Implementasi Kurikulum Merdeka Memberikan Kesempatan Luas Bagi Guru untuk Berinovasi

Mamuju (Kemenag) - Pelaksana Tugas Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat, H.Syamsul, dalam sambutannya pada kegiatan pembinaan guru pendidikan agama kristen (PAK) di Hotel Srikandi, Mamuju pada hari Rabu (26 Juni 2024), menyampaikan tentang implementasi Kurikulum Merdeka.

H. Syamsul menuturkan bahwa meskipun secara fakta implementasi kurikulum merdeka di lingkungan Kementerian Agama telah berlangsung lama, namun secara administratif baru kali ini diberlakukan. Beliau menyadari bahwa setiap pergantian kurikulum selalu menimbulkan kebingungan bagi para guru, terlebih dengan adanya kurikulum-kurikulum sebelumnya seperti CBSA dan K13.

Namun demikian, H. Syamsul menegaskan bahwa sebagai abdi negara, kita diwajibkan untuk taat dan patuh terhadap keputusan pemerintah, termasuk dalam hal ini implementasi Kurikulum Merdeka. Beliau meyakinkan para guru bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah telah melalui kajian yang matang dan mendalam oleh tim ahli.

Lebih lanjut, H. Syamsul menjelaskan bahwa inti dari Kurikulum Merdeka adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk mendesain proses pembelajarannya sesuai dengan kompetensi dan karakteristik siswa. Hal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih terfokus pada penyelesaian dokumen-dokumen kurikulum dalam waktu tertentu.

Salah satu prinsip penting dalam Kurikulum Merdeka adalah diferensiasi pembelajaran, yaitu bagaimana guru memberikan perlakuan yang berbeda kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya masing-masing. H. Syamsul menekankan bahwa selama ini, banyak guru yang hanya fokus pada hasil belajar dan kurang memperhatikan proses belajar siswa.

"Jika kita terus menerus melakukan hal ini, maka peran kita sebagai pembimbing tidak akan terlihat," ujar H. Syamsul.

Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan kepada guru untuk mendesain pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Guru didorong untuk berinovasi dan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang kreatif dan menarik agar siswa dapat belajar dengan lebih efektif.

H. Syamsul menyadari bahwa implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya dalam mata pelajaran pendidikan agama, memiliki tantangan tersendiri. Guru agama tidak hanya dituntut untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan sikap dan perilaku siswa yang sesuai dengan nilai-nilai agama.

"Oleh karena itu, Guru agama harus mampu mendesain tidak hanya metode pembelajarannya, tetapi juga evaluasinya," jelas H. Syamsul.

Beliau juga mengingatkan para guru agama bahwa mereka harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, khususnya dengan aksesbilitas tanpa batas dunia maya di kalangan generasi muda.

Syamsul menjelaskan, bahwa saat ini mayoritas anak didik yang diajar masuk masyarakat milenial dan gen z yang menghabiskan waktunya di dunia maya sekitar 8 jam per hari. 8 jam yg dihabiskan itu mampu merubah perilakunya sebanyak 30%.

“Dulu orang tua bangga jika anaknya jarang keluar rumah, namun hari ini patut kita resah jika anak sering di kamar dan jarang keluar rumah, karena bisa saja mereka berselancar di dunia maya ke mana pun tanpa batas,” urai Syamsul.

“Tanggung jawab sebagai seorang guru agama saat ini menjadi lebih kompleks. Jika kita menjalaninya biasa-biasa saja maka tentu hasilnya akan biasa-biasa saja. Sementara, harapan dan ekspektasi masyarakat terhadap kita luar biasa, lebih dari sekedar yang diharapkan, makanya kita harus luar biasa,” terangnya lebih jauh.

"Kita harus bisa memanfaatkan teknologi untuk menunjang proses pembelajaran dan menjangkau siswa dengan lebih mudah," kata H. Syamsul.

H. Syamsul pun mengapresiasi para guru PAK yang telah berdedikasi dalam menjalankan tugasnya. Beliau berharap agar para guru dapat terus meningkatkan kompetensinya dan berinovasi dalam pembelajarannya sehingga dapat menghasilkan generasi muda yang beriman dan berakhlak mulia.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Pembimas Kristen Ayub, Penyelenggara Kristen Kantor Kemenag Kab. Mamasa Sonny Kurniawan dan 35 orang guru agama kristen tingkat menengah se-Sulawesi Barat yang menjadi peserta kegiatan.


Wilayah LAINNYA