Jakarta (Kemenag) --- Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha (Ditjen Bimas Buddha) menggelar peringatan 20 tahun terbentuknya satuan kerja. Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan bahwa peringatan ini bukan sekadar selebrasi institusional, melainkan momen reflektif yang mendalam untuk menelusuri jejak pengabdian dan merancang arah masa depan pembinaan umat Buddha di Indonesia.
Supriyadi menekankan bahwa masa depan Dharma tidak dapat dilepaskan dari partisipasi generasi penerus, terutama Generasi Z. Sebagai generasi digital native, Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak transformasi penyebaran ajaran Buddha.
“Mereka tidak harus menjadi penceramah. Cukup menjadi influencer kehidupan—dengan menjadi pribadi yang disiplin, jujur, rendah hati, dan penuh welas asih,” ujar Dirjen mengutip pesan Bhante Sri Pannavaro Mahathera di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Organisasi kepemudaan Buddhis saat ini telah menunjukkan kiprah aktifnya, mulai dari seminar kebangsaan, dialog lintas agama, hingga penggunaan platform digital untuk konsolidasi informasi. Ini menjadi bukti bahwa bagi generasi muda Buddhis, identitas keagamaan mereka menyatu erat dengan semangat kebangsaan.
Tema ‘Terus Tumbuh, Terus Berkarya’ menjadi semangat utama pada peringatan tahun ini, mencerminkan dua arah strategis Ditjen: penguatan spiritualitas dan peningkatan kinerja kelembagaan.
Selama dua dekade perjalanannya, Ditjen Bimas Buddha telah mencatatkan berbagai capaian penting, seperti:
1. Pemecahan Rekor MURI dalam Pembacaan Dhammapada Serentak oleh 2.569 peserta dari 34 provinsi.
2. Peningkatan mutu pendidikan melalui pembangunan gedung baru STAB Negeri dan Institut Nalanda.
3. Penghargaan ARJUNA Awards untuk STAB Raden Wijaya dan penghargaan Humas Award 2024 untuk inovasi konten digital Virtual Reality Candi Borobudur.
4. Digitalisasi layanan terus didorong melalui SiORI BUDDHA, SIAGA BUDDHA, dan PortalDataBuddha.com untuk memperkuat transparansi, akuntabilitas, dan pelayanan publik berbasis data.
Namun demikian, Dirjen Bimas Buddha juga menyampaikan secara terbuka sejumlah tantangan besar yang tengah dihadapi, antara lain keterbatasan formasi guru agama Buddha, dengan 117 guru yang akan pensiun dan belum tersedia pengganti.
Kesenjangan partisipasi umat, pemahaman ajaran, serta dinamika internal organisasi keagamaan. Kebutuhan mendesak akan penguatan kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi umat.
Sebagai respons strategis, Ditjen telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) 2025–2029 dan Grand Design Pembangunan Umat Buddha Indonesia 2045, sebagai peta jalan jangka panjang menuju visi besar: "Masyarakat Buddha Indonesia yang Mandiri dan Bahagia".
Proses penyusunan dokumen strategis ini menonjolkan pendekatan partisipatif. Melalui serangkaian dialog publik yang melibatkan Sangha, majelis, tokoh pendidikan, hingga generasi muda, Ditjen membangun budaya perencanaan yang kolaboratif dan inklusif.
Salah satu pilar utama Grand Design adalah pengembangan "pendidikan umum berciri khas agama", yaitu pendidikan yang mengintegrasikan kurikulum umum dengan nilai-nilai luhur ajaran Buddha.
Dirjen menegaskan bahwa Ditjen Bimas Buddha tidak lagi hanya menjadi pelaksana kebijakan, melainkan fasilitator, akselerator, dan orkestrator dari seluruh potensi komunitas. Pendekatan co-creation akan menjadi kunci dalam mewujudkan tata kelola umat yang demokratis, responsif, dan berkelanjutan.
“Masa depan Dharma di bumi Nusantara ini ada di pundak generasi muda. Mari kita buka ruang seluas-luasnya dan berjalan bersama dalam semangat gotong royong, demi umat Buddha yang cerdas, harmonis, dan berkontribusi penuh bagi kejayaan bangsa,” tutup Dirjen dalam sambutannya.