Mamuju (Humas kanwil) Peringatan Hari kesaktian Pancasila yang ditetapkan pada tanggal 1 Oktober bertujuan untuk mengenang dan memberi penghormatan terhadap gugurnya para pahlawan revolusi dalam Gerakan 30 September (G/30/S) pada Tahun 1965.
Moment kelam bagi bangsa Indonesia ini menjadi tonggak sejarah bagaimana perjuangan para pahlawan revolusi dalam mempertahankan ideologi pancasila agar tidak tergantikan oleh paham apapun.
Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam Kanwil Kemenag Sulbar, Syamsul yang didaulat menjadi pembina apel (02/10/23) memusatkan perhatian pada moment yang diperingati setiap awal bulang Oktober tersebut.
Menurut Kabid Papkis, Hari Kesaktian Pancasila saat ini bukan lagi diperingati dalam bentuk teori, namun harus diaktualisasi dalam bentuk aksi atau perbuatan
" itu (Peringatan hari Kesaktian Pancasila) terkait dengan bagaimana merealisasikan kesadaran dalan bentuk aksi"
Ia mengatakan jika pemahaman ideologi pancasila telah melewati phase dimana pancasila tidak lagi dibahas dalam bentuk verbal, namun hal tersebut telah memasuki tahapan realisasi dalam diri yang terwujud dalam sikap dan prilaku mencerminkan nilai-nilai pancasila.
"Pancasila hari ini bukan lagi waktunya dibahas di seminar-seminar namun saatnya kita internalisasikan dalam diri kita dalam bentuk sikap dan prilaku" ujarnya.
Lebih lanjut Syamsul menyampaikan salah satu aktualisasi nilai-nilai pancasila juga tertuang dalam konsep moderasi beragama yang menjadi program prioritas Kementerian Agama.
Syamsul berujar jika moderasi beragama merupakan upaya untuk menginternalisasi nilai-nilai pancasila baik terhadap ASN dilingkungan Kementerian Agama hingga kemasyarakat.
Ia berharap dengan adanya peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Aparatur Sipil Negara (ASN) Lingkup Kanwil Kemenag Sulbar terua menanamkan nilai-nilai pancasila melalui penguatan empat pilar moderasi beragama yakni Komitmen kebagsaan, toleransi, anti kekerasan, dan local wisdom (kearifan lokal).