Pemikiran Moderat Prof. Ahmad M Sewang Oleh : Ilham Sopu

Oleh : Ilham Sopu

"Perbedaan adalah sunnatulah, dengan adanya perbedaan wawasan kita akan lebih luas dan kita akan menjadi moderat dalam beragama"

Seperti itulah yang sering diwanti-wanti Prof Ahmad M Sewang setiap kali bertemu dengannya. Ada kenyamanan tersendiri ketika bertemu dengan Prof Sewang (nama yang familier panggilan teman-temannya di kampus UIN Alauddin Makassar). Saya juga pernah mendengar nama ini disebut oleh Dr Harifuddin Cawidu (Almarhum) sewaktu beliau memberikan materi di PKU (Pendidikan Kader Ulama) di mesjid raya Makassar ditahun 1998, saat itu Dr Harifuddin Cawidu yang merupakan pakar teologi Islam, memberikan dorongan kepada kami peserta kader ulama, supaya mendalami sejarah Islam, dan beliau menyebut, supaya belajar kepada Pak Sewang, yang dimaksud oleh beliau adalah Dr Ahmad M Sewang.

Salah satu kebiasaan Prof Sewang setiap ketemu, setelah menanyakan kabar, beliau langsung memberikan wejangan tentang betapa pentingnya keilmuan, dan mengupasnya dalam berbagai aspek, seperti aspek kesejarahan dengan mengutip para ulama-ulama terdahulu, kemudian dikaitkan dengan ulama-ulama kontemporer saat ini. Kadang juga merembes ke persoalan teologi yang tentu saja diramu dalam bahasa yang mudah dicerna. Tetapi yang lebih banyak disinggung adalah persoalan-persoalan kontemporer dan dicoba menghubungkan dengan persoalan-persoalan sejarah masa lalu. Disinilah yang menjadi keahlian Pak Prof Sewang, sangat menguasai mata rantai sejarah dalam menjawab persoalan-persoalan kontemporer saat ini.

Siapapun yang mengenal beliau secara baik pasti merasakan kenyamanan mendengar nasehat-nasehat yang mencerahkan dari Beliau. Karena disamping penguasaan terhadap ilmu-ilmu keislaman khususnya pendekatan kesejarahan, cara penyampaiannya juga sangatlah komunikatif, biasa berbicara satu tema tertentu tapi bisa merembes ke tema-tema yang lain tanpa meninggalkan tema inti yang menjadi pembicaraan. Jadi betul-betul kita menikmati suatu tema yang kupasannya dari berbagai aspek keilmuan. Penguasaan terhadap sejarah Islam secara umum yang dimulai dari sejarah kenabian sampai ke kerajaan-kerajaan Islam Nusantara. Disitulah paripurnanya ilmu kesejarahan Prof Sewang, disamping penguasaan sejarah baik yang dipelajarinya sejak kuliah S1 sampai ke S3 dan penelitiannya di Belanda, Prof Sewang juga sangat menguasai kerajaan-kerajaan Islam Nusantara khususnya kerajaan Islam Gowa dan Bone karena itu penelitian disertasinya.

Salah satu kebiasaan Prof Sewang setiap akan ke Pambusuang, adalah menelpon ke Pambusuang dan menanyakan tentang, bagaimana Pambusuang sekarang, gimana perkembangan pengajian di Pambusuang dan banyak hal-hal yang dianggap penting tentang Pambusuang. Mungkin karena dia seorang yang sangat aktif menulis sehingga butuh referensi terkini untuk diramu dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan Prof Sewang kita bisa menikmati di media FB nya dan media wag, setiap minggu kita bisa menikmatinya dua  sampai empat kali dalam seminggu, dengan berbagai tema yang aktual. Dan itu menjadi bacaan wajib bagi kami untuk menikmati hidangan-hidangan keilmuan guna peningkatan wawasan keislaman dan kesejarahan.

Kami dan teman santri Pambusuang juga sangat memanfaatkan momentum kehadiran Prof Sewang di Pambusuang untuk bersilaturahim ke rumah keluarganya yang ditempati di Pambusuang. Momentum inilah yang menjadi tempat bagi kami untuk mengais ilmu dari Beliau. Kemarin satu hari pasca idul Fitri, kami sowan ke tempat Beliau, yang sebelumnya kita menelpon Beliau untuk bersilaturahim. Sebagaiman biasa setelah bersalaman menanyakan kabar tentang kami, Beliau langsung masuk tema pembahasan tentang materi-materi sekitar perkembangan terkini dan langsung dikaitkan dengan sejarah Islam masa lalu maupun sejarah para ulama terdahulu.

Pesan terpenting kali ini yang Beliau mewanti-wanti kepada kami bahwa hendakalah mengambil kelebihan yang dimiliki oleh setiap madzhab pemikiran atau organisasi keislaman atau ulama-ulama. Supaya mengadopsi pemikiran-pemikiran yang baik dari setiap madzhab pemikiran, sekalipun bermadzhab Syafi'i, apa yang baik di Hanafi kita adopsi, apa yang baik di Ahmadiyah kita adopsi, tanpa menjadi Ahmadiyah, apa yang baik di Syi'ah kita adopsi tanpa harus menjadi Syi'ah, apa yang di Muhammadiyah kita adopsi, apa yang baik di Barat kita adopsi, karena di barat sangat kaya dengan metodologi,tanpa harus menjadi barat. Itulah sikap inklusivitas Prof Sewang. Sampai sampai banyak tawaran untuk gabung ke NU atau ke Muhammadiyah bahkan tawaran ke partai politik tapi semuanya dia tolak, dia menikmati kebebasan berekspresi dan bebas ke mana-mana dalam memberikan materi baik di NU, Muhammadiyah dan organisasi-organisasi lainnya.

Satu-satunya organisasi sebagai tempat berkiprah pasca menjabat sebagai pejabat di UIN adalah di IMMIM,karena IMMIM sebagai organisasi yang mengurusi para Da'i di kota Makassar, Beliau menjabat ketua umum DPP IMMIM selama dua periode dari tahun 2014 - 2024.

(Bumi Pambusuang, April 2024)


Opini LAINNYA