Biografi Andi Ariani Hidayat, Peserta Penyuluh Agama Islam Award Nasional 2025

Biografi Andi Ariani Hidayat, Peserta Penyuluh Agama Islam Award Nasional 2025

Dr. Andi Ariani Hidayat lahir di Bulukumba, 19 Desember 1987. Sosok yang akrab disapa ibu Ariani ini merupakan Penyuluh Agama Islam Fungsional di Kementerian Agama Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, sekaligus Dosen di Universitas DDI AGH Abdurrahman Ambo Dalle, Polewali Mandar.

Selain kiprahnya di dunia penyuluhan dan akademisi, ibu Ariani juga merupakan ARK (Aktor Resolusi Konflik) yang bertugas mengidentifikasi dan memitigasi konflik, membangun dialog, agar tercapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan khususnya masalah yang berdimensi sosial keagamaan di wilayah Kec. Sesenapadang.

Dalam ajang Penyuluh Agama Islam Award Nasional 2025, beliau tampil dengan inovasi unggulan bertajuk SYAFAA (Sertifikat Syahadat Muallaf), dalam kategori Pendampingan Kelompok Rentan

SYAFAA adalah program gagasan Dr. Ariani yang dirancang sebagai jawaban atas kebutuhan muallaf akan pengakuan administratif dan pembinaan spiritual yang berkelanjutan. Sertifikat Syahadat Muallaf (SYAFAA) bukan hanya simbol legalitas pengislaman, tapi juga pintu masuk menuju pembinaan berkelanjutan berbasis kasih sayang, toleransi, dan pemahaman keislaman yang menyeluruh.

Dengan program ini, muallaf mendapatkan sertifikat resmi yang diakui negara, serta akses ke pendampingan intensif meliputi pendidikan dasar Islam, pelatihan ibadah, penguatan akidah, dan bimbingan psikososial. Program ini juga berjejaring dengan instansi terkait seperti Dukcapil, Baznas, dan MUI untuk memastikan integrasi antara kebutuhan spiritual dan administratif.

SYAFAA lahir dari pengamatan lapangan ibu Ariani, yang melihat banyaknya muallaf yang setelah mengucap syahadat justru hidup dalam kesepian spiritual dan keterasingan sosial. Melalui SYAFA, ia hadir membawa Islam yang memanusiakan manusia, meneguhkan nilai rahmatan lil alamin.

Kiprah dan Keseharian

Ibu dari tiga putri ini dikenal aktif menjangkau masyarakat akar rumput, terutama komunitas rentan seperti muallaf, kaum perempuan, hingga remaja usia sekolah. Selain itu Ia juga konsisten membina Majelis Taklim, menyampaikan ceramah keislaman di berbagai forum, dan mengembangkan materi penyuluhan berbasis pendekatan tematik dan partisipan.

Ibu Ariani juga aktif mengangkat isu-isu sosial kontemporer, seperti pernikahan anak, stunting, moderasi beragama, dan ketahanan keluarga Islami dalam program bimbingan dan edukasi masyarakat.

Pendekatan yang ia gunakan sangat humanistik: tidak menggurui, tetapi merangkul, mendengar, dan membimbing dengan kasih. Ia juga dikenal inovatif dalam metode penyuluhannya, seperti program bengkel Sakinah yang ia bentuk sebagai wadah konsultasi Masyarakat khusunya orang tua dan remaja agar memahami tentang keluarga sakinah, dan dampak pernikahan dini.

Dedikasi dan Filosofi Hidup

Peraih Beasiswa Mora 5000 Doktor ini memiliki prinsip yang menjadi pegangannya dalam menjadi seorang penyuluh yaitu menjadi seorang penyuluh bukan semata tugas negara, melainkan ibadah dan pengabdian kepada umat. Ia meyakini bahwa kehadiran negara harus dirasakan nyata oleh mereka yang paling membutuhkan dengan wajah Islam yang lembut, inklusif, dan memberi harapan.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

"Khairukum anfa'uhum linnas" – Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.


Wilayah LAINNYA