Wajo (Kemenag) --- Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional yang tengah berlangsung di Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, tidak hanya menjadi ajang adu kecerdasan membaca kitab kuning, tetapi juga panggung diplomasi budaya dan pendidikan Islam antarnegara. Para peserta internasional memberikan apresiasi tinggi, menyebut acara ini luar biasa, banyak manfaat, dan sangat berkesan.
Testimoni positif ini datang dari perwakilan peserta yang berasal dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Kamboja. Mereka sepakat bahwa pengalaman berharga yang didapatkan tidak hanya sebatas kompetisi membaca kitab turats, tetapi juga pertukaran informasi tentang tradisi keilmuan pesantren.
Muhammad Khoiri bin Muhammad Salahuddin, peserta dari Brunei Darussalam yang bersaing di cabang fikih melalui kitab Hidayatul Mustafid, mengakui atmosfer kompetisi yang intens. Ia tidak menampik adanya rasa tegang saat awal perlombaan.
"Tentu ada perasaan nervous saat melihat lawan-lawan dari negara lain yang semuanya menunjukkan kualitas hebat. Ini bukan sekadar lomba, ini adalah pertemuan para santri terbaik," ujar Khoiri dalam bahasa Melayu di Ponpes As'adiyah Pusat Sengkang, Senin (6/10/2025).
"Namun, kami sangat bersyukur bisa mencapai tahap final ini dan optimis bisa memberikan yang terbaik untuk negara,” tambahnya.
Senada dengan Khoiri, Nurul Afifah Balqeis binti Ruslee dari Malaysia dan Fadhilah binti Mansur dari Kamboja juga mengungkapkan rasa bangga dapat mengikuti perhelatan acara ini. Bagi mereka, capaian ini sudah merupakan kemenangan tersendiri.
"Lawan-lawan kami sangat cerdas dan mempersiapkan diri dengan baik. Kami menyadari standar kompetisi ini sangat tinggi," kata Fadhilah.
"Kami berharap dapat membawa pulang gelar juara, namun yang paling penting, pengalaman ini telah menjadi tambahan ilmu yang tak ternilai,” lanjutnya.
Pelayanan Prima dan Keramahan Tuan Rumah
Aspek penyelenggaraan acara juga menjadi sorotan utama yang mendapat pujian. Seluruh peserta internasional mengaku terkesan dengan kualitas pelayanan dan fasilitas yang diberikan selama kegiatan berlangsung di Wajo.
"Kami merasa sangat dihargai dan diurus dengan baik. Sejak kedatangan hingga saat ini, semuanya difasilitasi dengan sangat bagus. Akomodasi, konsumsi, transportasi, semua berjalan lancer,” tutur Afifah.
Lebih dari sekadar fasilitas fisik, yang paling berkesan bagi mereka adalah sikap panitia acara. Mereka memuji panitia yang dinilai sangat ramah, cepat tanggap, dan informatif, menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung bagi para peserta yang berasal dari negara lain.
Jembatan Pertukaran Budaya Pesantren
Partisipasi dalam MQK Internasional ini dianggap memberikan manfaat ganda. Selain menguji kemampuan teknis qira’ah (membaca) dan fahm (pemahaman) kitab kuning, acara ini sukses menjadi wahana pertukaran informasi budaya.
Para delegasi luar negeri mendapatkan wawasan mendalam tentang model pendidikan pesantren di Indonesia yang kaya dan unik. Mereka menyebut, pengalaman ini memberikan perspektif baru yang akan mereka bawa kembali dan terapkan di institusi pendidikan Islam di negara masing-masing.
"Ini bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi juga tentang berbagi cara pandang dan metode pembelajaran. Kami senang sekali bisa melihat sekaligus belajar langsung bagaimana sistem pesantren yang hebat di Indonesia," tambah Afifah.
Para peserta internasional ini memiliki satu harapan besar untuk masa depan. Mereka berharap agar Musabaqah Qira’atil Kutub Internasional ini terus dilanjutkan.
"Acara ini sangat penting bagi perkembangan tradisi keilmuan Islam dan literasi kitab kuning di tingkat global. Kami berharap, tahun-tahun berikutnya, MQK Internasional dapat menarik partisipasi dari lebih banyak negara lagi, menjadikannya kompetisi yang lebih besar dan lebih baik," pungkas Afifah.
Keberhasilan MQK Internasional di Wajo ini menempatkan Sulawesi Selatan di peta dunia sebagai tuan rumah yang sukses dalam memajukan dan melestarikan tradisi keilmuan Islam klasik.