua Tim Penerangan Agama Islam, dan Penyuluh Agama Islam se-Sulbar.