Salah satu Nabi yang diberikan mukjizat yang dapat mengobati berbagai penyakit dan bisa menghidupkan orang dengan izin Tuhan adalah Nabi Isa as. Dalam satu riwayat Nabi Isa as pernah bersabda,"Sungguh aku telah mengobati orang-orang yang sakit, dan aku sembuhkan mereka dengan izin Allah. Aku sembuhkan orang buta dan orang berpenyakit lepra dengan izin Allah. Aku bangunkan orang-orang mati dan aku hidupkan kembali mereka dengan izin Allah. Lalu aku coba mengobati orang ahmaq (dungu), tetapi aku tidak mampu menyembuhkannya".
Dan ini didukung ayat dalam Al-Qur'an"Dan ingatlah diwaktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan se seizin-ku dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-ku" (QS.Al-Maidah 110).
Nabi Isa as membawa misi ajaran keilahian yang lebih mengorientasikan ajarannya dalam perspektif kasih sayang, sangat terkenal ungkapan yang alamatkan kepada Nabi Isa as, "kalau ditampar pipi kirimu, kasih lagi pipi kananmu", betapa Nabi Isa as, dikenal sangat pengasih, ini karena Nabi sebelumnya yaitu Musa as, dikenal membawa ajaran yang sangat berbau syariat dalam artian lebih bernuansa hukum, karena umat Nabi Musa dikenal sangat bandel dan sangat kaku menjalankan ajaran agama.
Sangat menarik kelebihan yang diberikan oleh Tuhan kepada Nabi Isa as yakni dalam bidang pengobatan, semua penyakit bisa diobati, ini mungkin karena pada zaman Nabi Isa banyak muncul tabib-tabib, sehingga Tuhan memberikan spesialisasi khusus kepada Nabi Isa as berupa kepandaian dalam mengobati berbagai penyakit. Sebab sejarah kenabian, mukjizat yang diterima oleh Nabi sesuai dengan kondisi yang terjadi pada masyarakat pada masa kenabiannya, pada masa kenabian Nabi Musa as dimana pada waktu itu sangat menjalar di masyarakat ilmu sihir yang dipelihara oleh Fir'aun sehingga Nabi Musa difasilitasi oleh Tuhan dengan tongkat yang bisa mengalahkan para penyihir Fir'aun.
Begitupun sebelum dilahirkan Nabi Muhammad saw, di masyarakat arab waktu itu sangat berkembang kegiatan penulisan syair, bahkan sering dilombakan kegiatan penulisan syair, syair yang dianggap paling unggul akan digantung di Ka'bah. sehingga mukjizat yang diberikan kepada Muhammad saw adalah berupa Al-Qur'an, bacaan sempurna dan para penyair yang ada pada zaman Nabi tidak mampu menyamai keindahan bahasa Al-Qur'an.
Ada yang menarik dari kemukjizatan yang diberikan Nabi Isa as yaitu dapat mengobati berbagai penyakit, tapi ternyata tidak semua penyakit bisa diobati, ada penyakit yang dianggap remeh oleh masyarakat dan banyak orang mengidap penyakit ini tetapi Nabi Isa tidak dapat mengobatinya, yaitu penyakit ahmaq, yang biasa diartikan dengan orang dungu, tapi bukan dungu biasa, melainkan kedunguan yang berganda atau jahil murakkab.
Ketika Isa as ditanya oleh para sahabatnya, siapa itu Al Ahmaq, wahai ruh al Allah, Isa as menjawab, yaitu orang yang kagum kepada pendapatnya sendiri dan dirinya sendiri, yang memandang semua keunggulan ada padanya dan tidak melihat beban baginya, yang memastikan semua kebenaran untuk dirinya sendiri, itulah orang dungu yang tidak ada jalan untuk mengobatinya, demikian jawaban Isa as.
Apa yang menjadi kegelisahan Isa as tentang penyakit dungu, itulah yang banyak melanda orang modern sekarang ini, banyak kita jumpai di masyarakat penyakit model ini, yakni penyakit kagum dengan dirinya sendiri atau penyakit ananiyah yakni orang sangat individualis. Dalam bahasa yang lebih familier dikalangan dunia dakwah adalah penyakit "ujub", yang dari segi bahasa sama dengan "ta'jub". Ujub ini salah satu penyakit hati yang biasa diartikan mengagumi diri sendiri, ta'jub dengan diri sendiri, kagum dengan kehebatannya, yang biasa diindikasikan dengan berbagai pernyataan, untung ada saya, siapa lagi kalau bukan saya, orang banyak memerlukan saya, saya tidak mungkin disingkirkan, dan pernyataan-pernyataan yang lain mengarah kepada membanggakan diri.
Menurut Cak Nur, panggilan akrab Nurcholish Madjid, ujub sesungguhnya merupakan indikasi kelemahan diri sendiri dan merupakan kelakuan yang tidak simpatik, sehingga bisa membuat orang justru menyingkir dari kita. Ujub ini banyak melanda masyarakat intelektual di era modern sekarang ini, mulai dari para intelektual agama, politisi, budayawan, birokrat,dan berbagai figur sentral lainnnya.
Dikalangan politisi mulai dari tingkat elit sampai level grassroot, sangat mudah kita melihat pernyataan-pernyataannya lewat media sosial hari ini. Di tahun ini yang dikenal sebagai tahun politik, banyak politisi kita kembali merakyat yang selama ini agak jauh dari rakyat. Mereka kembali mengkampanyekan dirinya dengan pernyataan-pernyataan yang mengagumkan, dengan memakai bahasa "saya", dan ini adalah indikasi bahwa penyakit ujub ini.
Dalam dunia sufi penyakit ahmaq ini atau orang dungu murakkab yaitu orang bodoh yang tidak tau kebodohannya. Manusia seperti ini adalah tingkatan manusia yang terendah dalam pandangan kaum sufi. Menurut kaum sufi bahwa manusia terbagi menjadi empat tingkatan yang pertama adalah orang bodoh dan tau bahwa dirinya itu bodoh. Yang kedua orang pintar dan dia tidak tau bahwa dirinya pintar. Yang ketiga orang pintar dan dia tau bahwa dirinya pintar. Dan yang terakhir adalah orang yang bodoh dan dia tidak tau bahwa dirinya bodoh. Dan yang keempat inilah yang dimaksud dengan Nabi Isa as dengan istilah Ahmaq.
(Bumi Pambusuang, 11 Pebruari 2023).