Menjadi Manusia Rohani

Oleh : Ilham Sopu

Judul di atas terinspirasi dari salah satu judul buku dari  cendekiawan muda NU, Dr. KH Ulil Absar Adalla. Beliau sangat menguasai akses ilmu ilmu keislaman klasik dan ilmu ilmu keislaman modern. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna (QS.95.4). Sekaligus manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia (QS.17.70 ) letak kesempurnaan manusia sebagai ciptaan Tuhan adalah bentuk fisik dan ruhaninya.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai dua dimensi, dimensi jasmani dan dimensi ruhaniah, atau dimensi nasut dan lahut. Dua dimensi ini saling tarik menarik dalam diri manusia, bila dimensi nasut yang menonjol  manusia akan tampil dengan sifat sifat yang rendah, manusia akan jatuh ketempat yang bertentangan dengan nilai nilai kemanusiaan. Demikian sebaliknya bilamana sifat lahut yang menonjol maka sifat sifat kemanusian dan sifat keilahian akan mewarnai nilai kehidupannya. Begitulah seterusnya. Karena memang manusia berasal dari tanah kemudian Tuhan memberikan modal primordial kepada manusia berupa ruhani.

Perjalanan kehidupan manusia itu akan banyak dipengaruhi oleh sejauh mana dia mampu mengakses nilai nilai keagamaan atau nilai keilahian yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan sebagai pendamping manusia dalam kehidupan dunia ini. Kalau pengaruh agama dapat menginternalisasi dalam diri manusia, manusia akan muncul sebagai makhluk makhluk rohani.

Sebenarnya jati diri manusia itu adalah rohaninya, jasmani itu sekedar kendaraan saja buat ruhani, ruhani  inilah yang akan berhubungan dengan Tuhan, karena memang ruhani itu asalnya dari Tuhan. Sebelum manusia dilahirkan ke bumi, manusia itu pernah melakukan perjanjian primordial kepada Tuhan, ketika manusia masih berada alam rahim, Tuhan pernah berkata, "Bukankah aku ini Tuhanmu ?, kemudian manusia menjawab , betul engkau adalah Tuhan kami".

Itu adalah benih benih kebaikan bahwa manusia itu adalah  makhluk yang superior, karena dari awal, sebelum lahir ke dunia mereka sudah berdialog dengan Tuhan, beda dengan makhluk makhluk yang lain, yang tidak punya modal untuk mengenal Tuhannya. Manusia harus menyadari potensinya, selama ini kita kurang fokus sebagai makhluk ruhani.

Manusia modern sekarang terjebak dengan hal hal yang bersifat materialisme, mereka terjebak kepada yang sifatnya kekinian dan kedisinian, dan lebih berorientasi kepada hal hal yang jangka pendek, kurang memanfaatkan potensi yang mereka miliki yaitu potensi ruhaninya. Bahkan ada ungkapan sufi yang mengatakan "siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya", ungkapan ini sangat tepat, karena memang manusia punya potensi keilahian dalam dirinya, jadi kalau potensi itu digali akan mudahlah manusia untuk semakin dekat dengan Tuhannya.

Dalam hadis Qudsi dikatan "Sesungguhnya Allah menciptakan adam menurut gambarnya", disini Tuhan menyalurkan sifat sifatnya kepada manusia, tentu saja manusia dapat mengakses sifat Tuhan sesuai dengan kemampuan manusia. Betapa luarbiasanya manusia bila dilihat dari sisi ruhaninya, sangat banyak ungkapan ungkapan keagamaan yang mendukung bahwa manusia itu makhluk yang sangat banyak di berikan fasilitas fasilitas yang istimewa yang di berikan oleh Tuhan kepadanya. Oleh sebab itu salah satu pintu yang disiapkan oleh Tuhan untuk mencerdaskan ruhani manusia adalah lewat pintu puasa.

Memaksimalkan ibadah puasa ini akan memberikan solusi terhadap ruhani manusia yang selama ini  tertutupi oleh tirai atau tertutupi karena terlalu banyaknya kemaksiatan kemaksiatan yang diperbuat oleh manusia sehingga ruhaninya terkubur dan tidak bisa menampakkan sinar sinar kebenaran.

Itulah potensi yang sangat besar yang dimiliki manusia. Sebenarnya seluruh ajaran islam yang terhimpun dalam rukun islam itu akan mengembalikan manusia sebagai makhluk yang suci atau makhluk ruhani. Syahadat itu mensucikan tauhid, shalat itu mensucikan jiwa, puasa itu mensucikan ruhani, zakat itu mensucikan harta, dan haji itu mensucikan perjalanan menuju Tuhan yang disimbolkan dengan tawaf mengelilingi ka'bah.

(Pambusuang, Mei 2025)


Opini LAINNYA

Memahami Perintah Tuhan

Orientasi Dalam Beragama

Persaudaraan Sejagat

Menterjemahkan Simbol Beragama

Menjadi Manusia Rohani

Nuhiyah Penammatan Tiga Tingkatan