Mamuju – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Sulawesi Barat, Adnan Nota, menyampaikan pentingnya menjaga kerukunan dan harmoni dalam keberagaman di Indonesia. Hal ini diutarakan dalam sambutannya saat menghadiri Perayaan Natal Oikumene bersama umat Kristiani di Ballroom Hotel Maleo, Mamuju, pada Jumat (10/01/2025). Acara tersebut turut dihadiri oleh Penjabat (Pj.) Gubernur Sulawesi Barat, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Kristen, Katolik, dan Buddha, serta tokoh-tokoh agama lainnya.
Dalam sambutannya, Adnan Nota menegaskan bahwa perbedaan keyakinan dan budaya di Indonesia adalah kekuatan yang harus dirajut menjadi harmoni. “Hari ini Indonesia hebat, Indonesia bisa bersatu, Indonesia melaju pesat karena saudara-saudara dari berbagai agama, termasuk Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu, memiliki satu pandangan bersama untuk mencapai tujuan yang ada di depan, yaitu Indonesia Maju 2045,” ungkapnya.
Adnan juga menyoroti pentingnya saling menghormati keyakinan masing-masing. Ia memberikan contoh terkait pemahaman yang berbeda mengenai makanan seperti rendang. “Menurut literasi yang saya baca, bahan baku rendang awalnya adalah kerbau, namun kini rendang diolah dari berbagai bahan dasar. Bagi sebagian saudara kita, rendang dianggap sebagai makanan Muslim. Namun, sejak kapan rendang bersyahadat?” candanya, yang disambut gelak tawa hadirin. Pernyataan ini disampaikan untuk menekankan bahwa perbedaan perspektif harus dihargai dalam semangat kebersamaan.
Kakanwil juga menjelaskan paradigma Islam yang dianut oleh Nahdliyin, yaitu al-muhaafadhah ‘alaa al-qadiem al-shaalih wa al-akhdz bil-jadied al-ashlah. Artinya, mempertahankan nilai lama yang baik dan menerima nilai baru yang lebih baik. Paradigma ini, menurut Adnan, relevan dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman bangsa.
“Kebersamaan ini, kesyahduan ini, tidak boleh hilang atau luntur hanya karena egoisme keyakinan. Keyakinan adalah pemberian Tuhan, dan ketika kita menolak itu, artinya kita melawan Tuhan dan takdir pada posisi kemanusiaan,” tegasnya.
Dalam acara tersebut, juga dilakukan penyalaan lilin persaudaraan sebagai simbol kerukunan dan toleransi yang terus terjaga di Sulawesi Barat, Bumi Malaqbiq. Simbol ini merefleksikan semangat bersama dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman.
Acara ini menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antarumat beragama di Sulawesi Barat. Adnan Nota menutup sambutannya dengan mengajak seluruh pihak untuk terus menjaga harmoni dalam keberagaman demi mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera pada tahun 2045.