Nasionalisme dan Moderasi Beragama Kunci Perkokoh Persatuan, Pesan Kakanwil Adnan pada Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama

Kakanwil Adnan pada Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama

Mamuju, 16 Januari 2025 – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Dr. H. Adnan Nota, MA, yang juga menjabat sebagai Ketua PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) Sulawesi Barat, memberikan sambutan pada acara Dzikir dan Doa Istighosah dalam rangka Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama. Kegiatan yang berlangsung di halaman Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mamuju ini mengusung tema “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat.”

Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua FKUB Sulawesi Barat, Ketua MUI Sulawesi Barat, Ketua PCNU Mamuju, Ketua MUI Mamuju, Kabag TU, Kankemenag Mamuju, para Kepala Bidang Kanwil Kemenag Sulawesi Barat, Kasubag TU Kemenag Mamuju, serta sejumlah Banom Nahdlatul Ulama.

Dr. Adnan Nota menekankan bahwa Harlah ke-102 NU tidak hanya menjadi momentum refleksi sejarah, tetapi juga penguatan nilai-nilai nasionalisme dan moderasi beragama. “Dengan konsep hubbul wathon minal iman yang diajarkan oleh Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, kita diajak untuk menjaga persatuan dan semangat cinta tanah air. Moderasi beragama adalah kunci untuk menerima perbedaan dalam masyarakat kita,” tegasnya.

Kick-off Harlah NU ke-102 telah dilaksanakan pada 16 Januari 2025, dan rangkaian acara akan berlangsung hingga 15 Februari 2025. Menurut Dr. Adnan, peringatan ini harus menjadi renungan bersama bagi bangsa Indonesia, mengingat pentingnya menjaga karakter kebangsaan di tengah dinamika organisasi dan kehidupan bermasyarakat.

“NU telah melalui berbagai situasi sejak masa Orde Baru hingga saat ini. Dengan konsep cinta tanah air yang diajarkan oleh Rasulullah, NU terus menjadi penjaga nilai-nilai kebangsaan. Jika negara ini damai, maka yang diuntungkan adalah Kementerian Agama, karena isinya warga Nahdliyin. Oleh sebab itu, warga Nahdliyin selalu mendoakan kebaikan untuk negara, seperti yang kita lakukan malam ini,” ujarnya.

Dr. Adnan juga mengingatkan pentingnya menghormati simbol-simbol negara sebagai wujud nasionalisme. “Ketika bendera berkibar gagah, adzan akan terus berkumandang dengan syahdunya. Resolusi jihad yang dikumandangkan Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari menegaskan bahwa membela tanah air dari penjajah adalah fardhu ain, wajib bagi setiap warga negara,” jelasnya.

Melalui Harlah ke-102 ini, warga Nahdliyin diajak untuk terus merajut kerukunan dan memperkuat moderasi beragama dalam seluruh aspek kehidupan. “Dengan nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh Rasulullah, seperti mengizinkan umat Kristen beribadah di Masjid Nabawi, kita bisa menjadikan perbedaan sebagai kekuatan. Mari kita bersama mengejawantahkan kecintaan terhadap negara ini dengan saling asah, saling asuh, dan saling membersamai setiap proses kenegaraan,” pungkasnya.

Dr. Adnan juga menekankan pentingnya mendukung kebijakan pemerintah demi kemaslahatan bersama. “Jika pemerintah menyerukan bersih-bersih, maka warga Nahdliyin harus menjadi yang terdepan. Jika diwajibkan membayar pajak, kita harus mematuhinya. Seluruh kebijakan pemerintah dirancang untuk eksistensi dan kemajuan negara yang kita cintai ini,” imbuhnya.

Melalui perayaan Harlah ke-102 ini, NU diharapkan semakin memperkuat nilai-nilai moderasi beragama, semangat nasionalisme, dan persatuan demi Indonesia yang maslahat dan harmonis.


Wilayah LAINNYA