"Slametan", Sebuah Tradisi Masyarakat Transmigran Mamuju Tengah Menyambut Waisak

Umat Buddha Desa Waeputeh melakukan "slametan" (Sabtu, 3/6/2023) sebagai persiapan menyongsong peringatan waisak yang akan jatuh pada hari Minggu 4 Juni 2023.

Topoyo (Humas Kanwil) - Seluruh umat Buddha di Indonesia bakal menyongsong detik-detik Waisak 2567 BE pada Minggu (4/6/2023). Menyongsong peringatan tersebut umat Buddha di Mamuju Tengah yang seluruhnya merupakan warga transmigran dari pulau jawa mengadakan "slametan", sebuah tradisi yang sudah dilakukan turun temurun.

Sama seperti malam ini (Sabtu, 3/6/2023), umat Buddha di Desa Waeputeh, Kecamatan Topoyo mengadakan "slametan" yang dirangkaikan dengan Puja Bhakti. 

Menurut Pembimas Buddha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat TS. Haryanto, sebelum memperingati Waisak Umat Buddha di Sulawesi Barat khususnya di Mamuju Tengah biasanya mengadakan "slametan" di malam menyongsong detik-detik Waisak. Rangakaiannya dimulai dari Puja Bhakti yang kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah bersama.

Di Mamuju Tengah, tradisi "slametan" berlangsung di 3 Desa di mana desa-desa tersebut memiliki jumlah umat Buddha yang banyak; Desa Salugatta (Vihara Giri Kartika), Desa Waeputeh (Vihara Eka Virya Sasana) dan Desa Benggaulu (Vihara Dhamma Manggala). 

Tradisi ini tidak terlepas dari tradisi kebudayaan Jawa yang telah berlangsung turun temurun yang terus dilestarikan umat buddha yang notabenenya merupakan transmigran dari pulau jawa sejak tahun 1981.

Slametan atau selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Salah satu upacara adat Jawa ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Sang Pencipta.

Dalam hal ini menyongsong perayaan Waisak, Slametan dilakukan sebagai bentuk kerinduan dan rasa syukur menyongsong peringatan Waisak, sekaligus sebagai wujud doa dan harapan agar peringatan Waisak senantiasa diberi kelancaran.


Wilayah LAINNYA