Pokjaluh Tinambung Lakukan Silaturrahmi dan Penyuluhan Keagamaan di MA DDI Tinambung

*Pokjaluh Tinambung Lakukan Silaturrahmi dan Penyuluhan Keagamaan di MA DDI Tinambung

Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Agama KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar melakukan Kunjungan Silaturrahim Dan Penyuluhan Keagamaan di Madrasah Aliyah DDI Tinambung, Senin 11/09/2023 Pukul 09.00 Wita s/d Selesai.

Agenda kebersamaan yang scedule berikutnya juga akan menyambangi sekolah-sekolah lain, baik dibawah naungan Kemenag maupun Diknas Se Kec. Tinambung ini dimaksudkan untuk mengawal dinamika dan pertumbuhan kepribadian para anak didik. 

Terkait ini, realita masa depan generasi yang diharapkan adalah seimbangnya antara orientasi cita-cita Duniawi lewat capaian ilmu yang dimiliki dengan wawasan kebangsaan plus keagamaan sebagai tatanan pengendali (muatan QS. Al-Qashash: 77). 

Mewakili pihak sekolah, Amiruddin S.Pd mengapresiasi kegiatan ini yang ending-nya tentu saja diharapkan membangun nilai-nilai pendidikan berbasis keseimbangan (kolaborasi antara sisi budaya, prinsip kebangsaan dan agama).

Salah satu dampak dinamika zaman yang cukup 'menggelisahkan' saat ini adalah semakin tergerusnya minat para generasi untuk tahu membaca Al-Qur'an plus memahami hal-hal keagamaan lainnya (khususnya yang beragama Islam).

Jika pergeseran nilai ini dibiarkan maka pragmatisme sosial kita akan makin tak bersinergi dengan tujuan pendidikan yakni untuk mewujudkan Manusia Indonesia yang seutuhnya.

Muatan keseimbangan yang termakna pada kata SEUTUHNYA itulah penting 'diikhtiyarkan' dalam bentuk intensitas pendidikan. Banyak hal yang kelak dikhawatirkan terjadi akibat ketidak-seimbangan nilai pendidikan di kalangan generasi. 

Bukan tak mungkin, salah satunya adalah hikmah percontohan kepribadian Fir'aun yang merefresentasikan kesombongan manusiawi. Sosoknya yang cenderung mengkultus diri sebagai yang 'segalanya' ahirnya menafikan Tuhan sebagai 'Konsultan Sejati' (Sekuler).

Karena itu, jika dikemudian hari kita tidak ingin melahirkan generasi berkategori 'dzurriyyatan dhiafa' (lemah dalam multi sisi) maka fungsi agama sebagai pembentuk mentalitas dan keseimbangan karakter menjadi hal yang teramat penting dibangun sedini mungkin.

Terkait output pendidikan, tataran kearifan lokal pun sejak awal mengusung filosofi MAMEA GAMBANA TAMMA' TOPA MANGAYI (Berani, Benar dan Bertanggung Jawab plus Berwawasan Agamis) sebagai standar profil generasi di masa depan.

Hal ini menyiratkan pesan bahwa untuk bisa membangun Bangsa yang bercorak pluralis ini maka yang diperlukan adalah negarawan yang agamawan atau agamawan yang negarawan.

Ushikum wanafsi bitaqwallah, Wallahu a'lam bisshawab.

Penulis/Kontributor :
Burhanuddin Hamal (Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar)


Opini LAINNYA