Sapa Ramadan (3) : Puasa Pemanasan Diri

H. M. Sahlan - Katim Penais dan SI Bidang Bimais Kanwil Kemenag Sulbar.

Kita tahu genteng, ia asalnya dari tanah liat yang diinjak-injak oleh kaki manusia. Tidak ada harganya. Namun, setelah tanah berubah menjadi genteng, ia diletakkan di bagian rumah yang paling atas, jauh di atas kepala, memberikan perlindungan penghuni rumah dari kepanasan dan kehujanan. Nilainya begitu penting. Apa yang membuat derajat atap rumah ini terangkat ? Genteng telah melalui sebuah proses penggemblengan dan pemanasan diri.

Inilah sedikit ilustrasi dari betapa perlunya proses penggemblengan, penempaan dan pemanasan diri agar mendapatkan derajat yang lebih tinggi. Ramadhan akar kata bahasa Arab ramadha yarmudhu ramadhan yang artinya "panas membakar "panas membakar ini berasal dari sinar matahari. Orang Arab dahulu ketika memindahkan nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka namakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilaluinya. Kebetulan bulan Ramadhan masa itu melalui masa panas akibat sengatan terik matahari. Apalagi bagi pejalan kaki di atas padang pasir pada masa itu. Ramadhan bermakna panas membakar juga didasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa tengah terbakar pada bulan itu akibat menahan makan minum seharian. Panas membakarnya ramadhan juga memberi energi membakar dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia.

Dari latarbelakang di atas, bulan Ramadhan senantiasa hadir setiap tahun pada dasarnya adalah madrasah atau wahana untuk penggemblengan dan pemanasan diri agar manusia menjadi baik diantara khalayak manusia. (hubungan horizontal dan vertikal).

Adapun penyebab manusia keluar dari fitrah yang menyebabkan berlumuran dosa karena banyak menuruti hawa nafsu. Oleh karena itu, di bulan yang mulia ini manusia di bakar, ditempa, digembleng dan dipanasi dengan berbagai aktivitas kebajikan agar hawa nafsu tertundukkan dan lumuran dosa itu hilang. Rasulullah SAW bersabda, "bila datang ramadhan, pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu Jahannam ditutup dan gembong-gembong syaitan di belenggu. (H. R. Bukhari Muslim).

Penggemblengan dan pemanasan diri ini ada yang wajib seperti yang wajib puasa, zakat fitrah hingga yang sunnah seperti i'tikaf, tadarus, tarawih dan sedekah. Ada juga yang berbentuk fisik, seperti memberi makan berbuka kepada fakir miskin hingga yang psikis seperti sabar, tawakkal, amanah, jujur dan sebagainya. Wahana yang tersedia sangat beragam tinggal apakah ada kemauan untuk melakukan proses penggemblengan dan pemanasan diri dengan sebaik-baiknya, santai atau justru keluar dari proses diatas atas dasar kemerdekaan yang diimpikan. Semoga energi positif membakar dosa dapat memelihara performance kita menuju bulan-bulan selanjutnya.


Opini LAINNYA