Dua perwakilan Pokjaluh Agama KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar yakni Riyad S.Pd (Penyuluh Spesifikasi Desa Galung Lombok) dan Burhanuddin Hamal (Penyuluh Fungsional) andil selaku Dewan Hakim lomba Tilawah Al-Qur'an pada "Festival Sureq Karama" Tingkat Kec. Tinambung di Manjopai Desa Karama, Jum'at 10 s/d 14/11/2023.
Perhelatan ini mencerminkan betapa Pemerintah Desa Karama cukup menyadari pentingnya "nilai-nilai religiusitas" terkait pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan masa depan Negeri dalam semua skala (legitimasi muatan QS. Al-A'raf: 96). Selain cabang tersebut, beberapa cabang lain juga diperlombakan seperti race Sandeq Mini atau Soppeq (skil kecepatan jenis perahu lokal berukuran kecil), ragam kuliner lokal dan nyanyi solo versi karaoke yang bahkan menghadirkan pesertanya dari luar Sulawesi Barat.
Kegiatan bernuansa kebersamaan yang melibatkan aparat desa, para Kepala Dusun dan kalangan Remaja Mesjid ini diharapkan menjadi agenda rutin yang ke depan "gaungnya" bisa ditingkatkan. "Ini adalah awal yang baik dan mudah-mudahan tak hanya sampai di sini". Demikian simpul sambutan Bapak Kepala Desa Karama, Ahmad Madanrang, sebagaimana yang juga disampaikan Saharuddin Musa S.Sos selaku Ketua BPD Desa Karama.
Kegiatan ini menyentuhkan kesan positif di hati masyarakat. Betapa tidak, disamping muatan syi'ar agamisnya juga menjadi kesempatan bagi generasi muda untuk bisa menyalurkan bakat-bakat seni serta pelestarian budaya lokal agar tidak terpendam. Ekonomi kerakyatan selama kegiatan ini berlangsung pun menjadi ikut terbantu. Karena itu, sebuah kewajaran bila kegiatan ini rutin diagendakan oleh Pemerintah Desa setempat.
Secara umum, konsistensi membangun dinamika peradaban dalam kombinasi unsur budaya dan agama terbilang penting. Bukankah efektifitasnya diharapkan bisa melahirkan generasi yang didalam perspektif budaya Kemandaran dikenal lewat filosofi "mamea gambana tamma' topa mangayi" ?. Penjabaran sosok tersebut tercermin lewat sinergitas antara nilai-nilai keberanian, kebenaran dan tanggung jawab plus berwawasan agamis.
Menyorot tentang suksesnya pembangunan kehidupan secara makro, kata kuncinya ada pada pembenahan internal diri manusia secara mikro. Paragraf ketiga dari lagu kebangsaan Indonesia Raya mensugesti lewat kalimat "bangunlah jiwanya bangunlah badannya". Hal tersebut menunjukkan bahwa antara manusia dan kehidupan esensinya dimediasi oleh Sunnatullah (kausalitas yang saling mempengaruhi). Refleksi "hukum sebab akibat" inilah kemudian yang secara natural menjadi fakta-fakta empirik di sepanjang sejarah kehidupan manusia (muatan QS. Ar-Rum: 41).
Term membangun "Manusia Indonesia Seutuhnya" tak hanya berkenaan dengan capaian berbagai ilmu pengetahuan, melainkan proporsionalitas nilai-nilai seni sebagai rangkaian nikmat Tuhan juga penting diberdayakan (muatan QS. Ibrahim: 7).
Dalam konteks agama, pemberdayaan tersebut menjadi penyangga otoritas manusia terkait posisinya sebagai "sentral kutub" dari eksistensi kehidupan.
Karena itu, di tataran kearifan lokal Kemandaran sejak awal juga mengusung konsep pemberdayaan diri. Bahwa seperti halnya anatomi tubuh manusia yang punya "pusat", realitas makronya kehidupan ini pun jangan sampai bertentangan dengan fungsi Masjid (implementasi nilai-nilai sujud kepada Tuhan) sebagai penentu reputasi dan eksistensi peradaban manusia ke masa depan. Pendek kata, dimana ada interaksi manusia, di situ ada makna-makna sujud kepada-Nya.
Ushikum wanafsi bitaqwallah, Wallahu a'lam bisshawab.
Penulis/Kontributor :
Burhanuddin Hamal (Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar)
Daerah
Dua Perwakilan Pokjaluh KUA Tinambung Jadi Dewan Hakim Lomba Tilawah Al-Quran Tingkat Kec. Tinambung
Dua Perwakilan Pokjaluh KUA Tinambung Jadi Dewan Hakim Lomba Tilawah Al-Quran Tingkat Kec. Tinambung
- Rabu, 15 November 2023 | 08:09 WIB