"4 Syarat Kesamaan dalam Dhamma", Pesan Samanera Kalyanadhiro Kepada Para Pasangan Nikah Massal

Samanera Kalyanadhiro

Mamuju Tengah (Kemenag) -- Membangun sebuah rumah tangga perlu didasari dengan fondasi yang kuat, secara khusus dalam agama Buddha terdapat 4 syarat "Kesamaan dalam Dhamma" yang perlu diperhatikan sebagai indikator dalam kehidupan Suami Istri dalam berumah tangga.

Hal tersebut disampaikan oleh Samanera Kalyanadhiro dalam uraian Dhamma yang disampaikan pada kegiatan Nikah Massal yang diselenggarakan oleh Bimbingan Masyarakat Buddha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat (9-11 Mei 2024) di 3 tempat, yakni Vihara Dhamma Manggala (Kec. Karossa), Vihara Eka Virya Sasana (Kec. Topoyo) dan Vihara Giri Kartika (Kec. Budong-budong).

Samanera Kalyanadhiro saat menyampaikan uraian Dhamma, menjelaskan 4 syarat kesamaan dalam Dhamma yang harus diperhatikan;
Termuat dalam Digha Nikaya III, 152, 232 dan Anguttara Nikaya II, 32 Sang Buddha bersabda: “demikianlah perumahtangga, bila wanita dan pria keduanya mengharapkan hidup bersama pada kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang, maka mereka harus memiliki 4 (empat) hal yaitu: keyakinan yang sebanding *(samma saddha),* sila/perilaku yang sebanding *(samma sila)* , kemurahan hati yang sebanding ( *samma cagga* ), dan kebijaksanaan yang sebanding ( samma panna)”

Yang pertama, "Sama Keyakinannya". Keyakinan yang dimaksud dalam hubungan rumah tangga adalah penekanan pada meyakini satu keyakinan yang sama. Menurutnya jika keyakinan berbeda, keributan-keributan akan sering dialami. Perbedaan pandangan menyebabkan keributan.

Bila memiliki keyakinan yang sama maka lebih kecil kemungkinan untuk terjadi ketidak-harmonisan dalam keluarga, terutama dalam pendidikan anak-anak. Dengan mempunyai kesamaan keyakinan maka kegiatan sosial / aktivitas di Vihara akan dapat dilakukan bersama-sama dengan pasangan.

Yang kedua, "Sama Kemoralannya". Bagi umat Buddha, khususnya perumah tangga; dasar pelaksanaan moralitas yang diwajibkan untuk dilatih adalah lima pelatihan sīla (Pañcasīla). Pañcasīla sebagai dasar moralitas umat Buddha menjadi landasan hidup umat Buddha agar memiliki moral yang baik.

Samanera Kalyanadhiro mengutarakan betapa pentingnya menjaga Sila / Kemoralan dalam suatu hubungan yang berlandaskan:
•  Tidak menyakiti / tidak membunuh (menyayangi makhluk hidup) maka kita akan menyayangi orang-orang disekitar kita terutama keluarga kita dalam hal ini pasangan;
• Tidak mengambil yang tidak diberikan, berapapun uang yang kita punya atau pasangan punyai tidak tergerak untuk menyentuh ataupun mengambilnya. Sebaiknya tidak mengambil uang atau barang milik pasangan jika tidak diberikan untuk menghindari ketidakpercayaan.
• Tidak melakukan perbuatan asusila (tidak menduakan hati, tidak melakukan seks diluar perkawinan). Hal mendasar ini jangan pernah dilanggar. Jangan membiarkan kesempatan pihak lain untuk masuk ke dalam kehidupan keluarga kita, hindari curhat pribadi dengan / dari lawan jenis.
• Tidak berbohong (berkata jujur). Hal ini menjadi dasar sederhana namun penting
• Tidak mengkonsumsi makan minum yang menyebabkan lemahnya kesadaran (bila ini dilakukan, maka pelanggaran 4 kemoralan lainnya bisa terjadi)

Yang ketiga, "Sama Kedermawanannya". Menurut Samanera, bila pasangan memiliki kedermawanan yang sama, ingin membantu / berdana untuk kepentingan orang lain dan didukung / tidak dihalangi oleh pasangannya, maka mereka bisa melakukannya dengan bersama-sama penuh pengertian.

Jangan pernah melarang orang lain untuk berbuat baik. Oleh karena itulah diperlukan kesamaan kedermawanan. Kedermawanan tidak selalu dengan uang; bisa bersih-bersih vihara, senyum, berkata baik kepada orang lain dan lain sebagainya.

Yang keempat, "Sama Kebijaksanaannya". Pasangan yang memiliki kebijaksanaan yang sama dalam banyak hal, termasuk hal penguasaan diri. Kebijaksanaan yang dimaksud juga dalam hal mengatur emosi diri. Hal ini penting untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Kebijaksanaan ini dapat dikaitkan dengan kecerdasan emosional seseorang.

Menutup uraian Dhamma, Samanera berpesan kepada para pasangan, "Api dari di dalam rumah  tidak boleh dibawa ke luar rumah dan api dari luar rumah tidak boleh dibawa ke dalam rumah". Hal ini berarti bahwa masalah yang ada di dalam rumah tangga kiranya tidak dibawa atau digembar-gembor keluar rumah, begitu pula sebaliknya masalah yang dihadapi di luar rumah tidak dibawa ke dalam rumah tangga.


Wilayah LAINNYA